Bab: 28

882 121 27
                                    

Hari berganti hari ... Tanpa terasa, ini hari terakhir Aera dan teman-teman seangkatannya melaksanakan ujian Nasional. Tidak akan lama lagi mereka akan lulus dan pergi meninggalkan sekolah.

Aera sudah mempunyai rencana kemana ia akan melanjutkan pendidikannya. Keluarganya juga mendukungnya dan setuju dengan keputusannya.

"Alhamdulillah ..." lirih Aera tersenyum bahagia setelah akhirnya berhasil menyelesaikan ujian terakhir.

Lega, itulah yang Aera rasakan. Menjelang ujian, Aera sangat rajin belajar, saking fokusnya belajar untuk ujian, ia sangat jarang keluar rumah setelah pulang sekolah, waktunya banyak ia habiskan belajar, membaca buku dan memahaminya. Meskipun ia merasa dirinya pandai, ia tetap rajin belajar.

"Guys ... Gak nyangka kita sudah melewati UN, gak lama lagi kita berpisah dan melanjutkan perjalanan kita masing-masing."

"Gue merasa baru kemarin ikut pls, sekarang sudah mau lulus," sahut Cantika.

"Iya, gue juga ngerasa gitu. Ck, waktu cepat banget ya berlalunya," sambung Halimah.

"Ke kantin yuk!" ajak Aera. "Aku yang traktir," lanjutnya.

"Gas!" ucap mereka semua bersemangat mendengarnya.

"Ayo, Ra!" Sindi menggandeng tangan Aera dan menariknya menuju kantin.

"Mau kemana nih?" tanya Aida.

"Kantin, Aera yang bayarin," jawab Husnul.

"Gue gak diajak, Ra?"

Aera terkekeh. "Ikut aja."

"Asik!" Aida langsung mengikuti rombongan itu.

Sampai di kantin mereka langsung memesan makanan dan minuman apa saja yang mereka mau tanpa batas. Ini bukan pertama kalinya Aera mentraktir teman-temannya. Aera memang baik, saking baiknya kadang ada saja yang memanfaatkannya.

"Setelah lulus gue otw pelaminan."

"Ngapain, Hel?" tanya Husnul.

"Menurut lo ngapain? Ya nikah lah!" jawab Helda.

"Lah, beneran Hel?" tanya Sindi.

"In syaa Allah, belum pasti. Gue berencana, Allah punya rencana. Tapi sudah ada rencana."

"Wah, kita makan gratis guys ..."

"Helda diam-diam ya, ternyata punya pacar. Diam-diam menghanyutkan, tiba-tiba mau nikah," ucap Aera.

"Gue gak pacaran, sebenarnya kami dijodohin, Ra. Gak ada alasan gue nolak, jujur dia orangnya baik banget, dewasa juga. Beda tiga tahun sama gue. Gak ada perasaan terpaksa waktu mama bilang mau jodohin gue. Pas pertama kali bertemu dia ... jantung gue langsung deg gitu, ternyata gue langsung jatuh cinta!"

Brak

Sindi menggebrak meja membuat mereka kaget. "Lo dijodohin?!" tanyanya kaget.

"Bikin kaget aja lo! Lanjut, Hel. Seru nih ceritanya," ucap Cantika.

"Kita kenal cuma dua bulan, orang tua pengen kami saling kenal dulu. Nah ... Setelah dua bulan kenal, dia bilang mau lanjut ke tahap yang serius, dia setuju dan nerima perjodohan. Dia datang lagi sama keluarga ke rumah, jadi ya gitulah ... Sudah ada rencana tapi belum pasti tanggalnya kapan."

I'm Not Crocodile GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang