I

172 12 0
                                    

South East City

Atau Kota Tenggara

Salah satu kota yang memiliki banyak pulau kecil disekitarnya. Keindahan laut yang menjadi ciri khasnya tidak terlalu menonjol saat ini. Hanya terlihat hamparan tinta hitam yang memantulkan cahaya bulan.

Gedung-gedung pencakar langit ditengah kota menyala dengan terang. Kota yang biasa sibuk itu kini lengang, hanya terdapat satu dua aktivitas karena waktu sudah menunjukkan jam tengah malam.

Cahaya purnama menyinari salah satu gang sempit. Diantara cahaya remang, suara langkah kaki menggema.

Seorang pemuda berlari menyusuri gang gelap itu, dibelakangnya beberapa derap kaki mengejarnya. Langkah pemuda itu terhenti ketika hadapannya berdiri kokoh tembok yang menjulang tinggi.

Jalan buntu.

Mustahil untuk memanjat tembok setinggi 10 meter itu. Pemuda itu berbalik, dihadapannya berdiri seorang pria berotot yang menyeringai.

"Ternyata menghadapi mu itu mudah sekali. Aku heran kenapa banyak orang yang takut padamu padahal kau hanya seorang bocah ingusan," Ucap pria itu yang diduga pemimpin dari sekelompok orang yang mengepungnya.

"Menyerahlah nak. Bawahanmu yang lemah itu sudah dikalahkan oleh orang-orangku," Lanjut pria itu mendekat.

Pemuda yang memiliki surai berwarna merah dengan sedikit putih di ujung nya itu tidak bergeming, dia hanya menatap dingin pria didepannya.

"Akan kujadikan wajah manismu itu penuh darah dan memohon di bawahku."

Pria itu tertawa, dia menodongkan pistol kearah pemuda itu yang justru menyeringai. Dia mendekat sambil mengangkat kedua tangannya. Pria itu terkejut dengan keberanian sang pemuda.

"Oh jadi kau menantang ku? "

"Kebetulan aku ingin mati. Ayo paman tembakkan pelurumu itu kepadaku~ Siapa tau kau berhasil membunuhku~"

Suara pemuda itu terdengar menggoda namun menghantarkan rasa dingin di sekujur tubuh. Tatapan matanya yang sayu namun menenggelamkan. Dia memiringkan sedikit kepalanya dan tersenyum bagai iblis yang menggoda mangsanya. Surai merah sebahunya jatuh ke pipinya ketika dia memiringkan kepalanya.

Tingkah pemuda itu membuat tangan pria yang tengah memegang pistol itu bergetar. Rasa dingin di sekujur tubuhnya terasa seolah kematian sedang mengintainya. Bagaimana bisa dia merasa terintimidasi padahal pemuda itu tidak memegang satupun senjata ditangannya?

Suara tembakan disusul teriakan terdengar membuat pria itu berbalik. Matanya terbelalak ketika melihat anak buahnya sudah jatuh terkapar dengan darah di kepala mereka.

Beberapa orang yang tersisa memasang posisi siaga terhadap seorang pemuda yang baru saja datang dengan beberapa orang berseragam hitam dibelakangnya.

Pemuda yang baru saja datang itu memiliki surai berwarna navy dengan sedikit merah di ujung nya. Dia menghela nafas kasar ketika tatapannya bertemu dengan pemuda bersurai merah.

"Dasar sialan!! Tidak bisakah kau berhenti merepotkan ku!! " Ucapnya dengan kasar.

"Berhenti bermain-main! Kau tak akan bisa mati hanya dengan ditembak besi rongsokan itu! Aku harus menyelesaikan laporanku!! Sialan! Kau membuatku tidak bisa tidur lagi, dasar Cebol brengsek!! " Maki pemuda itu.

Pemuda yang di maki itu memasang wajah cemberut.

"Malay jahat! Padahal paman ini sudah mau menuruti ku lho~kau merusak rencanaku~"

Pemuda yang dipanggil 'Malay' mendengus kesal.

"Cepat selesaikan urusanmu Indo! Masih banyak yang harus ku urus! "

Death Sea of MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang