Bisakah Aku Mengingatnya?

3 0 0
                                    

15 tahun yang lalu

Acara pernikahan berlangsung khidmat. Sepasang suami istri sedang bahagia-bahagianya. Pagi itu awan seperti ikut menjadi saksi prosesi ikrar janji sepasang suami istri. Pepohonan juga memberikan tarian gembiranya ketika para saksi menyatakan 'sah' atas ikrar mempelai pria tersebut. Pasangan laki-laki dan perempuan itu, saling bertatapan kemudian tersenyum lebar.

"Akhirnya ya mas. Finally."

"Iya dek, finally. Setelah beberapa tahun kita kenal." ujar mempelai pria dengan sedikit tertawa.

Hari itu tidak ada raut wajah selain bahagia dan bangga. Hanya para kerabat dan keluarga terdekat yang diundang. Agar prosesi pernikahan lebih terasa intim. Sebelumnya, beberapa bulan lalu itulah yang disepakati kedua pasangan. Pernikahan dilaksanakan dengan mengundang kerabat dan keluarga terdekat saja. Kedua belah pihak setuju, dan terlaksanalah apa yang mereka usahakan. Pernikahan yang cukup sederhana, di pelataran masjid daerah ibukota. Tidak ada pengiring musik kali ini. Tidak ada juga para perempuan yang berdansa-dansa di atas panggung. Mungkin karena keluarga dari kedua belah pihak bersepakat tentang itu semua.

Sudahlah, tidak penting masalah seperti itu bagi kedua pasangan yang sedang berbunga-bunga. Aduhai, cantiknya raut wajah si mempelai wanita. Gaun anggun berawarna putih dengan beberapa hiasan sederhana di atas hijab, membuat mempelai pria tidak berhenti memandangi wanita yang sekarang adalah istrinya.

"Ya Allah bisa gandeng tangan perempuan juga akhirnya." - ujar si pria dalam hati

Tangan-tangan memberikan selamat kepada mereka berdua, keduanya tak henti-henti memberikan senyuman paling indah sepanjang hidupnya untuk para tamu.

"Selamat ya ponakan tante paling ganteng. Dituntun bener-bener istrinya."

"Siap tante, makasih banyak tante udah bantu-bantu ngatur ini semua." ujar sang mempelai pria

"Apasih, kaya baru kenal tante aja kamu, san. Ih ya Allah cantik banget si kamu fa." - menggoda mempelai wanita

"Makasih tante." jawabnya sambil tersipu malu

"Jelas dong cantik, istrinya Ihsan." Sang Suami ikut menyaut menambah rona merah yang ada di wajah istrinya.

Ah begitulah kehidupan baru mereka berdua. Sang pengantin baru yang cintanya akan terus baru sampai maut memisahkan mereka. Ihsan dan Syifa nama mereka, jika kamu penasaran.

Ihsan lahir dari keluarga asli ibukota, dan juga istrinya. Lahir dan besar di daerah ibukota. Mereka sempat duduk di bangku sekolah yang sama di jenjang sekolah menengah pertama. Lulus SMP, mereka berpisah dan makin terpisah ketika keduanya melanjutkan pendidikan di bidang yang berbeda dan tempat yang tidak kalah berbeda. Syifa di Indonesia, Ihsan di Malaysia. Lulus dengan gelar sarjana. Mereka bertemu kembali ketika sekolah mereka mengadakan reuni akbar yang mengundang seluruh alumni dari sekolahnya. Begitulah cerita sebelum acara pernikahan ini. Saat ini Ihsan sedang berjuang dengan segala yang menimpanya, juga istrinya tak kalah ikut berjuang sekuat tenaga menemani sang pujaan hati keluar dari permasalahannya.

...

2 tahun setelah pernikahan

Hari berganti hari, kedua pasangan itu masih sayang-sayangnya sampai kapanpun itu. Mereka akan tetap saling mencintai, seperti ketika pertama kali sang mempelai pria mengucapkan janji setia kepada istri satu-satunya itu. Istrinyalah yang paling mengerti keadaannya beberapa tahun setelah pernikahan, istrinyalah yang paling berjasa atas hidupnya setelah ikrar janji diucapkan suaminya.

Dua tahun setelah pernikahan, di bulan yang sama. Sang suami punya rencana, ingin memberikan kejutan kepada istrinya di hari ulang tahun pernikahan mereka, dan juga istrinya. Ia punya hadiah yang sudah ia persiapkan. Ia membayangkan bagaimana wajah sumringah suaminya, ketika ia berikan hadiahnya ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bisakah aku mengingatnya?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang