Zilia sekarang sudah rapi memakai dress nude yang indah, rambut yang terurai lembab, dan wajah yang tanpa make up namun tidak menghilangkan kesan manis bersatu dengan kecantikan, namun disayangkan harus terkurung di atas kasur mewah. Ia menatap jendela besar disamping tempat tidur dan menatap nanar pemandangan luar yang tampak menyenangkan mata dan pikiran. Ia termenung menekuk dan memeluk lutut memikirkan ucapan yang satu jam lalu terucap dari bibir harka. Zilia benar-benar terjebak dengan situasi, ingin pergi namun dirinya harus siap mengorbankan kenangan keluarga yang harus dijaga.
"Tuhan.... Bagaimana sekarang??"
Air mata zilia mengalir tanpa suara isakan dengan bibir masih mengatup. Ia termenung memikirkan ucapan harka sebelum ia keluar dari kamar.
*Flashback on*
Persiapkan dirimu karena besok kita akan menikah!".
"Baik tuan". Ucap zilia sopan sembari menundukkan kepala dihadapan harka. Sedetik kemudian ia tersadar dengan jawaban yang terlontar.
"Menikah??"
"Tidak!!!". Zilia secepat kilat meralat perkataan yang tadi keluar begitu saja sambil menatap panik wajah harka, tanpa disadari selimut yang menutupi dadanya terlepas menampakkan dua pegunungan indah yang polos. Harka yang masih menghadap dan memandangi zilia mendapat pemandangan itu tersenyum senang.
"Apa kau sedang menggodaku zia?". Harka menarik sudut bibir dan menaikan satu alis tanpa memutuskan kontak mata ke objek yang indah.
Zilia tersadar dengan ucapan disertai tatapan harka, dengan cepat ia menaikan selimut kemudian membungkusnya kembali hingga ke leher yang telah dipenuhi tanda kepemilikan itu. Zilia terdiam berusaha menormalkan diri karena keterkejutan yang dirasa, cukup lama zilia mengatur jantung yang tidak berhenti berdetup kencang agar kembali normal.
"Suatu kehormatan bagi saya mendapatkan posisi itu. Tapi Maaf tuan, saya tidak ingin menikah. Saya tahu posisi saya yang hanya sebagai pelayan pribadi tuan". Zilia menundukan kepala dalam-dalam tidak ingin memiliki kontak mata dengan harka.
Mendengar jawaban zilia membuat kemarahan harka muncul, ia mengepalkan tangan hingga terlihat jari-jarinya memutih.
"Sudah ku katakan, setiap perkataan yang keluar dari mulutku adalah sebuah perintah untukmu. Kau tidak ada wewenang untuk dirimu sendiri, karna tubuhmu dan jiwamu ini sekarang milikku, paham kau?!"
Zilia tertunduk tidak mau melihat wajah harka, ia tahu bahwa pria yang berada tidak jauh darinya itu sedang marah. Muncul rasa takut selain dari rasa benci di hati zilia untuk harka, namun ia tidak bisa berbuat apapun.
"Apa kau dengar zia?!"
Zilia hanya tertunduk tidak ingin menjawab pertanyaan harka, yang dapat ia lakukan sekarang adalah menangis.
Harka Melihat zilia yang tidak merespon membuat amarahnya semakin bertambah. Ia berusaha mengontrol diri agar tidak menyakiti wanita itu seperti dirinya menyakiti wanita yang selama ini mencoba mendekati tubuhnya.
"Damn!"
Harka membanting pintu kamar dengar keras, membuat maid dan kepala pelayan yang menunggu diluar kamar terperanjat memegangi dada karena terkejut. Namun mereka dengan cepat kembali pada posisi dan sikap badan seperti semula, mereka tidak mau menjadi sasaran tuan yang emosional.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Ingin Hidup
Romancepreety elizabeth Brazilia, biasa di panggil zilia merupakan wanita berumur 20 tahun yang baru memasuki perkuliahan di semester 4 pada salah satu universitas indonesia. awalnya Zilia anak dari konglomerat. Namun kebahagiaan dan keceriaanya musnah set...