Chapter Twelve: One of the Girls - 3

223 41 15
                                    

"Siarannya ditunda sampai akhir pekan. Aku sudah beritahu kalau kau dan aku tidak bisa bertemu karena ada kesibukan. Banyak yang memberi protes tetapi janji tetap janji. Kau tidak bisa mundur lagi. Akan kujemput nanti di hari Sabtu. Kau cepat pulihkan dirimu. Baby harus terlihat menggoda, bukan menyedihkan seperti sekarang."

Haruskah Yerim bersyukur dan mengucap terima kasih? Setidaknya Bomin masih punya hati nurani. Saat ini, dia sudah berada di halaman apartemennya, setelah pria itu bersedia mengantarkannya pulang untuk beristirahat. Dia sudah tidak mampu lagi melakukan apa-apa. Kepalanya berdenyut hebat. Bahkan dia tidak mampu untuk duduk dengan tegak. Ada benarnya, kondisinya sekarang tidak mungkin bisa melakukan siaran.

Yerim mengira dirinya akan bisa beristirahat kali ini. Dia merasa lega karena berhasil membujuk Bomin. Hanya saja, dia merasa tidak tenang. Penderitaannya belum berakhir. Di halaman yang sama tempat mobil Bomin berhenti sekarang, dia menemukan sebuah kendaraan yang dia kenali. Entah hanya firasat atau halusinasi, dia merasa yakin kalau kendaraan itu benar-benar akrab dengannya. Ini bukan hal yang bagus.

Bomin sedang berniat turun dari mobil saat Yerim menghentikannya. "Kenapa?"

"Aku bisa pergi sendiri." Yerim berusaha keras agar terlihat stabil. "Kau tidak perlu mengantarku sampai ke atas."

Bomin menatapnya heran.

"Aku tidak mau ada tetangga yang melihat. Mereka akan bergosip. Aku terlalu sering pulang malam. Melihatmu sekarang hanya akan membuatku kesulitan."

"Justru kau yang kesulitan. Kau yakin sanggup menaiki tangga?"

"Iya, aku sanggup. Selama tidak harus melakukan seks denganmu aku tidak akan apa-apa."

Bomin meringis, "kalau kau bicara seperti itu, aku jadi tidak percaya kau sakit."

"Kalau kau bukan artis porno, aku mungkin akan benar-benar jatuh cinta padamu."

"Kau saja yang mengacaukan urutannya."

Sebenarnya ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda, diam-diam Yerim waspada. Dia melirik ke arah sekitar halaman parkir, takut apabila pemilik kendaraan itu ada di sana. 

"Terima kasih atas tumpangannya."

"Kau masih bisa mengucapkan itu setelah mengataiku gila, ya? Kim Yerim kau sungguh aneh."

Yerim meringis, "aku pun tidak mengerti mengapa ada banyak hal yang bertentangan dalam diriku sekarang."

"Cepat sembuh. Aku akan menagih janjimu. Sebelum siaran itu selesai, aku akan terus menghantuimu."

"Itu baru terdengar seperti Choi Bomin. Maksudku, Baron."

Yerim pelan-pelan turun dari mobil. Sesungguhnya dia masih sangat pusing, dia hanya mencoba untuk tetap berdiri sementara Bomin masih ada di sana. Semoga saja, semoga saja orang yang dia khawatirkan tidak muncul sekarang.

"Oh," 

Bomin menurunkan jendela mobilnya. Dalam hati, Yerim meringis. Dia belum saja pergi.

"Karena kau sekarang tidak punya pekerjaan, kau harus memikirkan ajakanku untuk bergabung. Aku akan menggajimu dengan angka yang pantas."

Yerim mengacungkan jari tengah, pria itu langsung tertawa. "Awas kalau kau kabur."

"Dasar pria gila!"

Dengan suasana hati yang lebih baik, Bomin menyalakan mobilnya dan meninggalkan halaman itu. Yerim, dengan senyum yang dipaksakan, melambaikan tangan. Bukan karena ia tak ingin berpisah, dia justru sedang menyukai perpisahan mereka. Begitu mobil itu sudah tak terlihat, dia langsung panik. Dia segera berlari kecil, mendekati kendaraan yang sejak tadi membuatnya curiga.

THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang