Sang Penakluk Mimpi

Dita Palakka

"Sebenarnya siapa kah aku?" itulah suatu rangkaian pertanyaan yang selalu terlintas dibenak Dita. Dita Palakka. Gadis remaja yang baru saja kehilangan bapaknya itu mencoba untuk tetap tegar dan mengikhlaskan segala apa yang terjadi.

Dita seperti kehilangan satu sayapnya. Ibu dan bapaknya adalah sayap baginya. Namun, kini satu sayapnya telah pergi. Ia tak mampu terbang seperti sedia kala. Ia harus mencoba untuk tetap terbang menggapai mimpi mimpinya walaupun satu sayapnya telah pergi, yaitu bapaknya.

Dita berusaha keras untuk menahan kesedihannya karena ia punya ibu dan adik-adik yang harus ia jaga. Kini kepala rumah tangga di keluarga Dita adalah ibunya, Bu Melinda. Kondisi ekonomi keluarga semakin memburuk setelah kepergian bapaknya. Dita mencoba untuk selalu tegar dan membantu mengais rezeki.

Dita masih duduk dibangku SMA. Kini ia sudah kelas 12. Sepulang sekolah ia harus pergi berjualan donat milik tetangganya, selepas itu ia harus ke masjid karena ia juga mengajar anak- anak TK hingga SD belajar di tempat les milik Om Bov.

Hal itu Dita lakukan tanpa rasa malu sedikit pun. Setiap tetes keringatnya adalah rezeki. Di bawah sengitnya panas matahari dan dinginnya malam ia tetap bersemangat untuk membantu perekonomian keluarga.

Ia tak rela jika ibunya membanting tulang sendiri untuk kebutuhan keluarga. Dita tak rela bidadarinya kelelahan. Apapun yang membuat ibunya senang akan Dita lakukan.

Dita punya banyak alasan untuk mengubur dalam-dalam semua mimpinya. Namun, Dita tidak menyerah begitu saja pada keadaan. Ia tetap berprestasi di sekolah dengan harapan ia akan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.

Miskin, baginya bukan alasan untuk menyerah dan mengubur semua mimpi-mimpinya. Tak ada kata menyerah baginya. Ia yakin semua orang bisa memperjuangkan mimpinya, termasuk dirinya sendiri.