LF 16: N, A, N

31 18 2
                                    

Hai?
See u again guys,
Happy reading💞

.

.

.

.

"Nay?" Nayla mendongak, menatap wajah teduh ibunya. Savhia Riska, seseorang yang sudah merawat dan melahirkan gadis itu kedunia ini.

"Iya, ma?" Balasnya sopan sembari berdiri dari tempatnya duduk.

"Nilai kamu gimana? Nggak ada yang kurang kan?" Bibir Nayla berkedut linu, bukan, bukan pertanyaan seperti ini yang dia harapkan.

"Aman kok, ma," balasnya seraya menunduk, sungguh sakit rasanya jika yang ditanya hanyalah angka di dalam kertas itu.

"Rank nya jangan sampai turun, mama nggak mau teman-temannya mama tau," lagi, seperti tidak peka pada sekitar dan tidak mengerti perasaan anak semata wayangnya itu, Vhia terus melanjutkan ucapannya.

"Bisa nggak ma? Sehari aja, nilai itu di hilangin dulu pembahasannya," lirih Nayla.

"Oh, gabisa dong nay! Nilai kamu itu harus mama banggakan ke teman-teman mama yang anaknya kurang pintar, biar iri mereka," Vhia tersenyum bangga, seharusnya Nayla juga ikut senang mendengar itu. Namun entah kenapa hatinya malah berdenyut nyeri.

"Ma, ngejar nilai itu capek. Mama ngga nanyain keadaan nay? Nay sakit atau gimana?" Seperti orang tak acuh, Vhia hanya mengedikkan bahunya.

"Kalau sakit di obat aja, nay. Gausah lebay deh," balasnya lalu pergi dari sana.

Nayla memandang nanar langit gelap diatasnya itu dengan tatapan sayu, seharusnya dia senang jika diajak makan malam keluarga tiap hari, namun makan malamnya ini berbeda, hanya untuk menunjukkan harta dan pamer putra-putri mereka.

Gadis itu menggigit pipi dalamnya, dan mendang kaleng yang berada di dekat situ sekuat tenaga untuk melampiaskan emosi.

"ADUHH!" mata Nayla membola, mendengar suara seorang remaja lelaki yang mungkin terkena tendangan botolnya itu.

"Siall!" Bathin gadis itu.

"HEH, SINI LO, MAJUU!" Seorang remaja tampak mengelus kepalanya yang terkena botol itu.

"Waduh anjrit! Mana tinggi lagii kek jerapah, mana sanggup guee" gumam gadis itu komat Kamit sendirian.

"WOI KALAU LO CEWEK GUE SUMPAHIN, MAKE UP LO LUNTUR TRUS JADI MIRIP MBA KUNTI!" teriaknya, Nayla tersedak Salivanya sendiri mendengar itu.

"Kampret! Sadis banget sumpahannya," tanpa ada pilihan lain, dia hanya bisa menyusul lelaki itu kesana.

Nayla masih komat Kamit sendiri merutuki dirinya yang tak sengaja melempar kaleng minuman itu.

"Takut kan lo!" Ujar lelaki itu membuat Nayla kaget.

"Santai, gue juga udah disini," Nayla mulai mengangkat wajahnya melihat siapa yang berdiri didepan sana. Dan sontak, mata gadis itu membola.

"ZAFRAN!"
"NAYLA?!"

kompak sekali, seperti sudah direncanakan.
Nayla menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, menghilangkan rasa canggungnya.

Last ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang