Setelah makan siang bersama antara Jennie dan ibu Jennie, Mereka kembali ke rutinitas masing-masing. Tapi tidak dengan Limario yang masih ditahan oleh Jennie untuk bercerita kemana saja dia selama sebulan ini.
Limario terbangun dari tidurnya, ia sedikit mengucek matanya sambil menoleh kesebalahnya.
"Sayang, kamu baca apa?" Tanya Limario sambil menyenderkan kepalanya dibahu kekasihnya itu.
"Baca novel, sambil nungguin kamu bangun!" ketusnya menurunkan novel yang ia baca dan menatap Limario.
Limario meneguk kasar salivanya, ia menatap jam yang tergantung di dinding ruang keluarga Jennie itu, "Aku tidurnya lama ya sayang?" Ucap Limario kaget melihat Jennie menatapnya tajam.
"Jangan mencari alasan lagi, Lim!"
"Kamu tunggu disini sebentar ya, aku mau cuci muka dulu" Limario berdiri dari sofa berniat untuk pergi, namun ditahan oleh Jennie.
"Limario!"
Limario menarik nafas panjangnya, "Baiklah akan ku jelaskan..."
"Itu minum air putih dulu, aku sudah mengambilnya tadi." Ucap Jennie menunjuk gelas yang berada diatas meja.
Limario mengalihkan pandangannya keatas meja yang ditunjuk oleh kekasihnya itu, "Terimakasih sayang." Ucap Limario sambil mengusap rambut Jennie pelan dan meneguk habis air itu.
Jennie memejamkan matanya beberapa detik merasakan usapan lembut dari pria disampingnya. Perlakuan lembut Limario yang seperti uru selalu memberikan rasa nyaman padah Jennie.
"Jelaskan!"
〰️〰️
"Apa kita memberi tahu Jennie bahwa kau sedang berada dirumah sakit?"
Limario yang baru tersadar dari tidurnya pun menggelengkan kepalanya pelan, "Tidak perlu"
Sontak membuat orang yang berada dalam ruangan tersebut membelalakkan matanya.
"Ada apa? Kalian bertengkar?"
"Tidak, aku hanya tidak ingin dia melihat kondisi ku seperti ini, Bu!"
"Tapi Lim. Setidaknya kabari saja dia agar tidak khawatir padamu"
Brüschweiler terkekeh, "Sayang apa kau yakin Jennie akan khawatir pada anak ini?"
Bambam yang mendengar ejekan dari ayah Limario itu sontak tertawa, "Betul bibi, Limario ini sangat menyebalkan, jadi mustahil bila Jennie khawatir dan mencarinya"
Limario yang mendengar itupun sontak menatap tajam keduanya.
"Mana ponselku!" Pinta Limario pada Bambam.
〰️〰️
"Sayang, kenapa melamun." Ucap Limario melambaikan tangannya didepan wajah Jennie yang sedang melamun.
Jennie menghela nafas beratnya, "Kenapa kamu harus berbohong padaku!"
"Maafkan aku sayang" sendu Limario yang terus-menerus mencium punggung tangan kekasihnya itu.
"Jangan mengulangi hal seperti itu lagi, kau membuatku khawatir jika seperti ini, Lim!"
Limario mengangguk, "Aku janji, sayang!"
Limario mendekat kearah Jennie itu dan mengusap kembali pelan rambut milik Jennie, "Maafin aku ya sayang, kemarin-kemarin kamu ditemani Kai ya?"
"Hm! Bambam pasti yang memberi tahumu" ketus Jennie.
Limario mengangguk, "Sekarang aku siap menemani mu kemana saja!"
Jennie memutar malas matanya mendengar ucapan pria dihadapannya itu.
"Kamu mau makan? Berbelanja? Nonton? Kamu tinggal bilang saja, aku siap menemani Tuan putri"
"Tidak! Aku sedang tidak mood"
Limario mengusap kasar mukanya, "Serius tidak ingin?"
"Hm!"
"Lalu ingin apa?" Pasrah Limario.
Jennie tampak berfikir, "Aku ingin kembali bekerja lagi, apa boleh?" Ucap Jennie dengan pelan.
Limario menyunggingkan senyumnya, "Mau mulai kerja kapan? Kantor itu milik tuan putri..."
Jennie menggelengkan kepalanya melihat tingkah prianya itu, "Besok boleh?"
"Aku jemput besok,hm?" Timpal Limario sebelum menerima penolakan dari kekasihnya itu.
Mereka berdua tampak begitu bahagia mengobrol dengan diiringi tawa mereka.
"Kamu rumah bagiku, Lim! Aku menyayangimu..."
〰️〰️
Sementara disebuah mansion mewah, Dua paruh baya nampak duduk diatas sofa sembari menatap layar tv besar didepannya.
Brak!
"PAMAN, BIBI, APA LIMARIO SUDAH PULANG?" Teriak seorang yang berlari menuju ruang keluarga tersebut.
Jane berdiri dari duduknya, "Bukannya dia sedang berada dikantor?" Heran Jane yang memang seharian ini dia tak melihat putranya berkeliaran di mansion ini.
"Wah, bisa-bisanya dia kabur disaat jam kantor!" Ucap Bambam sembari merebahkan tubuhnya disofa besar itu.
Brüschweiler menggelengkan kepalanya melihat tingkah keponakan istrinya itu, "Paling dia menemui kekasihnya, secara kan sudah lama tidak bertemu."
"Lupa kalo dia sudah bersama kekasihnya akan lupa pulang dan segala hal lainnya?" Timpalnya lagi membuat Jane dan Bambam itu mengangguk membenarkan yang dibilang oleh ayahnya Limario tersebut.
Jane kembali duduk disofa, "Itu hubungan mereka, biarkan saja! Perihal dia ingin bercerita atau tidak, itu adalah haknya." Ucap Sang ibu yang akhirnya memberikan jawaban pada keduanya.
"Dasar budak cinta!" Timpal Bambam
"Makanya cari juga kekasih biar bisa merasakan indahnya jatuh cinta..." Ejek brüschweiler terkekeh kecil.
Bambam memutar bola matanya mendengar ucapan pria paruh baya dihadapannya itu.
"Tetap lindungi Jennie dan ibunya jika Limario tidak bersamanya!" Titah Brüschweiler dengan serius.
"Kenapa tidak lamar saja Jennie untuk Limario, membuang waktuku saja menjaga kekasih orang!" Dengus bambam yang mendapat jitakan kecil dari bibinya itu.
"Sakit, bi!" Lenguhnya menahan sakit, "Jitakan mu itu sangat mematikan walaupun kecil!"
Jane memutar malas bola matanya, "Sudah kembali ke kamarmu!"
Bambam sumringah, "Dengan senang hati!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm For You
RomanceKisah seorang pria yang lembut dan penuh kasih sayang. Siapa yang tidak mengenalnya? anak dari konglomerat terkaya di dunia. Fisik dan kastanya mampu menjajah hati para wanita. seseorang yang memiliki reputasi besar seperti ayahnya. Pria tersebut me...