Hadiah Ulangtahun Untuk Via

9 2 0
                                    

Pulang sekolah Via merasa sangat kesal, lontaran kata yang di ucapkan oleh Iwan disekolah tadi, sangatlah menginggung perasaannya, Iwan wakil ketua kelas yang sangat cuek, dia pendiam, tapi sekalinya ngomong bikin orang sakit hati, Iwan juga sedikit kasar, Emosinya meledak-ledak terkadang tidak pernah terkontrol, Via terburu-buru masuk rumah dan langsung ke kamar, Dia melemparkan tasnya, satu persatu, kedua lengan nya melepaskan kancing baju sekolah, ["hmm awas ya Iwan, nanti pasti gua bales, untung besok libur jadi selamet deh lu Iwan"] gerutu Via, sambil Menganti bajunya.
"Via ... Via ... " Teriakan suara Acha dari luar, Via pun menghampirinya, "berisik lu, Ade gua lagi pada tidur, mau ngapain sih cepet amat lu udah sampe sini aja" Via protes

"Biasa aja kal Via" sahut Acha sambil memainkan ponsel nya,
"Udah makan lu" tanya Via
Acha cengengesan "heheheee belon, emak lu masak apa?* Tanya Acha kembali
"Jengkol balado, mau makan lu, ayo" ajak Via
"Wih hayu Via" Acha langsung menggandeng Via masuk ke dalam rumah Via, merekapun makan bersama dengan sangat lahap, "habis ini kita ke kali gue mau ngeroko" bisik Via pada Acha, mereka pun selesai makan, tidak lupa Acha menyuci piring kotor terlebih dahulu, lalu mereka berdua keluar rumah, mereka mampir ke sebuah warung kecil yang jaraknya lumayan jauh dari rumah Via untuk membeli dua batang roko tak lupa juga berikut korek apinya. Melewati sawah luas yang di genangi air saat musim hujan melanda, dua orang sahabat ini sampai juga di sungai besar, dari atas terlihat air sungai sangat deras, warnanya sarat keruh mencoklat, karena curah hujan yang tinggi satu Minggu yang lalu mengakibatkan air sungai menjadi deras dan keruh.
"Via deres bnget ga usah turun lah, hanyut lu klo tiba-tiba ada air kiriman" kata Acha

"Iya Cha ihh serem amat ya, ya udah kita duduk di Batu sana aja ga usah turun, atau di saung aja sebelah sana Cha, yuk" tunjuk Via kearah yang berlawanan dengan mereka,

Mereka berdua pun berjalan, mencari tempat dimana akan mengisap rokoknya tanpa terlihat satu orang sekalipun, ketika sedikit berjalan Acha melihat ada saung di pinggir sawah di dekat pohon besar yang rindang, lalu mereka berdua menghampirinya, Saung itu bersih juga terlihat sangat kokoh, seperti baru beberapa hari dibangun, di kelilingi kebun jagung yang sudah mau mulai berbuah, sehingga jika ada orang lain yang melewati sekitarnya tidak terlihat bahwa ada orang di saung tersebut.
"Mana koreknya tadi?" Via segera menjepit roko di kedua bibirnya, Acha menyalakan korek tapi tak kunjung bisa, mungkin karna korek apinya terkena air, karena terlalu lama menunggu Via pun merampas korek api yang sedang di pegang oleh Acha, "kelamaan setan, keburu ada orang lewat nih"
"Hmmm, susah pea, basah itu" Acha bergumam.
Setelah beberapa kali Via mencoba menyalakan korek api akhirnya berhasil juga, "nahhh pinteran gue kah" kata Via, "iya dah iya si paling pinter"sahut Acha
Mereka pun mengisap roko tersebut sambil memandang ke atas langit, ntah apa yang mereka berdua bayangkan,

Dulu kala, di sekitar sungai itu terdapat bendungan yang tidak bisa mengalir, seperti tersumbat, ikan nya sangat banyak, tapi jarang sekali orang memancing sendirian, belum lagi dongeng dengan adanya buaya, sekarang? Jangankan buaya ikan pun tak pernah ada, sekalinya ada di musim hujan itu karena adanya Empang yang bobol dan isinya kabur ke sungai semua, ikan nya pun lebih banyak ikan impor semua, seperti ikan mas, ikan nila, ikan gurame, sedangkan ikan pribuminya seperti hampal, dan bebeong sudah lama tak terdengar kabarnya, ntah langka ntah punah, Dulu terlalu banyak orang yang menangkap ikan mamakai portas jadi ikannya habis terbawa sampai anak, cucu, dan cicitnya.
Kalau buaya? Mungkin banyak buaya darat, laki-laki yang suka ngintip wanita mandi saat air di kampung-kampung langka, lalu terpaksa harus mandi dan menyuci di sungai.

"Gue sebel banget sama si setan Iwan kabogoh lu itu Cha" gerutu Via
"Dih kabogoh gue, emang tadi itu kenapa sih, gue ga perhatiin, tau-tau si Doni jerit aja, coba jelasin" tanya Acha
"Elu mah main HP mulu sih, mentang-mentang udah ada HP, jadi tadi tuh kan sebelum pulang, pada ngumpulin uang kas anak-anak, si Iwan main nyerobot aja, terus gue bilang, tunggu ya wan, dia malah ngotot mau balik katanya, trs uang nya di lempar ke meja, ya gue lempar balik ke muka dia, kesel kan ga sabaran, ehh dia malah nyolot sama gue mau mukul gitu, si Doni triak" jelas Via sambil mematikan rokoknya,
"Ehh udah mau asar balik yuk" lanjut Via, mereka berdua pun pulang, ke rumah masing-masing berpencar di pertengahan jalan arah pulang. Acha pulang ke rumah neneknya yang jarak tempuh tidak begitu jauh, sedangkan Via ketika masih dalam perjalanan pulang ke rumah turunlah hujan amat deras, Dia sampai di rumah dengan keadaan basah kuyup.

Tanggal 14 April hari ulangtahun Via
Hari Minggu, Di pagi yang cerah, Via terbangun pada kondisi yang kurang baik, tidak seperti hari-hari sebelumnya, mentari yang bersinar cerah pagi itu rupanya tak berpengaruh pada kondisi tubuh Via yang saat ini sedang mengalami penurunan, ranya ingin sekali beranjak jadi tempat tidur dan main, rasa pusing dan badan menggigil membuat Via terpaksa harus terbaring di tempat tidur. Mama Lia dan Pak Bimo yang sedang makan nasi uduk di depan rumahnya bersama kedua anaknya, pak Bimo yang sedang ingin menyuap kan nasi ke mulutnya tiba-tiba berhenti "Via kemana ma?",

"Eh iya mana si Via" Mama Lia menoleh kanan kiri anak melihat perempuannya tidak ikut sarapan pagi seperti biasanya

"coba liat kaka Ran?" Suru pak Bimo pada Randi

"ih males pah" gerutu Randi yang sedang asik sarapan

"Ya udah biar mama aja" Mama Lia pun melihat Via kekamanya, ketika ingin membangunkan Via, Mama Lia memegang kaki Via (dingin), dan kening Via (Panas), "Lah Via meriang, ujan-ujanan sih kemaren, sarapan dulu, nanti minum obat" Ucap mama Lia, sementara Via masih tertidur pulas,
Setelah itu Mama Lia bergegas pergi ke warung untuk membeli obat Demam untuk Via berpapasan dengan Acha, "mau kemana ma?" Tanya Acha

"Ini beli obat, si Via sakit tuh meriang kehujanan kayanya itu kemaren" jawabnya

"Hahh, ya udah Acha duluan ya" Acha pun berjalan menuju rumah Via dengan membawa kan sepotong Kue 🍰 dan kado yang isinya gelang persahabatan dengan inisial V (via) dan A (Acha),
Setibanya di rumah Via, Acha pun langsung ke kamar Via, di susul oleh Pak Bimo membawakan hadiah untuk anaknya tak lain itu adalah sebuah Handphone.

"Happy Birthday Viaaa ...
Happy Birthday Viaaa ...
Happy Birthday Viaaa ..." Disusul Randi dan Pak Bimo
Via pun terbangun mengucek kedua matanya,

"Heheee terharu" Via Cengengesan, membuka hadiah dari Pak Bimo serta Acha, Via merasa sangat bahagia dan rasa sakitnya hilang seketika.

The First My Friends Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang