Tetaplah menungguku, meski selama apapun itu.
The Perfect Secret
by Arthar Puspita***
“NGGAK nyangka, minggu depan udah kelulusan aja,” ujar Ega, yang malam itu datang terakhir untuk nongkrong di rumah Sean. Seperti biasa, mereka adalah siswa pengangguran yang sehabis melaksanakan ujian. Bahkan, minggu depan sudah acara kelulusan. Ada yang deg-degan mengkhawatirkan hasil, ada juga yang santai-santai saja seperti dirinya. Niatnya, Ega akan berkuliah jika nilainya mumpuni. Namun, jika tidak dia akan berkuliah di perguruan tinggi swasta. Yah, orang tuanya kan kaya. Pilihan perguruan tinggi swasta juga bukan masalah.
“Benar. Padahal, dulu kalian masih pada ingusan tau nggak?!” Alvian menyahut, mengingat kembali saat-saat awal mereka bertemu dan berkenalan. Kemudian, menjadi akrab dan membantuk geng yang sering berkumpul di rumah Sean ini.
“Syukuran nggak di rumah lo, Ry?” tanya Sean.
Yah, meski bukan kabar baru lagi jika nantinya Aryan akan melanjutkan sekolah ke luar negeri. Karena dia mendapatkan beasiswa di Singapura. Aryan setuju untuk mengambil kesempatan itu.
“Mungkin,” jawab Aryan.
Benar, minggu depan sudah kelulusan saja. Waktunya bersama dengan keluarga dan Shabiya akan semakin sedikit. Mungkin, bulan depan pun dia sudah harus terbang ke Singapura untuk mengurus berkas-berkas sekolahnya. Aryan masih belum tahu, apakah nanti di rumahnya ada acara syukuran atau tidak. Atau hanya acara makan-makan keluarga besar saja.
“Ngundang-ngundang ye, kangen masakan Bunda lo,” kata Sean. Sudah lama sekali mereka tidak main ke rumah Aryan. Mungkin, sejak Shabiya datang ke rumah itu. Pun, sampai sekarang mereka tidak tahu kalau Aryan sudah tidak tinggal di rumah itu lagi dan memilih tinggal di apartemen dan sudah bekerja sendiri.
Aryan bukan merahasiakannya. Tetapi, dia masih belum bisa menjelaskan bagaimana jika mereka bertanya tentang Shabiya. Aryan masih butuh waktu. Bukan, bukan karena dia meragukan perasaannya pada Shabiya atau sebaliknya. Melainkan, Aryan butuh waktu untuk membuktikan bahwa dia dan Shabiya benar-benar bisa bersama suatu hari nanti. Barulah dia akan menceritakannya kepada teman-temannya itu.
“Gue juga buat acara makan-makan di rumah. Mamanya Ula yang masak. Kalian mau datang?” Bale ikut menimbrung.
“Menunya apa?” tanya Ega.
“Babi guling,” ujar Bale, kemudian mengaduh kesakitan karena Alvian menggeplak kepalanya.
“Si bego masih aja dipelihara.”
Yang lain tertawa kemudian.
“Lu aja deh, gue enggak,” ujar Sean.
“Tapi kita betah amat yak, udah mau lulus tapi pada betah ngejomblo!” Ega berkata.
“Cuma si Vian tengik ini doang di awal-awal punya pacar. Seminggu kemudian putus. Siapa ya namanya waktu itu?” gumam Ega, mengingat-ingat nama mantan Alvian ketika mereka kelas 1 dulu.
“Anne, bukan? Yang kakak kelas itu,” ujar Bale.
“Nah, iya betul!” Ega membenarkan.
Alvian yang mendengarnya terkikik, “lagu lama itu mah. Namanya masih bocah polos.”
“Tapi beneran deh, emang lo kenapa putus?” tanya Bale.
“Nggak cocok aja,” sahut Alvian cuek.
“Sean, gue mau keluar!!” teriak Shenina, kakak perempuan Sean yang menuruni tangga dengan langkah tergesa. Dia bahkan mencepol ranbutnya saat sedang menuruni tangga. Sean menatap ngeri sang kakak. Takut-takut Shenina terjatuh karena tidak fokus.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NUG's 7] The Perfect Secret
Spiritual| Young Adult - Romance - Religi - Comedy | | Sequel 'Jodoh Untuk Alyssa' | ⚠AREA BERBAHAYA! ⚠AWAS BAPER! _____________________ Aryan dan Shabiya adalah sepasang remaja yang saling mencintai hingga akhirnya memutuskan menikah muda. Namun, belum gen...