13

2.8K 63 0
                                    

Suasana di kamar Max terasa begitu hening saat ini, setelah kehamilan Hera yang tidak terduga akhirnya terungkap. Hera duduk diam di pinggir ranjang setelah berhasil dibuat tenang, sedangkan Max berdiri di dekat jendela, memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

   Hera datang ke rumah ini sebagai seorang jaminan, walau perjalanannya sedikit melenceng dari rencana, tapi Max tidak mengubah status Hera sebagai jaminan. Lalu, bagaimana bisa sekarang dia hamil? Takdir macam apa itu?

   "Apa yang kau kandung itu sungguh anakku, bukan anak pria lain?" pertanyaan ini keluar begitu saja dari mulut Max. Walau Hera pernah mengatakan belum pernah berhubungan sebelumnya, tapi Max rasa semua itu bisa saja bohong.

   Hera mengangkat kepalanya dan menatap tajam ke arah Max. Hera kini bangkit dari duduknya dan berdiri tepat di depan Max. "Aku tidak menuntut pertanggungjawabanmu, jadi berhentilah bicara seakan aku adalah wanita murahan. Aku ingin aborsi. Aku tidak ingin mengandung anakmu dan aku tidak ingin terikat lebih jauh darimu!" Hera begitu menekankan kalimatnya bahkan jika bisa, ia begitu ingin menampar Max saat ini juga.

   "Apa kau pikir, aku mau terikat seperti ini denganmu? Kita tidak akan terikat jika ibumu tidak berutang padaku dan kau tidak hamil."

  "Lalu, semua ini salahku? Kau yang membawaku ke tempat ini dan kau yang membuatku hamil. Aku tidak bersalah!"

   "Diam!" Max membentak Hera bahkan sudah mengangkat tangannya dan ingin menampar Hera, tapi Max berhasil menahan diri, lalu menurunkan tangannya.

   "Aku dengar, seorang wanita harus pergi menemui dokter setelah mendapatkan hasil positif di test packnya, itu untuk memastikan kehamilannya. Bisa saja ada kesalahan, jadi kita harus memeriksanya dulu. Ayo!" Max kini menarik tangan Hera untuk membawanya ke rumah sakit.

   Walau kehamilan Hera adalah sesuatu yang tidak ia inginkan, tapi Max tidak bisa semudah itu menyetujui keinginan Hera untuk melakukan aborsi. Jika usia kandungan Hera cocok dengan rentan waktu sejak Hera bersamanya, maka tentu saja itu memang anaknya dan jika memang seperti itu, maka Max tentu akan semakin kesulitan untuk mengambil keputusan.

   Max memaksa Hera masuk ke mobil untuk membawanya ke rumah sakit. Di saat bersamaan, Yura baru saja tiba di depan kediaman Max dengan mobilnya. Yura datang untuk memastikan sesuatu, tapi ketika melihat mobil Max keluar, maka Yura memutuskan untuk mengikutinya. Entah Max bersama Hera atau tidak saat ini, Yura hanya ingin sebuah jawaban.

***

   Pemeriksaan telah dilakukan dan kehamilan Hera telah dikonfirmasi oleh dokter. Usia kehamilan Hera juga telah diketahui dan itu cocok dengan rentan waktu sejak dia datang ke rumah Max. Mendengar hal itu membuat Max hanya bisa menghela napas. Max belum pernah melakukan kesalahan seperti ini sebelumnya, tapi semuanya telah terjadi dan yang Hera kandung adalah anaknya. Max tidak bisa mengabaikan hal itu lagi.

   "Kalau begitu, apa saja yang harus aku lakukan untuk menjaga ..." kalimat Max terhenti karena Hera yang tiba-tiba bicara.

   "Aku ingin aborsi. Apa dokter bisa melakukan itu untukku?" Hera bicara pada dokter dengan mata yang terlihat berair. Hera tidak siap dengan semua ini. Ia kesulitan dan takut di saat yang bersamaan.

   "Abaikan saja ucapannya. Tolong beritahu makanan dan vitamin yang baik untuk anakku." Max bicara sembari mencengkeram erat tangan Hera sebagai tanda agar dia berhenti bicara.

   Hera menepis tangan Max, lalu berdiri dengan wajah yang terlihat marah. "Apa aku setuju untuk mempertahankan anak ini? Sebelumnya, kau bahkan tidak mempercayainya sebagai anakmu, jadi untuk apa sekarang kau menyebutnya sebagai anakmu? Aku akan melakukan semua kewajibanku, tapi tidak dengan yang satu ini." Walau Hera bicara dengan nada bicara yang begitu marah, tapi Hera malah terlihat begitu hancur sampai membuatnya menangis.

Gadis Jaminan Tuan Max [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang