Janggal

175 2 3
                                    

Aku menyimpan tali itu didalam saku celana dan berjalan pulang kerumah. Rasanya keraguanku semakin besar setelah melihat sendiri sosok menyeramkan itu dan mendengar cerita dari Pak Rusman.

Sesampainya dirumah aku segera masuk kekamar sikembar. Mataku menatap wajah kedua anakku yang sedang tertidur dengan lelapnya dengan pakaian lusuh yang menempel ditubuh mereka. Wajahnya terlihat polos, rambutnya hitam menjuntai dab terlihat tak terawat. Kuhembuskan nafas ketika menyadari betapa menyedihkannya kehidupan yang kuberikan kepada dua gadis mungil ini.

Airmataku mengalir melihat gadis kecilku. Seketika pandanganku beralih melihat sekitar. Ranjang yang tak layak, atap yang bocor dan rumah yang kumuh membuatku tersadar tak ada yang bisa kuberikan untuk kedua anakku kelak.

"Sepertinya memang tak ada pilihan lain untukku, aku harus merubah kehidupanku demi dua gadis kecilku yang cantik. Rasanya tak sanggup aku melihat mereka hidup seperti ini sampai besar"

Kukecup kening kedua anakku sebelum akhirnya perhi melangkah meninggalkan kamar mereka. Istriku terlihat sedang tertidur nyenyak diatas kasur yang lusuh. Kasur yang beralaskan terpal bekas. Dia tak pernah mengeluh sedikitpun kepadaku dengan kehidupan yang telah kuberikan tapi rasanya ... sudah waktunya aku membahagiakannya.

"Maavkan aku istriku, sudah membuatmu hidup menderita. Aku akan menyudahi penderitaan ini, aku melakukan semua ini untuk kalian."

Kutepis semua keraguan yang ada didalam hati. Kututup kedua telinga ini ketika mendengar suara bisikan hati yang berusaha untuk memberitahu jika ini jalan yang salah. Rasa takut yang sebelumnya bersangkar dihati segera kubuang jauh-jauh.

Yakin !!!
Aku harus yakin jika ini adalah jalan satu-satunya untuk memberi kebahagian kepada mereka dan merubah nasib kami menjadi lebih baik.

Kurebahkan badan tepat disamping istriku dan memejamkan mata untuk melepas lelah. Aku merasakan tubuh istriku bergerak. Badanku bergeser untuk berhadapan dengannya. Matanya yang sayu memandangku.

"Sudah pulang pak ?"

Kepalaku mengangguk untuk menjawab pertanyaan istriku. Wajahnya malam inj terasa berbeda. Memandangnya saja membuat nafsuku berdesir, rasanya malam ini aku akan menyentuhnya terlebih doa sudah terbangun dari tidurnya. Kuputuskan untuk melakukan aktivitas yang membuat tubuhku berkeringat deras. Idtriku tersenyum ketika melihat senyumankubyang penuh arti.

"Pak bangun pak, kenapa tidur diluar? Memangnya tidak dingin Pak ? Sudah siang, Bapak tidak kepasar ? Sarapannya sudah Ibu siapkan"

Mendengar suara nyanyian istriku disetiap pagi membuat bibirku tersenyum. Rasanya merdu sekali walaupun terkadang sangat menyebalkan.

'Tidur diluar ?'
Seketika mataku terbuka ketika mengingat ucapan istriku yang mengatakan jika aku tidur diluar rumah. Mana mungkin ? Diluar tidak ada bale untuk tidur ! Mana mungkin aku tidur ditanah. Mungkin istriku sedang bercanda. Cibirku, didalam hati.

Mataku masih terasa berat dan aku memutuskan untuk bangun dengan menipang badanku menggunakan tangan. Aku terdiam sesaat ketika telapak tanganku menyentuh sesuatu yang kasar ? Kuraba sesuatu itu dan aku tersentak kaget.

Mataku membelalak melihat tanah merah yang menjadi alas ditanganku. Kuedarkan pandanganku kesekitar. Tubuhku hanya bisa diam mematung ketika menyadari jika saat ini aku memang berada diluar rumah.

APA YANG SEBENARNYA TERJADI ?

Tanpa berfikir panjang aku segera bangun dan masuk kedalam rumah untuk menemui istriku. Kuteriakan nama istriku berkali-kali tapi entah mengapa tak ada jawaban sama sekali, mungkin dia sedang keluar melalui pintu belakang ?

Tak terlau memikirkannya, akupun duduk dikursi sederhana yang kami gunakan untuk makan sehari-hari. Terlihat beberapa lauk yang sangat menggoda selera diatas meja. Wajahku berseri-seri melihat lauk Park yang cukup mewah bagiku sudah tersedia diatas meja.

Ada ikan goreng, tempe goreng, sayur lodeh, nasi yang cukup banyak dan sambal. Entah kapan terakhir kali aku menikmati masakan selezat ini ? Biasanya kami hanya makan sayur dan sambal, itupun sayur hasil petik dikebun.

Tanpa berfikiran yang macam-macam aku segera mengambil nasi dan lauk kedalam piring. Baru saja hendak memasukkan sendok kedalam mulut tiba-tiba terdengar suara salam dari arah luar rumah.

"Assalamualaikum Pak"
Terdengar suara yang tak asing ditelingaku. Akupun memasukkan makanan tersebut kemulutku. Setelah menyadari suara yang terdengar adalah istriku.

Terlihat istriku masuk menggunakan baju yang rapih. Dia berdiri dan menatapku dengan wajah kebingungan.

"Siapa yang masak Pak, tumben !"

Wajahku berubah seketika, setelah mendengar pertanyaab yang diucapkan oleh istriku. Apa maksudnya ???

"Bapak .... makan apa ? Reina mau donk pak"

"Pak semalam kita nginep dirumahnya bulik, bapak tidak apa-apa kan sendirian dirumah. Habis ibu kemarin terburu-buru, kadi tidak sempat ijin dengan Bapak deh" gerutu sikembar yang merasa bersalah karena telah meninggalkan ayahnya sendirian dirumah.

Mulutku berhenti mengunyah dan mataku memandang masakan yang saat ini ada didepanku.

"Oh iya Pal, bulik titip salam dan aku juga minta maav semalam tak sempat meminta ijin terlebih dahulu karena Bapak belum pulang

Aku hanya terdiam, mataku membelalak dengan wajah yang terlihat bingung. Siapa yang kukihat semalam dan siapa wanita yang semalam tidur disebelahku. Siapa wanita yang kutiduri semalam kalau bukan istriku ??

Pesugihan GaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang