Seorang gadis cantik dengan wajah pucat tengah berbaring dibrankar rumah sakit ia hanya sendirian disini tanpa seorang pun yang menemani nya sejak ia berumur 17 tahun ia memutuskan untuk keluar dari panti asuhan lalu bekerja untuk bertahan hidup namun naas saat ia berumur 19 tahun ia divonis mengidam kanker stadium akhir.
Ia bisa bertahan dirumah sakit karna seorang dokter baik hati yang membayai biaya rumah sakitnya jika tidak entahlah bagaimana hidupnya sekarang, pintu ruangan kamar rawat inapnya terbuka menampilkan seorang lelaki dengan tubuh yang dibalut Jaz putih.
Lelaki itu tersenyum hangat pada gadis yang terbaring dibrankar "bagaimana kabarmu Tisara?" tanya lelaki itu.
Tisara tersenyum lalu ia mengangguk "sudah lebih baik dok"
Dokter Imanuel tersenyum "syukurlah"
Tisara sangat bersyukur bisa bertemu dengan dokter Imanuel pria itulah yang membantu nya bahkan lelaki itu juga yang sudah menanggung semua biaya rumah sakit nya.
"cepat sembuh ya" ucap Dokter Imanuel dengan mengelus pucuk kepala Tisara.
Tisara tersenyum kecil dalam hati ia berharap hal yang sama walau kemungkinan ia bisa sembuh sangat kecil "iya aku berharap juga seperti itu, agar aku bisa membalas semua kebaikan dokter" ucap Tisara, ia tau biaya yang dikeluarkan untuk menanggung rumah sakit bukanlah sedikit pasti Dokter Imanuel sangat terbebani akan hal itu.
"sudahlah jangan terlalu difikirkan yang terpenting kau bisa sembuh terlebih dahulu" ucap Dokter Imanuel.
Tisara hanya terdiam tak lama gadis itu mendongkak menatap Dokter Imanuel "berapa lama lagi aku harus berada dirumah sakit ini?" tanya Tisara.
Dokter Imanuel tersenyum "mungkin berberapa hari lagi, hasil pemeriksaan kesehatan mu cukup baik sekarang tapi lihat berberapa hari kedepan jika hasil nya baik kau boleh pulang"
Tisara hanya mengangguk.
"sudah diminum obatnya?" tanya Dokter Imanuel.
"sudah Dok"
"baiklah kalau begitu, saya tinggal dulu untuk mengecek pasien yang lain kalau ada apa apa pencet tombol yang ada disebelahmu" ucap Dokter Imanuel dengan menatap sebuah tombol kecil yang berada disamping brankar Tisara.
"iya Dok"
Setelah kepergian Dokter Imanuel Tisara hanya terdiam sambil menatap langit langit kamar inap nya ia sudah sangat bosan berada dirumah sakit sudah tak terhitung berapa hari ia disini atau mungkin berbulan bulan Tisara tak tau itu ia hanya berharap bisa keluar dari ruangan yang berbau obat obatan ini.
Kehidupan Tisara tak seperti remaja pada umumnya disaat remaja lain tengah bersenang senang,belajar dan menikmati masa muda nya berbanding terbalik dengan dirinya yang harus melawan penyakit yang ia derita.
"YaAllah aku hanya ingin bahagia, itu saja." gumam gadis itu.
"jika aku tidak bisa bahagia didunia semoga aku bisa bahagia diakhirat" gadis itu hanya bisa pasrah sudah bertahun tahun ia melawan penyakit yang ia derita namun sama sekali tak ada kemajuan.
Tubuhnya semakin kurus tenaga nya juga semakin melemah selain itu Tisara juga mulai lelah dengan keadaan ia juga tak ingin semakin merepotkan Dokter Imanuel lelaki itu sudah sangat baik pada nya jika bisa ia ingin membalas kebaikan Dokter Imanuel dikehidupan nya walau tidak bisa dikehidupan ini ia berharap dikehidupan berikutnya.
Kenapa takdir begitu jahat pada nya ia hanya ingin bahagia, mimpi Tivara hanya satu memiliki keluarga yang harmonis dan membahagiakan anak anaknya kelak. Ia ingin memiliki seorang suami yang bisa membimbing nya sampai surga dan mempunyai anak yang lucu lucu.
YOU ARE READING
TAKDIR CINTA
FantasyTakdir cinta apa tanggapan kalian tentang kalimat 'Takdir cinta' ya semua orang mempunyai takdir cinta masing masing namun berbeda dengan seorang gadis yang bernama Tisara Ayunda Magadis seorang gadis yatim piatu sejak ia berusia 5 tahun. Seorang g...