33

224 44 7
                                    

Setelah kejadian itu, Jisoo kembali ke masa awal-awal ayahnya bertingkah. Senyumannya yang dulu sedikit demi sedikit dia tampakkan, sekarang sulit untuk dia lakukan lagi. Tetapi Rosse, Jimin, dan Jungkook tidak pernah meninggalkan nya. Mereka tetap berada disisi Jisoo meskipun Jisoo berada di titik paling rendah saat ini.

Jisoo juga berusaha menerima kenyataan yang menghantam dirinya, meskipun dia hancur sekalipun, dia harus tetap terlihat kuat didepan ibunya karena kesehatan ibunya mulai menurun.

Life goes on, Jisoo tetap menjalani hari-harinya seolah-olah terlihat baik-baik saja. Dia sedang disibukkan dengan pendidikan di kampus terbaik di negara yang dia tempati. Dia ingin menjadi lulusan terbaik dan dapat mengurus perusahaan yang sudah diberikan Hansol kepadanya. Mau tidak mau dia harus menerima perusahaan tersebut, karena dulunya itu memang milik mendiang sang kakek dari keluarga ibunya.

Dia juga sering berkunjung ke kediaman bunda Hanna, Jisoo juga mengobati depresinya yang dibantu oleh bunda Hanna. Dia memiliki riwayat depresi dan sampai sekarang masih ada, bedanya sekarang dia sudah tidak terlalu larut dalam kesedihannya, karena ada ketiga sahabatnya yang sedia membantunya.

Sudah hampir masuk tahun ke empat setelah kejadian itu, sekarang Jisoo disibukkan dengan sidang akhirnya. Sahabatnya juga sibuk dengan langkahnya masing-masing. Rosse, gadis itu memilih bersekolah diluar negeri dengan mendalami ilmu musik, gadis itu juga lulus dengan cepat dan mendapat gelar lulusan terbaik.

Sedangkan Jimin, laki-laki itu memiliki jurusan yang sama seperti Jisoo mereka hanya beda universitas, Jimin juga sedang sibuk mempersiapkan sidang akhirnya. Mereka berdua yang berada didalam bidang yang sama sering sekali bertukar pikiran tentang ilmu yang mereka pelajari.

Sementara Jungkook, laki-laki itu menolak untuk mengurus perusahaan sang papa. Dia sama seperti Rosse, menjadi musisi, sekarang laki-laki itu tengah sibuk dengan aktivitas manggung diberbagai acara televisi. Laki-laki itu sekarang menjadi idol terkenal di seluruh penjuru negara begitu juga dengan Rosse. Tak hayal, para penggemar mengharapkan kolaborasi antar kedua musisi hebat tersebut.

Dan untuk Taehyung, Jisoo selalu menerima kabar dari bunda Hanna tentang keadaan laki-laki itu di negara sana. Setidaknya dengan begitu dapat mengobati rasa rindu nya sedikit. Setelah merenung begitu lama tentang isi surat laki-laki itu, Jisoo memantapkan hatinya untuk bersedia menunggu Taehyung tanpa mengganggu.

Apakah pilihannya menunggu Taehyung adalah keputusan yang tepat? Jujur saja, dia takut semua terjadi diluar ekspektasi nya. Dia takut terluka, dia takut merasakan hal sakit yang luar biasa, tetapi entah kenapa hati kecilnya berkata lain.

Lamunan Jisoo buyar, disaat seorang laki-laki tiba-tiba mengisi kursi kosong dihadapannya. Gadis itu mengerutkan keningnya, pertanda dia tidak suka dengan kehadiran laki-laki itu.

"Sorry, gue izin gabung. Soalnya ga ada tempat duduk lain disini." Laki-laki yang bukan warga lokal sini berucap dengan santainya, sekarang dia malah sibuk dengan laptopnya tanpa memperdulikan ketidaknyamanan Jisoo.

"Lo bisa cari cafe lain, Jo!"

Ditegur bukannya marah, laki-laki itu malah terkekeh kecil, "Sorry ya Jis, gue harus cepat-cepat selesain bab empat ini, soalnya hari ini gue mau bimbingan."

Jisoo sedikit tersentak ketika mengetahui laki-laki itu sudah mau menyelesaikan bab empat, itu berarti mereka berdua hampir selesai. Ditambah lagi mereka satu dosen bimbingan.

"Lo bab empat juga kan?"

"Kalo lo kesini cuman buat ngajak gue ngobrol mending lo pergi deh!" ucap Jisoo yang kembali memfokuskan dirinya pada laptop yang ada dihadapannya.

Joshua hanya tersenyum kecil, dia sudah terbiasa dengan penolakan seperti ini. Tapi entah kenapa dia tidak pernah marah, dia sudah mendekati Jisoo dari awal mereka menjadi mahasiswa baru sampai sekarang mereka hampir menyelesaikan pendidikannya.

MY ICE GIRL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang