Pesan Dari Nisan

2 0 0
                                    

Kepalaku dipenuhi kebingungan.

Tahun ini, aku menginjak usia ke-18 tahun. Selama menjalani masa sekolah, aku selalu fokus pada akademik. Aku selalu mendorong diriku untuk menjadi pribadi yang lebih cerdas dan pintar. Aku ingin dapat menguasai segala hal. Aku berjanji pada diriku sendiri untuk hanya melakukan apapun untuk diriku sendiri.

Ambisi pada diriku tumbuh bukan tanpa alasan. Aku... memiliki fisik yang kurang menarik. Bukan. Bukan kurang lagi. Kurasa sudah sampai ditingkat sangat tidak menarik.

Seumur hidupku, aku tak pernah memiliki hubungan dengan lawan jenis. Mungkin kondisi fisikku lah penyebabnya. Tampang buruk rupa ini mungkin membuat seluruh cupid yang berusaha menabur serbuk cinta, kabur ketakutan ketika melihatku. Bahkan para lelaki itu, selalu memakai namaku sebagai bahan candaan dalam pertemanan mereka. Ketika aku hadir, mereka akan saling mengejek dengan mengatakan bahwa aku adalah pacar salah satu dari mereka, sambil menunjukku, diiringi kerasnya suara tawa. Lalu, yang diejek akan menepis dan membantah bahwa aku bukan pacarnya. Tak jarang yang diledek akan membalas dengan kata 'Najis' atau umpatan lainnya. Apakah berhubungan denganku memang semenjijikan itu?

Sudah lebih dari dua jam, aku duduk terpaku di meja belajarku. Mataku terus menatap lurus sepucuk surat yang tak pernah ada dalam harapan dan ekspektasiku sebelumnya.

Itu surat cinta. Kurasa... entahlah. Ini adalah hal yang baru pertama kali kurasakan. Rasa ini, rasa ketika kau mengetahui bahwa ada seseorang yang menyukaimu. Aku sangat bingung bagaimana harus bersikap. Perasaanku? Hm... apakah senyuman yang daritadi melukis wajahku adalah pertanda bahwa aku senang?

Surat ini kudapat dari kolong meja kelas dimana aku biasa duduki. Seusai mata pelajaran selesai, aku membereskan barang-barangku dan memastikan seluruhnya sudah masuk dalam ranselku. Ketika merogoh kolong meja, aku merasakan secarik kertas dibawah sana. Aku mengambilnya, dan benar saja, itu sebuah kertas yang dilipat tiga kali. Aku tak ingat pernah menyimpan suatu kertas dibawah kolong meja. Aku pun membuka kertas itu dan membacanya.

Awalnya, aku senang. Pertama kali dalam hidupku, aku dicintai seseorang. Bisa kau percaya? Seseorang telah mengagumiku dengan fisikku yang buruk ini. Lalu, aku mulai murung dan berusaha bersikap biasa saja. Bagaimana jika ini hasil kejahilan dari para teman lelaki ku? Aku tak mau jatuh dalam jebakan mereka. Mereka pikir aku bodoh? Mana mungkin aku dicintai orang lain.

Tetapi, kali ini hati lebih mendominasi batinku dibanding otak. Aku tak bisa mengacuhi isi surat itu. Aku terus merasa senang karena akhirnya aku dicintai. Segala kemungkinan wujud si pengirim surat, terus bermunculan dalam pikiranku. Aku tak bisa fokus meski besok ada ulangan harian matematika.

Plak

Tamparan ini ku layangkan pada pipi kananku, agar dapat fokus dan mengabaikan surat itu. Ayolah. Itu hanya surat iseng. Tak ada yang sudi mencintaiku. Aku ini jelek.

***

Jam dinding mengarahkan jarumnya pada suatu angka, menunjukkan pukul 09.20.

Selepas ulangan harian matematika tadi, akhirnya aku dapat bernafas dengan lega. Meski hasil yang kudapat belum mencapai target, tapi setidaknya nilai yang kudapat merupakan nilai paling tinggi dalam kelas. Hal itu membuatku sedikit lebih tenang.

Seperti biasa, saat istirahat, aku pergi ke kantin bersama seorang teman dan membeli bolu cokelat. Lalu kami berdua kembali ke kelas untuk menyantap masing-masing makanan kami.

Sesampainya di kelas, area pojok tengah sebelah kiri kelas telah diisi dengan kerumunan siswa. Aku mendengar suara nada tinggi seseorang dari sana. Tampaknya itu adalah kerumunan orang-orang yang sedang menonton keributan. Jujur, aku sangat penasaran, jadi aku memutuskan untuk bergabung dalam kerumunan itu guna mencari akar masalahnya.

Pesan Dari Nisan - ShortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang