Beruntung anak buah Max cepat melihat aksi nekat Hera atau keadaannya akan jauh lebih buruk dari saat ini. Hera menyanyat pergelangan tangannya, lalu dia dilarikan ke rumah sakit dan keadaannya saat ini telah jauh membaik. Hera pikir dirinya akan mati kali ini, tapi ternyata tidak juga.
Max yang baru saja tiba di rumah sakit terlihat menunjukkam tatapan tajamnya pada Hera yang saat ini duduk bersandar di ranjangnya. Max benar-benar membenci tipe wanita seperti ini, tapi sayangnya Hera adalah harta karunnya, jadi ia harus tetap menjaganya bahkan jika dia membuat masalah seperti ini.
"Tagihan rumah sakitmu akan masuk ke dalam utang ibumu. Kau tahu itu, kan?" ucap Max.
"Memangnya aku meminta untuk dibawa ke rumah sakit? Tidak!" Hera menekankan kalimatnya.
Max mendekat, lalu mencengkeram dagu Hera dengan keras. Max tahu kalau Hera kesakitan, tapi ia tidak peduli dengan hal itu, malah bagus jika dia kesakitan. "Kau hanya akan mati jika aku menginginkannya. Hidupmu ada di tanganku sekarang dan akan lebih mudah jika kau menjadi gadis penurut. Apa kau mengerti?" ucap Max.
Hera mencoba melepaskan cengkeraman tangan Max, tapi tidak berhasil. Pria itu malah semakin kuat mencengkeramnya dan baru berhenti setelah ponselnya berdering. Hera benar-benar tidak mengerti kenapa ia pantas untuk semua ini?
Max menjauh dari Hera saat menjawab telepon dan ia terkejut lagi, bahkan jauh lebih terkejut dari sebelumnya. Max sempat menoleh pada Hera dan menatapnya selama beberapa saat, lalu pergi dengan langkah terburu-buru.
Max masuk ke dalam mobilnya, lalu pergi dengan kecepatan tinggi karena ia baru menerima kabar kalau Mina, ibu Hera meninggal karena jatuh dari sebuah atap gedung kosong. Mina dibunuh atau bunuh diri, Max masih belum mengetahuinya. Orang yang terlilit utang begitu besar bisa saja memilih untuk mengakhiri hidupnya, tapi bagaimana mungkin Mina melakukan itu saat Hera ada bersamanya? Mina memang bukanlah ibu yang sempurna, tapi Max cukup yakin kalau dia menyanyangi Hera. Bagaimana Mina bisa meninggalkan Hera begitu saja?
Saat tiba di lokasi tempat Mina meninggal, Max sudah melihat kalau polisi sudah ada di sana juga ada salah satu anak buahnya yang kini mendekat padanya. Mina memang diawasi agar tidak melarikan diri, tapi pengawasan itu tidak berlaku selama 24 jam karena anak buahnya juga harus pergi mengawasi orang yang masih berutang padanya, jadi anak buah Max tidak tahu pasti apa yang terjadi pada Mina.
"Saya mulai merasa ada yang tidak beres saat menyadari kalau sinyal ponsel Mina ada di sekitar lokasi ini, jadi saya datang dan sudah ada banyak orang di sekitar ini, lalu saya melihat mayat Mina. Mina pasti bunuh diri untuk menghindari utangnya," ucap pria yang berdiri di sebelah Max.
"Bunuh diri?" gumam Max yang pandangannya fokus pada mayat Mina.
Max kini mendekati kepala kepolisian yang bertugas malam ini. Max mengenal banyak orang-orang penting dalam kepolisian demi kelancaran bisnisnya, termasuk yang bertugas malam ini. "Apa yang terjadi padanya? Apa dia sungguh bunuh diri?" tanya Max.
"Aku sedang menyelidikinya, tapi kemungkinan besar memang bunuh diri. Apa dia salah satu orangmu?" tanya polisi bernama Dion itu.
"Lebih tepatnya orang yang berutang padaku. Dia bahkan belum membayar utang, tapi malah sudah mati seperti ini."
"Bukankah ada sistem jaminan?"
Max menoleh pada Dion dan menarik salah satu sudut bibirnya. "Kau sepertinya tahu banyak sekarang. Hati-hati dengan semua itu, jangan sampai kita bertemu dalam kondisi yang buruk." Max memberikan ancaman dengan nada yang halus, lalu pergi dari tempat itu.
Dion hanya tersenyum tipis, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Sementara itu, ada seseorang yang memakai hoodie berwarna merah sedang memandangi mayat Mina dari jarak yang cukup jauh, lalu setelahnya pergi dengan langkah yang tenang sembari memasang gelang titamium hitam miliknya yang tadi sempat terlepas.
***
"Ibumu baru saja meninggal dan kemungkinan besar karena bunuh diri." Max menyampaikan kabar itu pada Hera dengan santai sembari menunjukkan foto terakhir Mina yang dikirim oleh anak buahnya.
Hera terdiam dan memandangi foto itu. Air mata seketika jatuh di pipi Hera, sedangkan Max hanya memandangi Hera yang terlihat mematung setelah diberikan kabar kematian ibunya. Melihat reaksi Hera membuat Max kembali mengingat dirinya di masa lalu saat memerima kabar kematian ibunya, bedanya adalah ia tidak merasakan sedih saat itu karena telah lama berpisah dari ibunya dan ditambah sikap kasar ibunya, membuat Max tidak merasakan kesedihan itu. Mengherankan bagi Max, kenapa Hera harus menangisi ibu yang telah membuatnya menjadi seorang jaminan?
"Ibuku tidak mungkin bunuh diri. Bagaimana mungkin Ibuku meninggalkanku?" Hera akhirnya bicara, lalu ia menoleh pada Max.
"Pasti kau yang membunuh Ibuku agar kau bisa mendapatkan uang lebih banyak. Pasti kau yang melakukannya!" bentak Hera yang membuat Max tertawa mendengarnya.
Max kembali mencengkeram dagu Hera dan membuat Hera hanya menatap ke arahnya. "Kau perlu tahu kalau aku bisa melakukan apapun padamu bahkan jika ibumu masih hidup. Aku tidak perlu membunuhnya dan menambah pekerjaanku untuk mengurus mayatnya. Apa kau pikir, membunuh, lalu mengurus mayat manusia tidak perlu uang? Jasa pembunuh bayaran tidak semurah yang kau pikirkan," ucap Max dengan penuh penekanan.
Hera yang menangis, kini menepis tangan Max, lalu turun dari ranjang dan berlari keluar sembari memanggil nama ibunya. "Gadis itu benar-benar bodoh. Dia bahkan tidak tahu ada di mana mayat ibunya," gumam Max, kemudian pergi mengikuti Hera.
***
Karena Hera adalah jaminan yang bisa berubah menjadi harta karunnya, maka Max harus mengawasi Hera selama proses pemakaman Mina. Tidak selalu Max yang mengawasi karena ia memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan, jadi ia memberikan perintah pada anak buahnya untuk memgawasi Hera dan ia akan kembali sesekali.
Di rumah duka, Hera tampak terduduk di lantai dengan kepala yang tertunduk. Wajah Hera terlihat pucat, tapi air mata telah berhenti mengalir dari mata indahnya. Walau ibunya telah melakukan banyak kesalahan, tapi Hera masih ingin ibunya tetap ada di sini karena hanya ibunya adalah satu-satunya keluarga yang masih ia miliki. Kini, ia tidak memiliki siapa pun lagi di dunia ini.
Di sisi lain, seorang pria masuk ke dalam rumah duka dan tampak melirik beberapa pria berbadan kekar yang ada di tempat ini dan wajah mereka terlihat asing. Pria ini bertubuh tinggi dengan rambut cokelat kehitaman, serta memakai gelang titanium hitam yang seolah melengkapi penampilannya. Pria ini datang dengan pakaian serba hitam dan terlihat memang datang untuk melayat, tapi bukan itu tujuan utamanya. Ia datang karena ingin melihat Hera yang sudah tidak terlihat sejak beberapa hari terakhir.
Pria ini tersenyum karena akhirnya bisa melihat wajah Hera lagi, karena hidupnya terasa begitu tersiksa jika tidak melihat Hera. Ia ingin menyapa Hera, tapi seorang pria dengan setelan jas rapi sudah lebih dulu mendatangi Hera, lalu menariknya dengan paksa agar ikut bersama dengannya.
Max membawa Hera ke sebuah ruangan dimana ada banyak makanan di sana, lalu memaksanya untuk duduk. Max telah menerima kabar kalau Hera tidak mau makan atau minum apapun sejak semalam, sedangkan sekarang sudah hampir malam. Wajah dan tubuh Hera adalah aset terbesarnya, jadi mana mungkin Max akan diam saja ketika Hera menyiksa dirinya?
"Cepat makan!" ucap Max.
"Aku tidak akan menerima apapun darimu! Lebih baik aku mati karena kelaparan dan kehausan dari pada harus makan makanan dari lintah darat sepertimu!" Hera begitu tegas dan ingin pergi, tapi Max kembali mendorongnya ada ia duduk di lantai, lalu pria itu berjongkok di sebelahnya.
Max menghela napas untuk mencoba bersabar menghadapi sikap Hera yang selalu menguji kesabarannya. "Kau tahu dengan jelas kalau kau tidak akan bisa melakukannya. Selain itu, aku baru mendengar kalau ibumu mungkin dibunuh oleh seseorang karena ada pentunjuk yang mengarah ke sana. Apa kau tidak penasaran siapa yang membunuhnya?" ucap Max yang membuat Hera terkejut mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Jaminan Tuan Max [21+]
Roman d'amourHera kira, hidupnya telah cukup buruk selama ini, tapi ia salah karena masalah yang lebih besar telah datang untuk memperburuk hidupnya. Ibunya berutang pada seorang lintah darat bernama Max dan ketika utang itu tidak bisa dibayar tepat waktu, maka...