"Setiap luka, selalu ada rasa sakit. Tapi rasa yang gue rasain kali ini, hanya dendam. Gue dendam sama diri gue sendiri dan orang yang udah berani ngerusak kebahagian gue."
-Alexa Olivia Johnson
***
Mata Aksa perlahan-lahan terbuka. Jam sudah menunjukan pukul 00.00. Aksa memegangi kepalanya yang masih terasa berdenyut dan melihat ke sekeliling.
Dan saat pandangannya mengarah tepat ke sebelahnya, Aksa melihat Alexa yang sedang tertidur dengan kedua tangannya sendiri yang dilipat dan dijadikan sebagai bantalan.
Namun kening Aksa mengerut saat mendapati ada sebuah luka lebam dan goresan di wajah Alexa. Aksa menggeser tubuhnya menjadi lebih dekat dengan Alexa.
Saat ingin menyentuh luka lebam di wajah Alexa, tiba-tiba saja tangan kanan Alexa memegang tangan Aksa. Aksa pun terkejut saat mendapati jika ternyata Alexa tidak tidur.
Alexa membuka kedua matanya dan menatap Aksa. "Kenapa?"
"E-eh, enggak kok. Aksa cuman kaget aja kok bisa ada di kamar Exa," gugup Aksa.
Alexa menghela nafasnya lalu merubah posisinya menjadi duduk dengan menyender di penyangga kasur.
"Aksa, mulai sekarang kamu gak boleh deket-deket sama Baskara lagi," kata Alexa serius.
Aksa mengerjapkan matanya polos. "Kenapa? Baskara ternyata baik kok, habis balapan tadi itu aja aku diajak pesta."
"Apa kamu ingat kejadian di pesta itu?" tanya Alexa dengan mata memincing.
Aksa terdiam. Lalu dengan perlahan, Aksa menggelengkan kepalanya. "Nggak tau, Exa. Yang Aksa inget terakhir kali Aksa cuman minum air putih, habis itu Aksa ngantuk berat. Setelah itu Aksa udah nggak ingat apa-apa lagi."
"Minuman itu tercampur oleh obat tidur."
Aksa nyaris jantungan saat mendengar perkataan dari Alexa. Untung dia tidak punya riwayat penyakit jantung.
"E-emang iya, Exa?" tanya Aksa terbata.
Alexa mengambil handphonya yang memang berada di sebelahnya itu lalu menunjukan sebuah video. Aksa menerima ponsel tersebut dengan tangan yang bergetar hebat.
Saat Aksa melihat isi video tersebut, Aksa benar-benar terkejut saat menyadari bahwa ucapan dari Alexa seratus persen benar.
"Hiks hiks... maafin Aksa. Maafin Aksa yang udah melanggar ucapan dari Exa yang melarang untuk balapan sama Baskara. Hiks hiks... jangan diemin Aksa." Dengan cepat Aksa memeluk Alexa yang masih terdiam itu dengan menyembunyikan wajahnya di perut Alexa.
Alexa hanya menghela nafas lalu mengusap kepala Aksa dengan lembut. "Lain kali jangan diulangin lagi. Udah jangan nangis."
Aksa menuruti permintaan Alexa agar tidak menangis lagi. Dan beberapa detik kemudian tangisan dari Aksa pun berhenti.
"Aksa, lebih rajin berlatih di markas, ya? Biar sewaktu ada bahaya, Aksa bisa menghadapi bahaya itu sendirian."
Aksa mendongakkan kepalanya menatap Alexa dengan tatapan bingung. "Kan masih ada Exa, emang Exa mau ke mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Obsesion [End]
Teen Fiction[SEBELUM MEMBACA, MINIMAL FOLLOW AKUN AUTHORNYA DULU] Kisah ini menceritakan seorang lelaki yang harus menjadi bahan obsesian oleh sekelompok mafia yang sangat kejam. Lelaki tersebut dijadikan bahan obsesian karena ada sesuatu hal penting yang mena...