Naual berlari dengan mengangkat kepalanya, sama sekali tidak mempedulikan panggilan Boby di belakangnya. Selama seminggu dia dijauhi oleh Boby, tapi dengan santainya Boby malah ngobrol malam dengan orang lain. Di taman kelurahan, malam-malam, gelap-gelapan lagi. Padahal selama ini Naual ditinggal sendiri seperti tidak dianggap siapa-siapa lagi.
Emangnya Naual salah apa sih? Tiba-tiba Boby tidak bicara lagi dengannya. Rasanya seminggu sebelumnya Boby yang tiba-tiba marah tidak jelas dan menghilang setelahnya. Padahal Boby seharusnya datang dan meminta maaf pada Naual. Seharusnya mereka tidak perlu berjauh-jauhan seperti ini. Seharusnya Naual yang duduk dan bercanda dengan Boby. Tapi kenapa Boby malah mencari pengganti Naual? Apa pertemanan mereka selama ini tidak berarti apa-apa untuk Boby?
Sebenarnya Naual ingin berteman lagi dengan Boby. Ingin mereka bersama dan nempel seperti seminggu yang lalu. Tapi entahlah, Boby sepertinya tidak membutuhkannya lagi. Buktinya, dia sudah punya orang lain untuk dijadikan tempat curhat.
"Naual, tunggu dulu."
Boby masih memanggilnya dan Naual masih saja menghiraukannya. Saat ini, bakat atletiknya menguntungkannya, jaraknya dan Boby terpaut semakin jauh. Dia terus saja meneruskan larinya sampai dia mendengar suara terjatuh.
Sontak Naual menengok kebelakang dan dia terkejut melihat Boby yang sudah terjatuh, dengan muka menghadap tanah.
"ASTAGA!" dia segera berlari kembali, menghampiri Boby.
"Bob, kamu nggak papa?" Dia membantu Boby berdiri. Matanya otomatis memindai seluruh badan Boby, mencari luka dan lecet. Dan betul saja, dia bisa melihat kedua lutut Boby yang perlahan mengeluarkan darah.
"It's okey. Hanya luka kecil."
Tapi Naual tidak menghiraukannya. Dia menyeret Boby ke keran air di dekat taman itu. Boby meringis merasakan pedihnya air yang mengenai lukanya. Mau nangis dan teriak, tapi masih di depan Naual.
Nggak keren.
"Boby!"
Danesh yang melihat Boby datang dari jauh juga ikut berlari menyusul Boby. Dia menghampiri Boby dan Naual yang masih berkutat dengan luka Boby.
"Kamu nggak papa? Sakit nggak? Astaga kamu sampai berdarah."
Danesh memapah Boby menuju bangku terdekat. Tangannya memeluk sebelah tangan Boby erat supaya Boby tidak terjatuh. Boby pun menumpukan sebagian badannya pada Danesh, karena lututnya ngilu sekali.
Naual melihat Danesh dengan seksama. Maklum, tadi dia hanya sekedar melewati Danesh jadi dia tidak terlalu memperhatikan wajah Danesh.
Dan Naual langsung menyesal. Setelah diperhatikan lagi, wajah orang ini cantik sekali. Belum lagi sikapnya yang perhatian dan telaten. Lihat saja caranya membantu Boby dengan lukanya.
Boby menyambut Danesh dengan 'nggak papa' yang entah kenapa terlihat sangat keren.
Eh, apa?
"Kak. Lu temannya Boby kan? Tolong bantu bawa Boby pulang ya." Boby mengalihkan perhatian pada Naual. Matanya langsung dipenuhi ekspresi sedih dan putus asa. Masa pertemuan mereka setelah seminggu berlalu berakhir seperti ini?
Naual mengalihkan pandangan pada Boby, "Gue pulang."
Apa itu? Gue?
"Eh, Naual, tunggu."
Naual langsung pergi dari tempat itu. Tidak mau mendengar apa-apa lagi.
"Bob, kamu jujur sama aku. Cowo tadi yang kamu panggil, itu siapa?"
Danesh membawa pulang Boby dengan motor Boby. Boby yang terluka duduk di bangku penumpang. Wajahnya jelas sedang sedih. Dia dan Naual tidak pernah dalam 'gue lu' term. Hal ini menjadi syok besar untuknya.
"Teman sekelas kak."
"Dih, jangan bohong. Nggak ada teman sekelas yang kejar-kejaran kaya tadi."
Boby meringis. Ya Boby juga maunya mereka lebih dari teman sekelas.
"Seriusan kak. Aku dan Naual hanya sekedar teman sekelas." Boby rasanya miris sekali.
"Hmm. Mau kalian sekedar teman atau lebih, nggak baik bertengkar lama-lama. Besok berbaikan ya."
Danesh memberi nasehat, disaat seperti ini, Boby merasa benar-benar memiliki seorang kakak. Dia mengangguk dan menggumam mhm.
Eh, tapi emangnya Boby dan Naual bertengkar kenapa ya?
Boby buru-buru memasukkan seluruh barang-barangnya ke dalam tas begitu meeting ditutup. Dia harus bertemu dengan Naual hari ini. Peduli amat Naual mau bertemu dengannya atau tidak, mereka harus bertemu.
Panggilan ketua himpunan dan rekannya yang lain tidak diperdulikan. Dia hanya buru-buru keluar dengan dalih ada keperluan. Kakinya yang masih ngilu karena lukanya masih belum kering sempurna. Tapi Boby tetap berjalan cepat, melangkah lebar-lebar supaya sampai ke lapangan lebih cepat.
Dan senyum nya mengembang lebar ketika melihat Naual duduk di bench, mengamati anggota tim nya Latihan.
Boby merapikan penampilannya sedikit, lalu menampilkan senyumnya yang paling ganteng.
"Naual." Panggilnya
Naual langsung saja melihat kearahnya. Matanya menampakkan raut senang, yang langsung diganti dengan raut kesal.
"Ngapain lu kesini? Bukannya lu sibuk sama urusan Hima ya?"
Boby hanya tersenyum. Dia melangkah pelan kearah bench, dan duduk disebelah Naual. Boby mengatur posisi kakinya agar tidak menekuk lututnya berlebihan. Dia tidak melihat raut khawatir Naual Ketika dia mengaduh sedikit karena lukanya merenggang.
"Meeting nya sudah selesai. Kamu masih lama latihannya? Mau jalan-jalan sore ini?" Lagi-lagi senyuman andalan digunakan. Mata Naual silau.
"Gue sibuk."
Sok sibuk sih sebenarnya.
"Nggak papa, aku tungguin sampai kamu selesai sibuknya."
"Gue selesainya sampai tengah malam."
Naual, kalau bohong, jangan terlalu kelihatan bohongnya.
"Oh, kalau gitu aku tungguin sampai tengah malam."
"Gue lagi malas jalan-jalan."
"Yaudah, kita bisa hangout di kedai es krim kesukaan Naual, nggak perlu jalan-jalan."
"Nggak bawa duit."
"Kenapa harus mikirin duit? Kan Boby yang bayarin."
"Nggak pengen makan es krim."
"Seriusan? Kemarin aku dengar mereka ada varian es krim baru, pakai jelly Haribo."
Naual meneguk ludah.
"Yaudah. Tapi Naual juga mau beli jelly di minimarket, Boby yang bayarin."
Boby tersenyum semakin lebar. Akhirnya.
"Iya, selesai Naual Latihan, Naual bisa beli sepuasnya."
Maaf ya story ini agak lambat update nya. Aku mau memikirkan plotnya sebaik mungkin. Pokoknya Boby harus benar-benar tersiksa dan Naual harus benar-benar nggak peka. Hope you guys like it!
Dan jangan malu-malu untuk berinteraksi di story ini ya. Aku juga mau mendengar saran readers untuk plot berikutnya. Peace!
KAMU SEDANG MEMBACA
Boby dan Naual
FanfictionBoby, seorang mahasiswa tingkat 3, sedang jatuh cinta. Tapi dia jatuh cinta pada Naual, teman sekelasnya yang tidak peka itu. Cerita ini adalah hasil halu. Jangan dibawa ke pikiran, karena kemungkinan kebanyakan alur cerita ini nggak masuk akal.