⚜GGMGM 48⚜

4K 155 3
                                    

“hati Sayyidah Fatimah sungguh jauh, dan jauh lebih bersih dari wanita-wanita di zaman ini. karena kebersihan hatinyalah Sayyidah Fatimah sangat pemalu, dan senantiasa menjaga auratnya."

[Buya Yahya]

|•GADIS GENDUT MILIK GUS MUDA•|























Zahra tak menyangka jika setelah selesai kegiatan sore akan turun hujan. ia menatap rintikan air hujan yang berjatuhan, dari dalam Aula yang paling bawah. kaca Aula yang transparan itu, membuat ia bisa melihat rintikan air hujan yang berjatuhan dari luar. "kalau ngeliat hujan, kenapa bawaannya pengen main hujan-hujanan ya? aneh banget sih, aku!"

"Wallahu a'lam bishawab!!"satu kata yang slalu ditunggu-tunggu oleh santri. seketika santri yang tadinya tidur pun langsung terbangun. mereka merasa senang kalau akhirnya kegiatan nya sudah selesai.

Zahra bernafas lega, kala kegiatan sore ini sudah berakhir. "akhirnya selesai juga.. setelah daritadi ketinggalan terus ngapsahin kitabnya." tuturnya. yah, memang dirinya ketinggalan lebih jauh dari yang lain, disaat ngapsahin kitab kuning nya. makanya Zahra merasa sangat-sangat kesal saat ini. apalagi sama Ustadz yang mengajarnya. ya, gimana dirinya nggak kesal ya? tuh, Ustadz kalau ngomong cepet banget. kan, dirinya jadi susah buat ngapsahin kitabnya. mana.. nulisnya harus kecil-kecil banget lagi, biar cukup!

Kringg.. Kringg..

bel pulang kegiatan sudah berbunyi. jadi, santri di perbolehkan untuk kembali ke kamarnya, lalu bersiap-siap untuk melaksanakan sholat maghrib. karna.. dua puluh lima menit lagi adzan maghrib akan berkumandang.

semua santri langsung bergegas untuk keluar dari Aula, lalu pergi ke kamarnya masing-masing. begitupun dengan Zahra. ia langsung keluar dari Aula sembari membawa kitab kuning yang ia pegang. "loh, Gus Fachrul?" betapa kagetnya ia ketika melihat Gus Fachrul yang sudah berada didepan Aula. bajunya cukup basah, karna tertimpa rintikan air hujan.

Gus Fachrul tersenyum. "ayo pulang!" ajaknya.  "tapi, sebelum itu..." Gus Fachrul melepas jas pondok nya. lalu memakaikan nya pada tubuh istrinya.  "biar nggak kedinginan." ujarnya.

"lah, Gus Fachrul-nya gimana? emangnya Gus nggak kedinginan apa, pakai kaos pendek itu?"

Gus Fachrul tersenyum tipis. "saya tidak apa-apa."

"nanti sakit Gus. mending Gus yang pak---" disaat Zahra ingin melepas jas itu, Gus Fachrul langsung menahan lengannya.

Gus Fachrul menatap tajam Zahra. "ngapain dilepas? kamu bisa kedinginan nanti!"

"tap--"

"tidak ada tapi-tapian!" imbuh Gus Fachrul.  "menurut lah. jadilah istri yang menuruti semua perkataan suaminya. toh, itu juga baik untukmu."

"saya bawa payung. jadi, kita pulang nya pakai payung. dan--jas itu, tetaplah kamu kenakan. biar nggak kedinginan. hawanya menjadi dingin, karna sedang hujan." Gus Fachrul membuka payungnya, kedua pasutri itupun pulang ke ndalem.

tanpa mereka sadari, beberapa pasang mata menyaksikan keduanya. "oh, ya ampun sosweet.."



••••



"loh, kalian berdua hujan-hujanan?" tanya Kyai Shaleh yang menatap Gus Fachrul dan juga Zahra bergantian.

"kita kesininya pakai payung abi. jadi, nggak hujan-hujanan." jawab Gus Fachrul.

"oh, nggak hujan-hujanan ya? lalu, kenapa baju kamu basah kuyup kayak gitu, kalau nggak hujan-hujanan hm?"

"y-ya.. ini, ketumpahan air dari langit."

Kyai Shaleh menatap datar ke arah semata wayangnya itu. jawaban tak masuk akal seperti apa ini? bukankah itu sama saja saja dengan 'hujan-hujanan'?

"Ummi mana abi?" tanya Gus Fachrul

"lagi nyantai di kamarnya." jawab Kyai Shaleh.  "oh iya, kata Ummi mu, foto-foto nya sudah dikirim ke nomor WhatsApp mu. jadi, kamu bisa melihatnya langsung." tutur Kyai Shaleh.

Gus Fachrul mengangguk. "nanti Fachrul buka isi pesannya."

"Fachrul sama Zahra kembali ke kamar dulu ya, abi?" pamit nya sebelum benar-benar pergi menuju kamar mereka.

"iya."


***


Zahra melepas jas pondok yang dikasih suaminya untuk dirinya. ia menaruhnya bersampingan dengan handuk yang tergantung. "baju kamu ada yang basah nggak?"

Zahra mengecek bajunya. basah, atau tidaknya. ia menggeleng. "enggak sih, kenapa memang?"

"niatnya kalau basah, saya mau ngajak kamu mandi bareng."

eh?

apa tadi?

mandi? bareng?

apakah Gus Fachrul akan meminta hak-nya juga?

"cuman mandi! jangan berfikiran yang tidak-tidak." ujar Gus Fachrul.  "tapi, kalau kamu mau, saya sih oke-oke aja." ucap Gus Fachrul dengan mengedipkan satu matanya.

Zahra bergidik ngeri. "mesum! huhh"

"not mesum. this is normal! yaudah. saya mandi dulu ya," Gus Fachrul mengambil handuknya, dan juga mengambil baju salinnya. lalu barulah beringsut menuju kamar mandi.

Zahra menatap pintu kamar mandi yang kini sudah ditutup oleh Gus Fachrul. "jadi ngeri sama Gus Fachrul. dia mirip om-om mesum kurang belaian!"



🐌🐌🐌



Laura menatap beberapa foto-foto hasil jepretan orang suruhan nya yang berada diatas meja. di foto-foto itu terdapat Zahra yang sedang berjalan berdua dengan Gus Fachrul, ada juga foto Zahra yang sedang menyirami tanaman, dan ada beberapa lainnya lagi.

Laura memang sengaja menyuruh orang suruhannya untuk mengetahui siapa yang jadi istrinya Fachrul, dan--ia juga ingin melihat wajahnya. jangan lupa lagi. ia juga mengorek beberapa informasi tentang Zahra.  "bisa-bisanya kamu milih ninggalin aku demi perempuan seperti ini. sebenarnya, apa bagusnya sih, perempuan ini?! sampai-sampai kamu lebih memilih dia, dibanding aku, Arul!" kesalnya mengingat Fachrul yang tidak mau kembali, dan tak mau berdekatan lagi dengannya hanya tidak ingin menyakiti hati istrinya.  Laura bersedekap dada. "kemana-mana juga, aku yang lebih cocok sama kamu, dibanding perempuan ini!"

"awas aja kamu, Zahra. aku bakal buat perhitungan sama kamu! camkan itu!!" ucapnya sembari menyentil-nyentil fotonya Zahra.



















Jangan lupa vote and komennyaa!💕

Gratis.

GADIS GENDUT MILIK GUS MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang