Happy reading~
Semoga kalian suka.
Jangan lupa tinggalkan jejak! (Komen dan kasih bintang kalian di sini)
Maaf kalau ada kesalahan-kesalahan kecil dalam cerita.
••••
“Kamu nggak apa-apa ‘kan kalau Ayah yang temani?” tanya Andreas kepada anak laki-lakinya saat berjalan di koridor rumah sakit.
Saguna menoleh, lalu menggelengkan kepala. “Nggak apa-apa, Ayah.”
“Sebenarnya, Ibun itu mau banget temani kamu, tapi kalau Ibun pergi pasti adik kamu tanya-tanya atau mau ikut. Ayah takutnya rahasia ini akan ke bongkar. Jadi Ibun sudah serahkan semua ke Ayah.”
Sepanjang jalan mereka berbincang sampai akhirnya Andreas menuju meja pendaftaran, kemudian setelah selesai mereka segera ke ruangan tempat Dokter Heru praktik.
Saguna melihat Mada sedang duduk bersama ibunya di kursi tunggu tidak jauh dari ruang praktik Dokter Heru.
“Hai Mada!” Saguna lekas duduk di sebelah Mada.
Mada terkejut oleh kedatangan teman barunya itu, “Hai, Guna! Lo lagi apa di sini?”
Bola mata Saguna bergerak resah. Ia baru ingat kalau merahasiakan penyakitnya pada Mada, “Gue ke sini mau coba check up aja. Biar nggak kejadian kayak waktu itu. Lo sendiri udah keluar dari rawat inap?”
“Udah dari seminggu yang lalu. Hari ini disuruh check up.”
“Oh begitu, syukur deh, lo udah lebih baik.”
“Ini teman yang kamu temui di rumah sakit waktu itu ya?” tanya Andreas yang dari tadi menyimak dari sebelah sang anak dan kini ikut bergabung dalam percakapan dua remaja itu.
“Iya, Ayah.” Saguna bergantian menoleh pada Andreas dan Mada, “kenalin, Da! Ayah gue.”
Mada mengulurkan tangan dan bersalaman dengan Andreas, “Mada, Om. Ternyata Guna cerita tentang Mada ya?”
“Iya, Om salut sama perjuangan hidupmu. Terus semangat untuk sembuh ya. Om yakin kamu pasti bisa sembuh.”
Mada mengulum bibir membentuk setengah lingkaran. Hatinya terasa hangat ketika orang tua temannya ini memberi dukungan.
“Makasih ya, Pak.” Sambar ibunya Mada yang juga mendengarkan itu.
Andreas tersenyum sembari menganggukkan kepala, “Sama-sama, Bu.”
“Oh iya, kenalin Gun, Om, ini Mama saya.” Mada yang baru ingat segera mengenalkan sang ibu pada kenalan barunya, “dan ini Guna sama Ayahnya, Ma. Ini orang yang Mada bilang ketemu di rooftop rumah sakit.”
Wanita bergaun yang panjangnya mencapai lutut itu mengulurkan tangan pada Andreas, “Kasih.”
“Andreas.” Pria yang hanya mengenakan kaus biasa dan celana jeans panjang itu membalas uluran tangan dari wanita cantik di hadapannya. Setelah itu Kasih beralih berkenalan dengan Saguna.
“Saguna sakit apa, Pak?”
“Kecapekan aja, Tante. Sekarang cuma coba check up biar kondisi terus stabil.”
Andreas yang tadinya akan menjawab seketika merapatkan bibir lagi saat Saguna menyambar lebih dulu. Anak itu masih menutup-nutupi keadaannya dengan siapa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum dari Saguna
Novela Juvenil"Kalau keinginan terbesar lo apa?" "Gue cuma mau membuat semua orang yang gue sayang selalu tersenyum. Jadi alasan untuk mereka bahagia. Gue rasa itu hal paling membahagiakan di dunia." ... Hanya kisah seorang pemuda yang berusaha meninggalkan kena...