Kondisi Nafisya sudah mulai membaik, wanita itu kini sudah menjalani aktifitas seperti biasanya seorang istri.
"Masak apa hari ini, hm?"
Suara maskulin dan sentuhan tangan kekar yang melingkar di pinggang ramping Nafisya berhasil mengejutkannya. Sungguh, akhir-akhir ini Samudra semakin mengeluarkan sisi lain dalam dirinya. Pria itu semakin berani membuat Nafisya bergidik ngeri.
"Lepas dulu Sam, aku susah masaknya..."
Samudra menurut, ia melepaskan diri lalu bersandar di pintu kulkas, mengamati kegiatan istrinya yang sedang memasak.
Nafisya menatap heran melihat tingkah suaminya itu, tubuh atletisnya menjulang tinggi dan sialnya sangat mendominasi, menyebabkan Nafisya sedikit kehilangan konsentrasi. Wanita itu melanjutkan kegiatan masaknya dengan gugup, tatapan Samudra selalu berhasil mengintimidasi.
"Bisa gak gausah natap Fisya kayak gitu?"
Samudra menaikkan alis. "Kamu gasuka?"
Nafisya merotasikan bola mata malas, ia menghiraukan suaminya. Kaki jenjangnya bergerak menuju rak piring, membawa satu buah mangkuk untuk mewadahi makanan yang selesai dimasaknya.
"Dari pada diem gitu mending bantu Fisya siapin piring buat makan, gih."
Samudra menaikkan salah satu sudut bibirnya, lalu ia menuruti perintah istrinya itu.
Saat ini, hubungan rumah tangga mereka sudah mulai terjalin cukup baik. Keduanya sama-sama berjuang untuk saling membenahi. Komunikasi dan kebersamaanpun sekarang sudah semakin intens, mereka berdua semakin dekat satu sama lain.
Tapi jelas, Samudra yang mendominasi disini, pria itu benar-benar ingin meluluhkan hati sang istri. Meskipun Samudra tahu sampai detik ini Nafisya masih mengharapkan Dewa dalam hidupnya.
Samudra tahu, sangat tahu. Nafisya selalu punya ruang tersendiri di dalam hatinya untuk cinta pertamanya, Dewa.
"Mau tambah lagi?"
Samudra yang berniat mengambil kembali satu centong nasi kini memberhentikan kegiatannya, benda itu diambil alih oleh Nafisya, ia kemudian menyendokkan lagi nasi ke piring suaminya, lengkap dengan lauk pauknya.
Perhatian kecil Nafisya selalu berhasil mendesirkan hati Samudra, ia tersenyum tipis disana.
"Terimakasih, sayang."
Nafisya sontak menatap nyalang suaminya. "Lebay."
Samudra tergelak, ia memang sangat hobi menggoda istrinya.
"Hari ini setelah kamu kemoterapi kita belanja bulanan ya, Sam? Kebetulan bahan makanan udah abis."
Samudra mengangguk menyetujui. "Okay, Fisya."
Selesai makan, mereka berdua kini sedang bersiap untuk pergi ke rumah sakit, hari ini memang jadwal kemoterapi Samudra seperti biasanya seminggu sekali.
Samudra melajukan mobil putihnya dengan tenang, membawa diri dan istrinya melaju membelah jalanan kota.
Seperti biasa, Nafisya menunggu suaminya di lobby rumah sakit ataupun di kantin. Gadis itu bahkan sudah akrab dengan beberapa petugas rumah sakit yang berada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESAMSYA [ON GOING]
Genç Kurgu#3 GEZELLIGHEID SERIES Nafisya Nayyara Almahyra, gadis belia yang terpaksa harus menikah dengan Samudra Shazad Zaigham, sahabat sekaligus sepupu dari orang yang dia cintai, Dewangga Adelard Nadhif. Pernikahan yang tidak diimpikan itu, berlandaskan...