17. Makan Malam

4.4K 417 4
                                    

Kedua insan yang sama-sama menyesali perkataannya untuk satu sama lain tempo hari itu bersikap seperti orang yang baru kenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua insan yang sama-sama menyesali perkataannya untuk satu sama lain tempo hari itu bersikap seperti orang yang baru kenal. Semua kata-kata yang akan mengiringi permintaan maaf mereka meluap entah kemana padahal Mahi dan Abi sudah duduk saling berhadapan.

Makanan-pun datang, dua porsi steak daging sapi, kentang goreng dan salad, melihat hidangan berbahan utama sayur itu, Abi yang mulanya sungkan memandang, langsung menatap Mahi sepenuhnya.

Gadis di hadapannya memang sangat terlihat berbeda dari gadis yang dua tahun lalu dilihatnya. Garis-garis wajahnya kini terlihat jelas, tidak lagi tertutupi lemak, benar-benar cantik lahir batin. Matanya-pun terlihat indah tanpa kacamata.

"Maafkan Aku Mahi, aku menyesali semua perkataan sinisku tempo hari, aku merasa sangat malu karena berpikiran dangkal tentang cara hidupmu, seharusnya aku tidak melakukan itu, kau boleh memakiku sepuasmu, aku akan menerimanya asal kau mau memaafkanku"

Abi masih manatap Mahi, denyut jantungnya meningkat menunggu jawaban gadis di hadapannya yang masih diam tapi tak menolak kontak mata dengannya. Terdengar helaan nafas sebelum akhirnya bibir yang dipoles tipis itu berucap.

"Kau mendahuluiku, aku juga ingin minta maaf padamu Kak, sama denganmu, aku juga menyesali ucapanku hari itu, tidak seharusnya aku menghakimi bagaimana kau memperlakukan Manda, tolong maafkan aku juga"

Abi tersenyum, rasanya begitu lega ketika tahu ternyata ia dan Mahi sama-sama menyadari kesalahan mereka

"Jadi apa kita sudah berbaikan?"

"Sepertinya iya" jawab Mahi sambil tersenyum.

"Syukurlah aku jadi bisa tidur nyenyak malam ini"

"Kakak berlebihan, kenapa sampai tidak bisa tidur segala, aku kan bukan siapa-siapa"

"Aku sudah menganggapmu temanku, aku sudah menyakiti hati temanku, jadi mana mungkin aku bisa tenang.

"Teman?" Kenapa bukan adik? Padahal aku sudah terbisa memangilmu Kakak?" canda Mahi untuk sedikit mencairkan suasana.

"Kalau jadi adik, nanti statusnya susah di rubah" guman Abi menganggap serius ucapan Mahi.

"Kenapa Kak?" Mahi tidak mendengar jelas ucapan Abi sehingga dia sedikit memajukan tubuhnya hingga pria rupawan itu seketika grogi.

"Ayo kita makan, kurang enak kalau dingin nanti" kilahnya mulai mengambil garpu dan pisau yang ada di samping piring.

"Kak, itukan pesanan Mentari, makan punyaku saja, biar nanti aku pesan lagi"

"Mentari sedang bersama Manda di meja sebelah sana, mereka sudah mulai makan sejak tadi" Abi menunjuk dengan lirikan singkat lalu lanjut memotong daging yang ada di piringnya.

"Ya ampun, jadi mereka mengatur ini, apa Kakak yang memintanya?"

"Sayangnya bukan, mereka berdua yang merencanakan semuanya, aku juga terkejut saat melihatmu disini, tapi karena aku memang ingin bertemu, jadi aku ikuti saja kemauan mereka, makanlah!"

Langsing is My Dream (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang