🥤61. Another Puzzle

28 5 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Setelah acara makan pagi kami berakhir dengan sukses, selanjutnya obrolan berlanjut sembari menonton film horror terbaru yang belum sempat kami tonton di bioskop namun keburu udah ga tayang lagi.

Namun entah karena gue dan Jovan itu punya tingkat ketakutan yang minim atau memang punya kelaianan, seolah tak ada harga dirinya film itu tak menakutkan sama sekali bagi kami berdua, malah membosankan, alhasil ditengah adegan gore menjijikan yang sedang tayang gue iseng bertanya.


"Gue penasaran perihal hubungan lo dan Tanya, bang."

Jovan menatap gue. "Mau tahu apa?"

"Bener pertemuan pertama lo dan Tanya itu di minimarket saat rebutan shampo stok terakhir?"


Jovan menyungging senyum aneh lalu menoleh kembali mengarahkan Pandangan ke arah televisi.

"Itu yang dia ceritakan ke kamu? Maka, yah begitulah."

"Hah? Maksud lo itu bukan kejadian yang sebenarnya? Ada moment lain? Atau lo emang sengaja menciptakan moment itu sebab sengaja mau deketin Tanya dan bikin gue Cemburu, iya?"

Jovan tertawa lantang dan menatap gue annoying. "Kenapa tiap suudzon kamu selalu sepede ini sih, Mel!"

"Ngaku ih, bang! Lo emang sengaja kan sejak awal macarin Tanya gegara dia deket sama gue?! "

"Kalau aku bilang itu semua kebetulan apa kamu mau percaya, Mel?"

"Enggak lah, terlalu ga masuk di akal."

"Terus kalau aku bilang Tanya yang ngajak pacaran, dan aku mengenal Tanya sedari awal aku pindah ke Jakarta kamu mau per

"Hah? Yang bener lo, bang? Tanya yang nembak elo? Dan lo udah mengenal Tanya lebih dulu dari gue kenal dia?"

Jovan mengangguk santai, lalu mengambil handphonenya dan menunjukan sebuah foto, Jovan Tengah duduk bersama Radit, Aron dan beberapa teman lainnya disebuah kafe dengan keberadaan Tanya ditengah-tengah mereka semua, lalu difoto lain ada Jovan berdiri disamping Tanya yang berpakaian Mos.

Gue terdiam melihat itu semua.

Jovan tidak berbohong. "Terus kejadian di minimarket itu bang?"

"Itu beneran terjadi, tapi itu bukan pertemuan pertama kami. Dan ingat, ga ada adegan shampo terakhir... Yang sebenarnya terjadi adalah Tanya buntuti aku minta dibayari belanjaannya, saat itu dompetnya ketinggalan katanya."

"Yang bener lo?" Gue coba kembali mencerna, namun mengingat Tanya yang memang hobi ditraktir sih yah relate dengan Cerita Jovan barusan.

Namun, masa iya Tanya berbohong sama gue? Masa sih? Tapi kenapa harus berbohong?

"Oh ya, Mel. Mumpung kita lagi bicarain Tanya. Boleh aku minta kamu sementara waktu menjauhi dia dulu?"

"Kenapa memang, bang?"

"Ada. Lagian bukannya kamu ga mau  dia curiga tentang hubungan kita 'kan? Menghindari dia sebentar ga masalah dong. Sembari aku mencari cara untuk mutusin dia."

"Lo mau mutusin, Tanya? Memang lo ga sayang dia, bang?"

Jovan menatap gue lembut. "Aku sayang sama dia, tapi ga lebih dari sayang seorang kakak ke Adek, Mel. "

"Jika lo emang sedeket itu sama Tanya, saat itu lo tahu? Kalau gue sahabatan sama dia? "

Jovan mengangguk, "Tentu aja, dia sering cerita tentang kamu."

"Cerita apa?"

"Banyak, aku ga ingat lagi saking seringnya ia bercerita, bahkan sejak pertama kalian kenalan di masa orientasi siswa... Aku sudah mendengar nama kamu darinya."

Gue membisu sekali lagi, mengapa makin dalam obrolan kami semakin banyak hal yang membuat gue tersentuh.

"Itu semua beneran?"

Jovan mengangguk, "Seperti halnya aku memperingatkan kamu tentang Cakra, aku mau kamu mempercayai itu semua. Aku ga akan bohongin kamu lgi, Mel... Even buat kebaikan kamu, aku janji ga bakal ada kebohongan lagi diantara kita. Kamu mau percaya?"

Seolah tengah tersihir gue mengangguk "Gue percaya."

"Lalu jika aku bilang aku mencintai kamu lebih dari yang seharusnya, kamu mau percaya?

Gue sedikit kaget lalu menggeleng. "Gue ga tau..."

Jovan tersenyum, "Setidaknya sekarang kamu mengetahuinya, Mel."

"...Aku akan ceritakan semuanya mau kamu tahu. Katakanlah, ada lagi yang mau kamu tanya?

Gue mengangguk, mau coba mengetes. "Kalau gue mau lo ceritain secara lengkap tentang masalah lo dan Cakra, serta arena balab liar itu, semuanya... lo mau jawab?" Jovan tampak berfikir sejenak sebelum dengan santainya ia mengangguk.

Dan gue pun ngelunjak, tambah bertanya. "Lalu tentang ombrophobia lo, lo mau membaginya ke gue juga?"

"Aron udah kasih tahu kamu yah?"

Gue mengangguk "Kak Radit juga..."

"Tentu boleh, jika kamu mau mendengarkan... Aku akan ceritakan awal mula dari phobia anehku ini, Mel. "

"Awal mula? Maksud lo pemicu yang menyebab kan lo memiliki phobia hujan?"

Jovan mengangguk.




"Gue mau dengar!"


























To be continue...
23 Februari 24

 23 Februari 24

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Our Blue Sky : JOVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang