Seperti hari-hari biasanya, Linn menatap jam pada ponsel miliknya. Jam istirahat masih lama, Linn sudah merasa mengantuk hanya dengan melihat coretan angka dan rumus di papan tulis.
Guru laki-laki di depan kelas itu masih tetap menerangkan dengan tatapan serius dan tajam. Rasanya Linn ingin pergi dan lari menuju uks dengan alasan pusing.
Linn menoleh ke samping, terlihat Ralu yang sedang tertidur. Tunggu, apa? Ralu tertidur?!
Salah satu manusia nekat yang pernah kutemui, batin Linn.
Sayangnya tidur nyenyak Ralu itu terganggu oleh Guru laki-laki yang sedang menatap ke arah Ralu dengan tajam.
"Itu yang di sana! Ralu!" teriak guru itu dengan kencang, hingga membuat Ralu terbangun.
"Ha- iya pak," jawab Ralu dengan cepat.
Guru itu menatap dengan sinis dan berkata, "Kerjakan soal ini!"
Ralu berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju depan kelas, dia mengambil spidol yang diberikan gurunya itu. Ralu diam, dia memperhatikan soal itu dengan sedikit lama. Ralu harus mengumpulkan nyawanya stelah bangun dari tidurnya yang secara tiba-tiba itu.
"Tidak bisa menjawab?" Guru itu tertawa mengejek, "jadi anak anak, kalian sebagai murid harus mendengarkan penjelasan guru saat pelajaran, jangan sampai ada yang terti-" ucap guru tersebut, lalu disela oleh Ralu.
"Selesai." Seluruh siswa yang baru saja memperhatikan guru laki-laki itu berganti menatap papan tulis yang berisi jawaban Ralu.
Guru itu membalikkan badannya menghadap papan tulis dan melihat jawaban Ralu yang lebih mudah dipahami dari pada cara yang diajarkannya, sudah dipastikan bahwa jawaban Ralu seratus persen betul.
"Ya, jadi anak-anak, kalian harus mencontoh Ralu ya, walau dia tidur dia masih bisa mengerjakan soal ini." Lihat, guru itu memiliki sifat yang berubah-ubah. Para murid yang mendengar itu hanya bisa bergumam malas atau memutar bola mata mereka.
Ralu diperbolehkan untuk duduk kembali ke bangkunya. Bukan hanya itu saja, Ralu diperbolehkan tidur selama dipelajaran guru tersebut dengan syarat Ralu sudah memelajari dan mengetahui atau bahkan menguasai materi tersebut.
Rasanya Linn benar-benar iri dengan Ralu, andai saja otak Linn memiliki kapasitas seperti otak Ralu.
Sekarang adalah jam istirahat, seperti hari-hari biasanya, Linn dan Ralu menuju taman belakang dan makan siang disana. Taman belakang adalah tempat yang lumayan sering sepi.
●
Kali ini mereka tidak berdua, tetapi bersama seekor kucing hitam dan mata merah. Kucing yang sempat diganggu oleh Linn beberapa hari yang lalu.
"Lucunya!" Linn terus mengelus badan kucing itu dengan lembut.
Seperti beberapa hari yang lalu, kucing itu merasa tertekan dan pasrah. Kucing itu tengah duduk ditengah tengah Ralu dan Linn.
"Katamu, kamu bisa menirukan benda? Itu benda mati atau hidup?" tanya Linn yang ingin tau.
"Dua duanya," jawab Ralu.
Ralu mengambil daun kering yang ada di tanah dengan tangan kanannya, daun itu diselimuti dengan cahaya biru muda. Muncul daun kering lainnya di tangan kiri Ralu yang terbuka, Ralu menunjukkan daun itu ke Linn.
"Coba sentuh ini." Ralu mendekatkan tangan kirinya ke Linn.
Linn menyentuh daun itu dengan jari telunjuknya, sesuatu yang ajaib terjadi, tangan Linn menembus daun kering itu.
"Keren!"
Kucing yang sedang duduk di antara mereka berdua langsung menoleh ke atas dan melihat tangan mereka yang tengah berada di atasnya. Kucing itu menatap kejadian tadi dengan tatapan kaget.
"Omong-omong, bagaimana dengan cara penggunaan kekuatanmu?" tanya Ralu pada Linn.
"Eh? tinggal dibayangkan terus diucapin, selesai." Jelas Linn dengan singkat, jelas dan padat.
Linn pun mengambil daun kering ditangan kanan Ralu. Dia membayangkan jika daun ini akan kembali berwarna hijau seperti saat daun ini masih dipohonnya.
"Daun ini akan berwarna hijau seperti sebelum dia jatuh." Benar saja, daun itu kembali hijau seperti daun lain yang ada diatas pohon.
"Aku gak bisa menggunakan kekuatanku dalam beberapa hal yang cukup besar," lanjut Linn.
Ralu mengangguk paham setelah mendengar ucapan Linn. Sedangkan kucing yang dari tadi berada ditengah tengah mereka menunjukkan wajah kaget sekali lagi.
Kabar baiknya kucing itu tidak terkena serangan jantung ataupun pingsan.
"Cukup besar?"
"Seperti kematian, kehidupan, kembali ke masa lalu dan sejenisnya." Linn menjelaskan dengan cepat dan diakhiri dengan senyum.
Ralu menganguk-anggukkan kepalanya tanda bahwa dia mengerti penjelasan Linn. Taman belakang itu sepi hari ini, membuat mereka bisa berbicara tentang kemampuan mereka tanpa takut ketahuan oleh orang lain.
•
Terlihat ruangan yang lumayan berantakan. Seorang laki-laki masuk ke dalam ruangan itu. Terdengar suara tawa dari dua orang yang memiliki jenis kelamin berbeda. Dia mendekat ke arah mereka.
"Gimana?" tanya seorang perempuan di sana pada laki-laki itu.
"Bener, mereka mirip sama kita," jawab laki-laki itu sambil duduk disalah satu kursi yang sedikit rusak.
"Kan! Mana mungkin aku salah tebak!" perempuan itu reflek berdiri dan memasang ekspresi senang karena tebakannya benar.
Dua laki-laki yang berada didalam ruangan itu tanpa sengaja memutar bola mata mereka secara bersamaan.
"Lakuin rencana kita?" tanya laki-laki yang sedari tadi belum mengucapkan apapun mulai dari seorang laki laki lain masuk keruangan mereka itu.
Dua orang yang memiliki jenis kelamin berbeda itu mengangguk bersamaan.
•
"Busnya lama datengnya," kesal Linn yang sudah menunggu hampir 15 menit di halte bus.
"Sabar aja," jawab Ralu.
Ralu merasakan sesuatu mendekati kearah mereka, dia membalikkan badannya dan melihat seekor kucing berjalan mendekat kearah mereka.
Hanya kucing, batin Ralu.
Ralu pun menghiraukannya dan kembali menunggu bus mereka datang. Sedangkan Linn sekarang tengag merasa diperhatikan sesuatu, dia merasa merinding tiba-tiba.
"Di sini gak ada hantu kan?" Linn mendekatkan tubuhnya dengan Ralu.
Rasanya kaki Ralu sudah pegal berdiri di halte bus ini. Bukan hanya itu, ucapan Linn membuat dirinya jadi ikut was-was.
Suara benda yang dipukul terdengar, Ralu dan Linn secara bersamaan mendapatkan pukulan pada tengkuk mereka. Mereka berdua pingsan secara bersamaan.
Orang lainnya datang dan menangkap Ralu dan Linn yang jatuh pingsan. Mereka membawa Linn dan Ralu ketempat sepi.
"Rencananya berhasil," ucap seorang yang tadi bertugas memukul tengkuk mereka berdua ke ponselnya.
"Bagus!" jawab seseorang melewati panggilan telepon, yang berada ditempat lain.
Beberapa menit kemudian, Linn dan Ralu sadar dari pingsannya. Mereka berada ditempat kotor dan berantakan. Rasanya Linn ingin pergi dari sana.
Linn dan Ralu duduk disalah satu kursi rusak yang ada disana, entah bagaimana mereka bisa duduk disana.
"Di mana ini?" tanya Linn yang sudah sadar dari pingsannya seratus persen pada Ralu.
"Entah?" jawab Ralu sambil memperhatikan setiap sudut ruangan.
•
•
•
『Informasi gak penting
-Linn selalu tidur dengan posisi yang tidak mudah ditebak
-Linn pernah berhasil menjual salah satu karya lukisannya』Suka dengan ceritanya? Vote cerita ini!
Vote vote vote! ☆ ⮕ ★
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELSTENEN
FantasíaMenggunakan sihir hitam dan melakukan perjanjian dengan iblis adalah hal yang salah. Seorang penyihir berhasil melakukan perjanjian terkutuk dan membuat masalah di masa depan. Linn dan teman-temannya bertugas menggagalkan rencara penyihir itu *** Ma...