11

2.4K 202 7
                                        

Wonwoo terlelap dalam pelukan Mingyu setelah dirinya kelelahan menangis, bahkan sekarang tubuhnya masih sedikit bergetar dan masih sesenggukan kecil akibat tangisannya. Mingyu menghela napasnya panjang dan perlahan menurunkan kedua kakinya.

Ia meraih tubuh Wonwoo dan bangkit berdiri dengan menggendong Wonwoo ala koala, membuat pria Jeon itu sedikit menggeliat kecil, menyamankan kepalanya di pundak Mingyu. Mingyu lalu membawa Wonwoo untuk menuju ke kamarnya dari ruang tamu tersebut.

Tangan kirinya membuka pintu dan berjalan masuk, dengan perlahan, ia membaringkan tubuh Wonwoo di tempat tidur, lalu menarik selimut guna menutupi tubuh pemuda Jeon itu yang matanya sembab dan hidungnya memerah.

Ia mendudukkan diri di sisi ranjang lalu mengusap rambut Wonwoo, menghapus sisa air mata pria Jeon itu sebelum dirinya bangkit dan berjalan keluar dari sana. Meninggalkan Wonwoo untuk istirahat.

Kedua kaki jenjangnya melangkah ke arah ruang kerjanya yang berseberangan dengan kamar Wonwoo. Ia masuk dan langsung menuju meja kerjanya, mendudukkan diri di kursi itu dan terdiam memikirkan permintaan Wonwoo tadi untuk membunuh kedua orang tua Wonwoo.

Pintu ruang kerjanya terbuka dan Jisoo berjalan masuk membawa sebuah kotak yang terbuat dari kayu. Pria itu mendekat dan meletakkan kotak tersebut di atas meja kerja Mingyu yang menatapnya dengan bingung. "Ini dari pimpinan Lee.." ucapnya lalu membuka penutup kayu kotak tersebut.

Mingyu menatap sebuah botol kaca berwarna hitam di dalamnya, ia lalu meraihnya dan memperhatikan cairan merah yang ada di dalamnya. Senyuman terukir di wajahnya dan menatap Jisoo. "Katakan pada pimpinan Lee aku memihaknya." ucapnya kemudian dan Jisoo mengangguk untuk menanggapi lalu keluar dari sana.

Setelah pintu kembali tertutup, Mingyu membuka penutup botol kaca tersebut, tanpa berpikir panjang atau mencari gelas, ia meneguknya, terus menerus hingga tandas. Botol kosong itu ia letakkan di atas meja kerjanya, Mingyu menghela napasnya panjang dan bersandar pada kursi yang ia duduki.

Kedua matanya terpejam dan menikmati apa yang barusan masuk ke dalam tubuhnya, ia terdiam di sana cukup lama hingga akhirnya Mingyu memutuskan bangkit dan berjalan keluar dari sana.

Di ruang tamu, ia terhenti karena melihat Park Chanyeol di ruang tamu bersama seorang pria yang berdiri tak jauh darinya. Dahinya mengernyit bingung dan ia berjalan mendekat. "Chanyeol-ssi, anda datang terlalu larut." ucap Mingyu.

Chanyeol tersenyum tipis. "Hanya ingin melaporkan bahwa perdana menteri Kim sudah berada di kejaksaan sekarang." balasnya kemudian.

Pria Kim itu mengangguk dan mendudukkan diri, mempersilakan kedua pria itu untuk duduk di seberangnya. "Ada lagi?" tanyanya kemudian.

"Kami sedang melakukan penyelidikan pada galeri perdana menteri Kim dan kami menemukan ini." Chanyeol meletakkan sebuah tas berwarna hitam ke atas meja, yang langsung di raih oleh Mingyu dan di buka olehnya. "Saya mengenal gelang jade itu.. itu milik anda kan tuan Kim?" tanyanya kemudian.

Mingyu meraih gelang tersebut, dirinya memperhatikannya dengan lekat, berwarna biru dengan garis dan lekuk indah pada benda melingkar itu. Ia kemudian menatap Chanyeol. "Bukankah banyak barang ilegal di galeri perdana menteri Kim?" tanyanya kemudian dan diberi anggukan oleh Chanyeol.

Pria Park itu menghela napasnya panjang. "Barang yang dipamerkan juga kebanyakan palsu." ucapnya kemudian, ia memperhatikan Mingyu dengan lekat. "Dan kami perlu bantuan anda tuan Kim.. NIS ikut campur dan menghambat penyelidikan kami." lanjutnya.

"Choi Seungcheol?" tanya Mingyu dengan dahi mengernyit dan Chanyeol mengangguk untuk menanggapi, ia kemudian menatap ke arah pria yang duduk di samping Chanyeol. "Lalu siapa dia?" tanyanya kemudian.

The Conclusion of DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang