❖ Chapter 16

727 52 26
                                    

-----------------------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----------------------------------------------------------

Gelap? Hujan? Lapar?

-----------------------------------------------------------

Sejauh matanya memandang hanya hal tersebut yang dia lihat, bahkan tak ada satupun cahaya lagi yang menyinari jalannya. Calista benar-benar kehilangan arah dan masa depannya.

Sudah beberapa hari dia terombang-ambing di jalanan, mengais setiap tempat sampah dengan harapan menemukan sisa-sisa makanan yang dibuang oleh orang-orang. Dia tak peduli apakah makanan itu bersih atau tidak yang gadis itu pikirkan sekarang hanyalah mengisi perutnya.

Mata Ruby itu terlihat gelap tanpa adanya sepercik cahaya kehidupan di sana, tatapannya kosong dan hampa. Tak ada satupun orang yang melihat dan membantunya, setiap hari dia hanya berjalan tanpa tahu arah. Setelah dia ditendang keluar oleh keluarganya sendiri seperti inilah kehidupan Calista.

Rumah keluarga Cleamon benar-benar tertutup rapat untuknya.

"Dasar anak pembawa sial."

Kata-kata itu terus berputar di pendengaran Calista. Semenjak ayah tunangannya membatalkan pertunangan mereka Calista menjadi bahan cibiran oleh keluarganya sendiri. Sang ayah yang menyalahkan dirinya atas kegagalan bisnis keluarga, dan ibunya yang menyalahkannya karena kegagalan pertunangannya dengan Orter Madl.

Calista teringat air mata adik laki-lakinya saat Calista diseret keluar dari kediaman Cleamon. Bahkan sang adik dengan menangis memohon kepada orang tua mereka untuk tidak mengeluarkan kakaknya. Tetapi dia hanya seorang anak kecil yang tak berdaya, yang bisa dia lakukan hanyalah menangis saat sang kakak diseret dengan kasar, dan di tendang keluar oleh keluarga yang sudah melahirkannya untuk selamanya.

Dibawah rintihan hujan mata Ruby itu tampak kosong, bahkan air matanya tak bisa mengalir lagi.

"Ya tuhan, tolong cabut nyawaku."

Kata-kata putus asa yang gadis itu pikirkan, tubuhnya menggigil dibawah derasnya air hujan, tubuhnya sudah pucat dan berkerut karena diterpa air hujan dalam waktu yang cukup lama. Bibirnya yang semula berwarna pink itu kini menjadi biru, sudah tak ada yang bisa Calista harapkan. Dia hanya bisa menunggu sampai malaikat maut menjemputnya.

"Orter-kun, maafkan aku .. "

Calista menutup matanya memasrahkan diri nya pada takdir yang akan menjemputnya.

Manik Ruby Calista seketika terbelalak dengan cepat dia langsung tersentak bangun dari tempat tidurnya, dengan nafas yang tak beraturan dia berusaha untuk menenangkan detak jantungnya yang tak berdetak dengan sangat cepat. Calista melihat kearah sekitar dia berada di dalam kamar vila milik Ryoh.

Crazy Love ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang