Chapter 05

3.8K 355 7
                                    

[ Yohan ]

________×

   Makan malam berlangsung dengan tenang, namun salah satu pria yang duduk di kursi sebagai kepala keluarga memandang anak bungsunya dengan tatapan yang tak bisa di artikan.

ada perasaan bingung, aneh, kesal sekaligus lega. Bingung dengan anak bungsunya yang kembali hidup setelah di dorong oleh seseorang, aneh dengan kejadian seperti ini, kesal karena anak bungsunya berbicara dengan bahasa tidak sopan dan seenaknya, lega karena si bungsu ternyata tak benar benar mati.

mungkin saja saat itu dokter salah memberikan informasi, ia akan urus itu besok.

"Johan, apa yang kamu ingat?"

pertanyaan dari kepala keluarga atau Ernes mengudara, ketika makan malam mereka telah usai. Membuat kedua pria yang tadinya hendak beranjak kembali duduk karena berpikir ini adalah pembicaraan yang penting.

"Gak tau tuh," Yohan mengedikan bahunya, tak mungkin ia bercerita bahwa ia lari ke hutan lalu di bunuh oleh orang gila.

"Namamu siapa?"

"Johan, kan?" ia mengambil paha ayam yang masih tersisa lalu dengan santai melahapnya.

"Nama saya."

"Ernes," ia mengangkat salah satu alisnya sambil mengunyah daging ayam, "Ayah."

pria itu mengangguk angguk lalu menunjuk ke arah dua pria di meja makan dengan isyarat, "Mereka?"

"Euh.." Yohan mengetuk ngetuk tulang ayam di dagunya sambil membuat wajah berpikir, padahal isi pikirannya hanya penuh dengan ingatan ingatan sebelumnya, "Gak tau."

"Ezra dan sabiru, kakak kamu."

Yohan menoleh ke arah kedua pria yang di tunjuk lalu menatap ke arah pemuda bermata biru dan terkekeh sombong, "Lu pasti sabiru, kan?"

"Sopan santun, gak ada bahasa gaul di dalam rumah," jawaban pemuda itu tak sesuai dengan pertanyaan dan membuat Yohan mendesah pasrah.

"Kamu pasti sabiru, kan?"

pemuda itu menggeleng, "Ezra."

"Lah ketuker dong, anying," Yohan baru saja ingin kembali protes namun gebrakan meja dari sang kepala keluarga membuatnya terdiam dan menaruh tulang di atas piring.

"Hilangkan kata kata kotor, Johan. kamu tidak pernah berbicara seperti itu."

Yohan hanya mengangguk kecil, padahal hatinya merasa dongkol dan terus mengumpat.

"Kenapa saya bisa ada di peti mati?" "

Ernes berdehem pelan,"Di dorong seseorang, kamu jatuh."

Yohan mengangguk angguk tidak peduli, "Terus, saya gak punya emak?"

Sabiru mengerutkan keningnya, "Siapa emak?"

"Ibu, mama atau bunda gitu lah, masa lu-eh kamu gatau?"

"Ganti bajumu, Johan," perkataan Ernes terdengar mutlak, lalu pria dengan luka di rahang itu bangkit dari duduknya dan berjalan pergi meninggalkan meja makan, di susul oleh Sabiru dan Ezra. Seolah pembicaraan mereka telah usai, membuat Yohan menggerutu dan kembali mengambil paha ayam lalu ikut pergi dari meja makan.

YohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang