Alien dihadapannya ini masih memandangnya dengan wajah tak bersahabat, tentu saja siapa yang ingin berteman dengan modelan Alien cabe sepertinya, siapa pula yang Mambawa alien ini masuk kerumahnya, hah haruslah ia bertindak sekarang?
"Datang dari mana anak sialan sepertimu, harusnya kau tidak lahir saja, keberadaanmu saja sudah tidak berguna disini,"
Heh, alien satu ini kejam juga ya, mengatai dirinya, padahal dirinya sendiri sudah seperti jalang rendahan, haruskah ia membalasnya, ah tapi berbicara saja sudah menguras banyak tenaganya, baiklah mari bermain.
"Ya sudah bunuh saja aku." wow lihat bukan, anak ini hanya ingin menghilang saja, sudah dibilang ia ingin hidup seperti batu saja, tidak memedulikan apapun, jadi ayo bunuh dia sekarang juga lagi pula ia sudah malas untuk hidup.
Plak
Heh, apa ini, orang didepannya ini menamparnya, sungguh? Mengapa hanya di tampar mengapa tak membenturkan kepalanya di dinding kan lebih seru.
"Anak sialan, baiklah jika itu maumu, aku akan melakukannya." Orang itu entah dapat pisau dari mana, mulai mengores lengan Ano, lihat sekarang darah segar mengalir dari tangannya.
Ano? Tentu saja anak itu senang, heh dia lebih senang jika orang didepannya ini segera menggores nadinya.
Brakkk
Siapa lagi ini, senang sekali mereka mengganggunya.
Datang lagi satu alien yang membawa pasukan, heh siapa mereka, mengapa ia tak mengenalnya, apa kepalanya pernah terbentur sehingga melupakan sesuatu.
Alien ini membawanya keluar dari rumah, tunggu, apa dirinya sedang diculik? Heh penganggu, tidak bisakah ia tidur tenang sehari saja, dasar, atau langsung bunuh saja dia, mengapa perlu menculiknya segala, ia hanya akan menjadi beban.
Hmm? Rumah sakit? Apa organ dalamnya akan diambil lalu akan dijual? Ah apa akhirnya ia akan dibunuh? Ah haruskah ia senang sekarang bahkan matanya kini sedang berbinar benar menantikan bagaimana cara mereka membunuhnya.
"Hmm?"
"Kau gila?" Alien satu ini bicara apa, apakah dirinya benar gila? Benarkah? Tapi dia merasa waras kok.
"Kau tak takut padaku?" Apa yang perlu ditakutkan, alien ini mukanya 11 12 dengan keluarganya, jadi apa yang perlu ditakutkan, oh apa alien didepannya ini berusaha untuk menakuti dirinya, ah sayang sekali ia tak akan pernah takut pada apapun yah kecuali ...
"Hei kau tidak bisu bukan?" Hah cerewet sekali alien satu ini, mengapa ia tak diam saja, apa ia tak lelah bicara terus menerus, ia saja tadi hanya beberapa kata tapi sudah kelelahan, entahlah atau ia kelelahan karena darah di leganya yang terus mengalir? Hah dasar alien satu ini, apa tak tahu memberikan pertolongan pertama? yah tak apa sih jika darahnya habis dan mati, tapi bukanya akan jadi sia sia menculiknya jika ia secepat ini mati.
"Sudah, untuk beberapa hari lukanya jangan terkena air." heh apakah dirinya terlalu asik melamun sampai tak menyadari kehadiran seseorang yang sudah selesai mengobati lukanya ini.
"Apakah dia bisu?" Alien ini bertanya namun pandangan mengarah pada luka Ano yang baru saja selesai di obati.
"Entahlah." Dokter itu sepertinya tak memperdulikannya, lihat saja sekarang ia sedang sibuk dengan alat alatnya itu.
"Kau ingin aku bunuh!" Nampaknya alien satu ini tak bisa mengendalikan emosinya, lihat saja baru segini dia sudah marah.
"Bajingan, kau datang di tengah operasi pasienku, kau ingin kubunuh juga hah!" Wow dua orang ini temprament sekali rupanya, ah iya baru menyadari juga ternyata sedang berada di ruang operasi sepertinya, entahlah, apakah itu bisa disebut operasi? Ano hanya melihat dokter itu seperti sedang menjahit sesuatu.
"Sialan." Setelah memberikan umpatan itu, alien ini keluar dari ruangan dan kembali menuju mobilnya yang entah akan dibawa kemana.
Heh apa ekspektasinya terlalu tinggi, bukanya lebih menguntungkan jika alien ini mengambil organya dan menjualnya entah dimana? Hah ya sudahlah.
"Kenapa?" Alien ini sedari tadi terus memperhatikan gerak gerik Ano, dan yah seperti yang kalian tahu sampai kapanpun si manusia batu itu akan terus seperti itu, Ano bahkan tak melihatnya sama sekali, anak itu seperti biasa melamun dengan tatapan kosongnya.
Eh
Hah apalagi sekarang, tiba tiba ada dipelukan seseorang, hah apa alien ini masih keluarganya? Entahlah ia malas melihat siapa yang menggendongnya, ia hanya menyandarkan kepalanya di bahunya dan memejamkan matanya, ia tak tidur hanya sedang melas membuka mata saja.
"Apa yang terjadi padanya?" Pria yang mengendong ya ini entah membawanya kemana, sudahlah ia hanya pasrah saja.
"Cek saja cctv aku malas menjelaskan." setelah mengatakan itu langkah alien itu semakin menjauh, entah pergi kemana.
"Kau membuat kami khawatir." Pria itu mengeratkan pelukannya padan Ano, betapa khawatirnya ia tadi saat mendapat kabar seseorang tengah mengacau di rumahnya.
"Ano"
"Ano"
"Dia tidur?"
Perlu di ingatkan pada semua orang jika Ano ini adalah manusia batu, anak itu mendengar namun terlalu malas untuk meladeni, ia tak tidur, ia hanya malas mengerakkan tubuhnya, ia sudah nyaman dengan posisinya saat ini, jadi siapapun tolong, jangan mengganggunya.
"Sepertinya." Lalu membawa Ano ke kamarnya, anaknya sepertinya beneran tidur, dapat ia rasakan tubuh anaknya yang lemas, mungkin anaknya sedang kelelahan.
Seperti biasa suasana makan malam yang hening, tak ada larangan untuk tak berbicara di ruang makan, hanya saja, apa yang perlu mereka bicarakan.
Dan disinilah pemeran utama kita, kini berada di pangkuan si alien yang menculiknya tadi, tadi ia sempat menolak, dengan gerakan menghindar tentu saja, sudah di bilang dia malas untuk berbicara, tapi si alien ini tetap saja memaksanya, dan berakhirlah ia di pangkuannya, bahkan waktu berkumpul di ruang keluarga pun ia masih memangkunya, sudahlah ia hanya pasrah.
Oh Deta dan Sean keduanya menatap tak suka pada alien itu, enak saja ia merebut adik mereka, awas saja nanti, ia tak akan membiarkan adiknya mendekatinya.
"Paman" si alien yang kemarin datang lagi, siapa sih dia, siapa pula yang dipanggil paman olehnya, ah sudahlah ia tak peduli.
Si paman menoleh pada asal suara yang memanggilnya. "Kenapa?"
"Kangen, mau peluk" idih, siapa sih yang memungut alien ini, jika ingin akting itu buruk sekali, bahkan tak sesuai dengan wajahnya saat ini, muka datar dan dingin jangan lupakan suaranya yang datar, heh atau ia tak tahu caranya berekspresi bagaimana? Atau mengalami gangguan kepribadian?Aneh sekali.
"Ge" panggil si paman, ge yang dipanggil hanya pasrah selalu seperti ini jika anak itu datang.
"Sini sama aku dulu" Ge merentangkan tanganya, untung saja alien itu juga peka dan penurut, heh apa alien itu benar benar tak memiliki emosi?
Eh
Ais sudahlah terserah dibanting pun ia tak masalah, Sean yang tiba tiba merebutnya dari si paman lalu membawanya ke kamarnya.
Next...
Awal Maret :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Ano
Teen FictionBosan hidup? Mati solusinya Pikiran yang bodoh jika mati menjadi solusi, namun jika mati ditangan orang lain sepertinya tak apa, benar kan? Asal jangan mati ditangan sendiri. Takdir itu sangat senang bermain, jadi nikmati saja.