DETIK melintas seiring hening yang memeluk terlalu kentara. Di tengah segarnya angin malam, bersisa sedikit embun yang menguap dari daun ilalang. Sama seperti pertanyaan Ody yang turut menguap lantas hilang di udara.
Tanpa jemu tanpa lekang. Seolah hamparan taman bunga disekeliling air terjun adalah pemandangan yang dipancarkan oleh netra Ody, hingga, Cortes enggan memalingkan pandangan.
"Apa letnan sedang bercanda?" perlu dua menit bagi Ody untuk mencerna apa yang baru saja terjadi. Pernyataan yang mendadak namun dalam satu waktu yang sama menjawab seluruh pertanyaan didalam benaknya.
"Apa mataku yang berkedip sedetik saat menyatakannya membuatmu berpikir aku tengah bercanda, Ody?"
Ody mengerjapkan matanya sejenak, sebelum kepalanya bergeleng sebagai jawaban. Gurat di wajah Cortes terlalu menjelaskan bahwa yang dikatakannya adalah benar. Lalu jika Ody cukup peka untuk menyadari segala kebetulan diantara keduanya, maka Ody akan cepat menyadari bahwa semuanya telah diusahakan oleh Cortes sejak awal.
Saat Cortes membiarkan Ody menunggangi Otto, bibir pucatnya jelas menggambarkan bahwa cuaca dingin itu menusuk kedalam kulit Cortes terlalu lama dan Cortes telah menanti bahkan sebelum Ody keluar dari rumahnya.
Perlindungan diri atas luka tak sengaja itu, juga menandakan Cortes mematri setia pandangannya pada Ody dan pemuda itu—sebab bisa saja sekutu musuh menganggap sang pemuda adalah pembinor yang melayangkan perang lebih cepat dan nekat mengejar lantas mencelakai Ody tanpa berpikir dua kali.
Tentang malam dimana mereka menaiki kano bersama, Ody akan menyimpulkan bahwa Cortes memang mencari alibi untuk bertemu dengannya setelah beberapa hari mereka tak saling bertatap muka.
Dan hari ini, tentara tak sedang datang untuk
bermalam di rumah sakit. Namun Cortes seorang diri tetap datang. Meninggalkan kedudukannya sebagai seorang letnan dengan berjalan ditengah malam tanpa satupun senjata ditangan. Pun Cortes membuat dirinya sederhana dengan membelah malam tanpa ditemani kuda kesayangannya. Sebab jika saja Cortes mau, ia dapat menunggangi Otto untuk menemui Ody. Tapi, ia tak lakukan itu, kedudukan serta kastanya yang terlalu dibesarkan dapat membuka kemungkinan Ody menolak cintanya nanti.Cortes telah mengusahakan semuanya sejak awal. Sejak awal.
Pandangan Cortes meluruh seketika, ia merendahkan wajahnya sembari mengukir senyum paling tulus yang ia miliki. "Benar, aku tak sedang bercanda dan aku sangat bersungguh-sungguh malam ini" bisiknya, tepat setelah jarak yang tercipta diantara wajah mereka ia kikis habis.
Mengusap punggung tangannya sedikit kaku. "Letnan," panggil Ody dan Cortes menjawab lewat dehaman yang begitu cepat.
"Aku menolak bahwa yang kurasakan berbanding terbalik denganmu..." Ody terdiam sejenak. "Sebab, kenyataannya aku selalu berusaha untuk membuat pertemuan diantara kita setiap waktu..."
Menengadah, Ody memberanikan dirinya untuk menatap mata Cortes. Jangan tanyakan berapa lama ia bergulat dibawah nadi untuk mengumpulkan keberanian dan sudah berapa tersipunya ia sekarang. Sebab jantungnya tak pernah sericuh ini di sepanjang hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Letter From The Sea to The Shore
Fiksi SejarahDitengah peperangan Ody hanya memiliki satu mimpi sederhana ; hidup bahagia dengan seorang putri kecil kelak. Namun dunia penuh reruntuhan ini membuat Cortes harus menumpahkan darah di medan perang. Hingga Ody tak lagi mendapat balasan suratnya dan...