BAB (11) Cemburu.

35 9 0
                                    

"Kau istirahatlah." Suaraku terdengar tegas meski lelah. Kututup kedua mataku, merasakan kehangatan yang sekejap menghapus dingin di ruang perawatan.

Gyumin mengangguk patuh, langkahnya pelan meninggalkan Manda menuju sudut ruangan. Meski lelah, kesetiaan tak pernah memudarkan semangatnya. Ia menunggunya, tak sedetik pun meninggalkan Manda, hingga pagi pun tiba.

"Sudah siap?" Gyumin berdiri di depanku, tas berisi barang bawaanku di tangannya.

Aku mengangguk, dan Gyumin mendorong kursi rodaku dengan hati-hati, menuju taksi yang telah dipesannya.

Setibanya di Apartemen, Gyumin mengangkat tubuh Manda yang lemah dengan lembut, membawanya menuju kamar.
"Aku akan membuatkanmu sup, istirahatlah." Ia menyelimutiku dengan perhatian yang hangat, lalu pergi ke dapur.

Beberapa saat kemudian, Gyumin kembali, duduk di dekat Manda dengan mangkuk sup di tangan.
"Makanlah... Aku akan menyuapimu," ujarnya dengan senyum yang menenangkan.

Tatapanku bertemu dengan matanya.
"Kau juga harus istirahat. Jangan sampai kau sakit karena merawatku," tegurku dengan senyum terima kasih.

"Baiklah, tapi kau harus menghabiskan sup ini terlebih dahulu," katanya sembari menyuapiku.

(⁠ ⁠ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ⁠)

Beberapa menit berlalu, dan Gyumin membereskan mangkuk sup sebelum kembali duduk di dekatnya.

"Gyumin, aku sangat berterima kasih atas semuanya. Kau sangat memperhatikanku. Aku sangat menyadarinya. Hanya kau yang kumiliki saat ini," suaraku penuh dengan kejujuran.

Gyumin menggenggam tangan Manda erat.
"Aku pernah mengatakannya, aku akan selalu ada di sisimu. Selamanya!"

"Aku harap, hubungan pertemanan kita ini tidak akan pernah berakhir," kataku pelan, berharap.

'Andai kau mengetahui bagaimana perasaanku padamu. Tetapi, mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk mengungkapkannya,' batin Gyumin.

"Aku akan selalu ada untukmu," ujarnya lembut, mengelus pipi Manda dengan penuh kasih.

"Kau adalah senjaku... Senja yang begitu indah, namun tak selalu bisa kupandang. Senja yang akan pergi ketika gelap mulai menyapa. Seperti kau yang kurindukan, dan aku yang hanya bisa menatapmu dari tempatku. Tempat yang tak pernah terlihat olehmu."

Seminggu kemudian, di Universitas Hanguk, aku memasuki gedung kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu kemudian, di Universitas Hanguk, aku memasuki gedung kampus. Langkahku terhenti saat melihat Doohyun yang terlihat pucat. Aku mendekatinya, menyamakan langkah.

Quadrangle Romance: Mandalika한국아Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang