Pada hari Minggu yang cerah dan menyenangkan ini, Hyunsuk justru termenung di teras rumahnya. Dia meratapi mama dan papa yang sibuk mengemasi barang, keluar masuk rumah dengan koper besar mereka. Hyunsuk menghela nafas berat. "Mama beneran mau pergi sebulan?"
Mamanya mengecup pucuk kepala Hyunsuk. "Engga sebulan, Sayang. Kalo bisa lebih cepet, Mama pasti langsung pulang."
Hyunsuk menghela nafas lagi. Sedihnya. Meskipun sekarang dia sudah kelas 12, alias 3 SMA, dia masih belum bisa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Selama ini mamanya selalu hebat, bisa bekerja sekaligus meng-handle pekerjaan rumah. Tapi apa jadinya kalo Hyunsuk ditinggal sendirian selama sebulan? Bisa-bisa rumah ini jadi kapal pecah.
"Nanti Mama minta Tante Lisa jengukin Sukkie setiap minggu, ya. Biar Sukkie ga sendirian terus."
Hyunsuk menghela nafas lagi. Bibirnya melengkung ke bawah, terlihat seperti anak paling menyedihkan di dunia. Dia bahkan mengedipkan matanya berulang kali agar terlihat seperti tengah menahan air mata di ujung pelupuk. "Tapi nanti Sukkie tetep sendirian," dia menunduk, menahan senyumnya. Ini kebetulan yang amat kebetulan. "Biar Sukkie ga sendirian, Sukkie bawa kitty ya ke rumah?"
Mamanya langsung mendengus kasar, "Hm, dasar. Sukkie aslinya berani kan ditinggal sendirian di rumah sebulan? Sedih cuma karena biar Mama bolehin bawa kitty, kan?"
Hyunsuk cemberut, "Engga kok. Sukkie beneran takut kok. Nanti siapa yang masakin Sukkie?"
"Kan Papa udah bilang, Sayang. Sukkie beli aja. Papa ga mau nanti Sukkie pulang sekolah, bimbel, capek, masih harus masak lagi." Sekarang papanya membantu mama agar Hyunsuk tidak membawa kucing ke rumah.
Hyunsuk masih cemberut, "Tapi Sukkie kan tetep harus nyapu, ngepel, nyuci baju, jemur, semuanya, sendirian, Papa."
Sekarang papanya justru tertawa pelan, "Sukkie jangan bercanda, deh. Beres-beres sama masak sendiri engga ada hubungannya sama bawa kitty ke rumah."
Hyunsuk makin cemberut. Kalau dipikir-pikir, iya juga ya. Mana mungkin kucing bisa bantuin dia masak, nyapu, ngepel, nyuci baju, jemur baju, dan nemenin dia kalau lagi takut malam-malam. Itu alasan paling konyol biar diizinkan membawa kucing ke rumah. Tapi Hyunsuk aslinya sudah frustrasi, dia mau punya kucing seperti orang-orang di media sosial. Toh dia berjanji akan merawat kucing itu sungguh-sungguh.
"Tapi, Pa, kan seengganya Sukkie bisa ditemenin sama kitty-nya. Sukkie ga sendirian. Nanti kalau ada hantu bisa diusir sama kitty-nya." Hyunsuk masih mengusahakan kucing itu.
Mamanya ikut tertawa, "Sukkie, yang ada kitty-nya bantuin Sukkie berantakin kamar, bukan nemenin Sukkie. Terus jangan-jangan kitty-nya yang jadi-jadian, alias hantunya"
"Ih, Mama!" Hyunsuk protes karena mamanya justru menakut-nakuti, padahal anak semata wayangnya harus tidur sendirian malam ini.
"Ga boleh, ya, Sayang." Papanya mengusap pucuk kepala anaknya yang sebentar lagi akan berumur 17 tahun. "Papa ga mau nanti pas mama kamu pulang, liat rumahnya berantakan, bau poop kucing, terus marah-marah, kan yang pusing siapa?"
Hyunsuk menunduk, "Kita."
"Tuh, kan. Pinter Sukkie. Jangan buat mama pusing, karena Papa nanti juga ikut pusing." Papanya tergelak melihat Hyunsuk yang justru semakin cemberut.
"Baik-baik ya di rumah, Sayang. Nanti kalau Sukkie pinter, Papa tambahin uang jajannya."
Wajah Hyunsuk langsung berubah 180 derajat. Dia kegirangan, "Oke! Setuju, Pa!"
Waktu kecil, Hyunsuk memang sempat memiliki gejala alergi, yang diduga alergi kucing. Semenjak itu, orang tuanya tidak mengizinkan Hyunsuk dekat-dekat kucing dan hewan sejenisnya. Tapi setelah beranjak remaja, gejala itu sudah tidak pernah muncul lagi. Dan kebetulan, akses internet sekarang lebih mudah, orang tuanya jadi pusing karena rengekan Hyunsuk yang minta mengadopsi kucing setiap ada kesempatan.

KAMU SEDANG MEMBACA
30 Days with Ireng
FanfictionHyunsuk ditinggal sendirian di rumah sama mami dan papinya. Tapi satu hari sendirian di rumah, Hyunsuk justru ketemu kucing hitam lucu yang kadang tingkahnya di luar nalar. Akhirnya, 30 hari ke depan Hyunsuk di rumah bareng Ireng, kucing hitamnya, y...