❝ Happy Reading ❞
Arkie terdiam ketika mendengar ucapan Mama Wendi barusan. Dia bingung harus menjawab apa. Jelas-jelas Eksha, anaknya lah yang menjadi pacarnya dan sudah berjalan hampir setahun ini.
Arkie hanya bisa menunjukkan senyum, dengan satu tangan mengusap tengkuknya sendiri. Ingin rasanya melarikan diri, apalagi mereka bertiga seakan-akan menunggu jawaban keluar dari mulut Arkie.
"Punya tante" jawab Arkie dengan yakin. Entah apa yang terjadi selanjutnya, dia pasrahkan kepada Yang Kuasa.
"Wah kan bener, cowok seganteng kamu gak mungkin gak punya pacar"
"Hehe iya tan"
"Ajak Eksha juga Kie, kenalin gitu. Tuh anak tante gak pernah deket sama cewek kecuali sepupunya sendiri"
"Apasih mah, Eksha masih kecil. Biarin aja dia kuliah dulu" senggah papa.
"Gapapa lah pah, Eisya dulu SMP malah udah punya pacar."
"Papa males ah kalo pembahasannya kayak gini. Kie, om ke turun dulu ya" Papa Malik berjalan menurunin tangga, hingga tinggal Mama Wendi, Eisya dan Arkie diruang santai tersebut.
"Kie, pasti pacar kamu cantik banget.." timpal mama Wendi dengan mata yang berbinar-binar.
Arkie menggigit bibirnya, lalu mengangguk pelan. Eksha memang tidak cantik layaknya perempuan, namun wajah Eksha itu indah. Siapapun yang memandanginya tidak akan bosan. Namun Arkie tidak berniat untuk membiarkan siapapun memandangi wajah kekasihnya terlalu lama. Wajah Eksha cukup untuk dia pandangi saja.
"Anak tante memang gak cantik, tapi mampu buat Arkie terbuai dengan keindahan wajahnya." -Arkie
"Aduh, sampe merah gitu. Langgeng terus deh sama pacarnya."
"Jangan lupa kenalin Eksha juga yaa" sambung Mama Wendi dengan kekehan renyah. Arkie sendiri hanya bisa menyunggingkan senyum.
Tapi dia senang, ucapan mama Wendi sebelumnya seakan-akan merestui hubungan mereka dan mendoakan hubungan mereka langgeng terus. Dalam hatinya terus merapalkan kata Amin.
Setelah itu mereka bertiga saling mengobrol, bercerita, bercanda gurau. Suasana malam itu terasa hangat, karena kedatangan Arkie.
Arkie juga sangat senang, dia ikut merasakan kehangatan bercengkrama layaknya keluarga pada umumnya, setelah sekian lama tidak merasakannya. Tidak henti-hentinya juga dia berucap syukur dalam hati karena mengenal Eksha, dan keluarganya.
"Mamaaaa laperr~"
Terdengar rengekan kecil dari arah tangga serta suara derap langkah menuruni tangga. Eksha, turun dengan satu tangan mengucek matanya. Sepertinya dia belum sadar jika ada seseorang yang memandanginya sambil tersenyum kecil.
"Dih kek bocah, makan ya tinggal makan aja sih" ejek Eisya.
"Apasih kak lagian kan gue gak min-"
"EH KOK LU DISINI?" pekik Eksha ketika dia mendaratkan pijakan ditangga terakhir dan melihat Arkie duduk dengan mama serta kakaknya.
Arkie malah semakin tersenyum menggoda ke arah Eksha yang wajahnya sudah merah padam.
"Dari satu jam yang kali, gausah heboh gitu" celetuk Eisya dengan memutar bola matanya. Menurutnya adeknya ini sangat berisik dan heboh.
"Kok gak bangunin gue sih kak??!" kesal Eksha sambil berjalan kearah mereka dan mendaratkan pantatnya disebelah Arkie.
"Lu kayak kebo, males banguninnya, ya gak mah?"
"Sadar diri juga kek!"
"Apa? sadar diri kalo gue cantik? oh kalo itu gue udah sadar kok" ujar Eisya sambil mengibas-ngibaskan rambutnya layaknya iklan sampo. Sedangkan sang adik merengut kesal.
"Heh kok malah ribut sih kalian, maaf ya Kie mereka emang berisik." sela sang mama.
"Hehe gapapa kok tan, namanya juga adek kakak" balas Arkie dengan sopan.
"Lu juga ngapain disini?!" dengus Eksha.
Maklum saja Eksha baru saja terbangun dari mimpi indah, dan disambut dengan ejekan sang kakak barusan. Jadi moodnya masih dibawah 10, padahal Arkie sendiri dari tadi diam, kena imbasnya juga.
"Main aja, gaboleh?"
"Boleh! cuma kan bisa bangunin gue dulu"
"Gapapa, biar tidur lu puas. Lagian dari tadi gue ngobrol sama tante sama kakak lu, itu bisa anggap main juga kan?"
"Udah lah dek, kagak gue ambil juga temen lu ini. Sensi amat" ledek Eisya.
"Gue gak ngomong sama lu!"
Tangan kiri Arkie mengusap punggung Eksha, dengan harapan meredam emosi Eksha. Seperti waktu itu, Arkie tidak menyukai Eksha jika sudah bernada tinggi dengan siapapun. Ini pelajaran yang menurut Eksha paling susah, pasalnya dia kan ngomong dengan ceplas-ceplos.
Merasakan elusan lembut dipunggungnya Eksha akhirnya dia menghembuskan napas panjang. Arkie selalu mempunyai seribu satu cara untuk menenangkan dirinya.
"Oh ya tan, boleh ngga saya ajak Eksha makan diluar. Nanti saya bungkusin buat tante, om, kak Eisya juga." ucap Arkie kepada dua perempuan didepannya ini.
"Oh ya boleh, ajak makan aja si Eksha. Kebetulan tante tadi masak makanan yang dia gak terlalu suka. Oh ya gak perlu repot-repot bungkusin Kie. Makan aja kalian berdua" jawab mama Wendi.
Arkie mengangguk pelan, kemudian diajaknya Eksha untuk turun ke halaman depan rumah, dimana motornya terparkir.
Ternyata abis gerimis kecil hingga jok motornya sedikit basah. Eksha keluar dengan celana pendek dan sweater biru. Dia menghampiri Arkie.
Moodnya naik lagi ketika mereka berdua saja. Eksha tersenyum sambil menenteng dompetnya.
"Buat apa bawa dompet?"
"Kakak tadi nitip jus, mama juga nitip pembersih lantai"
"Taruh balik, pake uang gue aja"
"Gak mau, udah ah ayo!"
"Kalo gak ditaruh, ya kita gak berangkat."
Eksha berdecak kesal namun kemudian dia berlari masuk kembali ke dalam rumahnya. Namun diam-diam Eksha menyunggingkan senyumnya. Ini lah Arkie yang sesungguhnya.
Beberapa saat kemudian Eksha keluar dengan tangan kosong. Arkie melepaskan jaket kulitnya, menyisakan sweater hitam. Kemudian dia pakaikan jaket itu ke tubuh Eksha.
"Angin malam gak baik buat tubuh" ujar Arkie sambil membersihkan jok motornya yang basah dengan tangannya, supaya celana Eksha tidak basah.
"Lah lu juga malah pake sweater tipis kayak gitu!"
"Kan ada lu yang bisa meluk gue."
tbc... voment + follow✎ nv -08/02/24
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted ✔️
Teen Fiction⚠️ BL "Gue miskin, Sha." -Arkie Wibowo. "Gue bisa ngasih lu apapun." -Eksha Maliksya. "Gue gak punya hal yang bisa dibanggain." -Arkie Wibowo. "Gue selalu bangga sama lu." Eksha Maliksya. Kisah anak pemilik sekolah yang selalu bergelimang harta dan...