اَللّـٰـهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَـيَّدِنَا مُحَمَّدٍ♡
Jangan lupa vote sama komentarnya yaa!
Happy reading
***
Aku diam merenung, memikirkan apa yang tadi dipertanyakan oleh Harun. Dia seperti tidak percaya jika aku dan Zaidan memang tidak ada hubungan apa-apa. Dari nada bicara bahkan raut wajahnya, seolah ada sesuatu yang disembunyikan di balik pertanyaan itu.
"Kenapa jadi kepikiran kayak gini ya," gumamku.
"Assalamualaikum. Hey!" Seseorang berseru dan membuatku yang sedang duduk di jendela kamar hampir terjatuh.
"Astaghfirullahal'adzim." Aku langsung mengelus dada. Aku melirik ke arah pelaku yang membuatku terkejut.
Seorang gadis dengan blouse coklat, celana katun cream dengan kerudung pashmina itu menampakkan senyum konyolnya. Sejak kapan pula dia ada di sana?
"Tiwi? Kamu kok bisa ada di sini? Sejak kapan?"
Tiwi tertawa kecil dan duduk di kasur milikku. "Sejak kamu ngelamun."
"Terus siapa yang bukain pintu dan bolehin kamu masuk?"
"Ibu kamu lah. Siapa lagi emang? Untung pintu kamar kamu gak dikunci ya, Ja. Lagian kamu mentang-mentang lagi datang bulan, malah ngerem terus di kamar," cerocos Tiwi.
Aku turun dari jendela lalu berpindah tempat ke kasur dan duduk di sebelah Tiwi. Aku memperhatikan penampilan sahabatku yang terlihat rapi. "Kamu rapi amat? Mau kemana?"
Tiwi menghela napas berat. "Mau ngajak kamu jalan. Tadi udah aku chat udah aku telepon juga, tapi gak di jawab. Ya udah aku ke sini aja langsung."
Mataku langsung berbinar saat mendengar Tiwi yang akan mengajakku jalan-jalan keluar. Aku jarang keluar rumah lewat magrib begini, kecuali jika yang mengajaknya sudah izin langsung pada Ibu.
"Aku udah izin sama ibu kamu. Dibolehin kok, asal jangan pulang lewat jam 9," lanjut Tiwi.
"Ya udah bentar, aku siap-siap dulu." Aku langsung berlari keluar kamar dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka.
Aku memakai kemeja navy, rok dan kerudung abu-abu. Lalu aku memakai make up tipis saja agar tidak memakan waktu lama. Kasihan juga Tiwi jika harus menunggu lama.
"Kita mau kemana, Wi?" tanyaku begitu motor sudah melaju.
"Jajan ramen!" Tiwi menjawab dengan suara kencang.
"Oke siap. Gasskuyy!" Aku menepuk pundak Tiwi.
Beberapa menit kemudian, kami pun sampai di tempat tujuan. Kedai ramen yang bisa di bilang cukup terkenal di kalangan orang banyak, apalagi anak remaja. Jika dari rumahku jaraknya memang cukup jauh. Karena jalurnya melewati kampus juga.
Kami langsung disambut oleh suasana ramai di kedai. Banyak sekali orang yang sedang menghabiskan waktunya di sana. Ada yang bersama keluarga, teman bahkan pasangan. Kami memilih tempat duduk di luar agar bisa sambil menikmati semilir angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersamamu
Novela Juvenil⚠️Wajib follow sebelum baca ⚠️ Jangan lupa tinggalkan jejak, minimal vote *** "Senja selalu membuatku terus menyukainya. Karena dia selalu memberiku kehangatan dan ketenangan di saat dunia memberiku banyak masalah." -Harun. "Jika aku bukan senja yan...