Karena tadi pagi Hara nampak sangat murka, akhirnya Kevan mengalah dan membujuk adiknya yang keras kepalanya itu melebihi kerasnya batu giok. walau begitu akhirnnya si gadis keras kepala itu berhasil ditaklukan Kevan setelah ia memenuhi permintaan Hara untuk mentraktirnya es krim di salah satu cafe yang sebenarnya terkenal cukup mahal.
"makasih abangku tercinta, kalau kayak gini gantengnya nambah tau" gadis itu terkekeh puas membuat Kevan berdecih, yang benar saja, ia merasa dompetnya mulai kehilangan separuh isinya, apalagi saat ia lihat dompet cokelat kesayangannya sudah tak gendut seperti sebelumnya.
"tau bakal begini kayaknya gue harus sering-sering ngambek ke lu deh biar di traktir terus" ucap Hara polos tanpa menyadari tatapan sinis Kevan sarat akan menerkam gadis yang masih menyendokkan banana sundae-nya itu dengan nikmat.
"iya ngambek aja, keliatan di mata gue lu ambekan lagi, gue paketin lu ke afrika" sarkas Kevan yang dihadiahi tawa puas Hara yang berhasil membuat kakaknya kesal.
Kevan ikut mencicipi salah satu puding cokelat yang tadi dipesannya, puding lembut itu seakan terjun bebas dikerongkongannya dengan lelehan cokelat yang lumer saat bersinggungan langsung dengan lidahnya, Kevan menganggukkan kepalanya, tak heran harga makanan disini cukup mahal, ada rasa yang sebanding dengan uang yang sudah ia keluarkan tadi.
"tapi Har" gadis itu menoleh, menaruh penuh atensinya pada sang kakak
"lu beneran marah gara-gara Jonathan yang jemput?" Hara memutar malas bola matanya, padahal dia sudah lupa penyebab ia dan Kevan berakhir di cafe ini, ditatapnya tajam Kevan yang masih menikmati pudingnya tanpa rasa bersalah.
"pake nanya" ucapnya sinis sembari menyendokkan sundae-nya lagi dengan bibir mengerucut beberapa senti, persis seperti mulut bebek
"gue kesel lu berangkat duluan gak bilang, tau gitu kan gue bisa cari tebengan, eh sekalinya di jemput malah sama temen lu yang rese mana di gerbang ketemu sama si arthur arthur itu" tambah gadis itu berapi-api Kevan yakin jika ini adalah sebuah komik maka dari sorot mata Hara yang tajam pasti sudah digambarkan dengan keluarnya cahaya laser dari bola matanya. Kevan menggeleng
"kan udah gue jelasin, gue beneran buru-buru, lupa jadinya, yang kosong diantara temen-temen gue ya tinggal si Jonathan doang" ucapnya dengan helaan nafas di akhir. Hara mangut-mangut walau bibirnya masih melengkung ke bawah, sebenarnya jika Jonathan tidak menyebalkan dan teman kakaknya yang bernama Arthur itu tidak menggodanya mungkin ia tak akan peduli, lumayan sekali tidak harus mengeluarkan sepeser pun uang untuk berangkat sekolah, namun mengingat wajah Arthur yang meledeknya tadi seolah kembali membangkitkan amarahnya, Hara bersumpah ia akan mengubur hidup-hidup manusia itu jika ada kesempatan.
Hara menghela nafas pelan di aduknya sundae miliknya yang kini mulai mencair.
"ya udah lah mau gimana lagi, gue juga minta maaf dah rese hari ini" ucapnya malas, bahkan hampir berbisik, namun Kevan tidak tuli untuk melewatkan kata-kata mahal dari Hara barusan, ia terkekeh, rasanya uang yang sudah ia keluarkan tadi tidak terasa sia-sia karena akhirnya berbuah manis- mendengar manusia paling bebal nomor dua setelah Abi itu mengucapkan kata 'maaf'.
"lagian Jonathan gitu-gitu juga baik banget ke lu kan dek" Kevan berucap hati-hati, Hara hanya mendengus
"modus doang itu mah, denger ya bang, geng-an lu tuh isinya buaya semua apalagi yang namanya bang Jonathan sama bang daniel" kali ini Kevan terkekeh, puding yang tersisa di piringnya langsung ia tandas dalam sekali suapan.
"emang sih tapi kalau yang Jonathan gue yakin dia setia sih sama lu" ucapnya mantap sambil menatap lurus adiknya
" iya setia, SEtiap TIkungan Ada, bacot tau gak lu" cercah Hara yang dibalas gelakan Kevan, adiknya ini pintar berkelakar.
YOU ARE READING
Rumah Kita
Teen Fictionkatanya keluarga itu tempat kita pulang. ada ayah, ibu, saudara-setidaknya. tapi di tempat kami, kami memiliki kakak dan adik tapi bukan saudara, memiliki papah tapi bukan orang tua. eh... tunggu tinggal siapa saja?