,
3 hari sudah alvin di mansion Affrian dan selama itu dia tidak pernah keluar dari kamar atau ke teras depan kamar.
dan selama itu untung saja ibu dan anak tiri dari tubuh ini tak pernah dia lihat.
sekarang Alvin sedang duduk di kursi belajarnya dan masih tertempel penurun panas di keningnya.
sekarang Alvin sedang memangku laptop miliknya, untung saja tas nya yang berada di sekolah di bawa kemari.
Alvin sedang mengerjakan beberapa berkas di kantor dan data data tentang seseorang yang sedang dia incar, walau sakit pada kepalanya semakin sakit tidak membuat dirinya menyerah mencari.
Alvin berhenti mengetik dan memegang sebelah kepalanya yang sangat sakit.
"shh, kenapa semakin sakit" alvin menutup laptopnya dan meletakkannya ke atas meja belajar dan saat ingin berjalan ke arah kasur.
tiba tiba pandanganya buram dan saat matanya mulai tertutup dan pendengarannya seperti berdengung.
brak
"Alvin!"
Alvin jatuh di atas lantai dan terdengar seseorang memangil namanya dan setelahnya semuanya gelap.
....
"hah, alvin tidak apa apa kan pa?" tanya fahmi.
"dia tak apa hanya terlalu banyak berpikir dan kurang cairan" ucap iron memegang kepala sang anak yang sedang terbaring di kasirnya.
"hah tadi aku sangat panik"ucap alan, ya alan yang melihat Alvin pingsan tadi.
" kenapa tiba tiba kau panik tuan alan?" mereka bertiga menatap alvin yang sedang bersandar menatap mereka.
Alvin menyeringai menatap alan yang hanya diam menatapnya. Alvin kembali terkekeh.
"apa kalian sudah peduli pada Alvin? tapi walaupun kalian memohon minta maaf aku tidak akan memaafkan kalian" ucapnya dengan menatap tajam kepada mereka.
"kenapa kau tidak mau memaafkan kami?" tanya fahmi.
Alvin memandang datar mereka
'hah anak sama bapak sama sama lelet berpikir'alvin melepaskan infus di tangannya dengan kasar membuat tangannya kembali berdarah.
"Alvin apa yang kau lakukan, kalian panggil dokter" alan mengangguk dan menelpon dokter.
alvin mengambil hoodie hitam dan celana hitam miliknya di lemari pakaian dan memakainya, berjalan ke arah laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas.
"mau kemana kau Alvin?" tanya iron yang sedari tadi melihat gerak gerik anaknya berganti pakaian dan mengambil tas miliknya.
"tentu saja kembali ke keluargaku" ucapnya dan berjalan ke arah balkon dengan langit yang sudah bewarna jingga.
"apa maksudmu keluargamu, di sini adalah keluargamu!" ucap iron menekankan setiap kata.
alvin berbalik menatap anak dan ayah itu bergantian, alvin berjalan mundur sampai membatas balkon.
alvin memanjat pembatas itu dan menatap mereka dari atas.
brak
"apa yang terjadi di sini" tanya dokter fardan.
"tentu saja keluarga yang terkaya no 2" mereka terdiam menatap alvin dari bawah.
"bukankah itu keluarga Arga compay?" tanya alan dan di anguki oleh mereka-iron.
tanpa menjawab alvin menjatuhkan dirinya ke bawah balkon, mereka berlari menatap ke bawah yang di mana alvin jatuh ke lantai dua ke lantai 1 yang lumayan jauh.
setelah jatuh alvin langsung berlari ke pintu belakang mansion, tidak ada bodyguard yang melawanya mereka semua hanya diam mematung.
"pa, bang" mereka berbalik menatap seorang gadis yang masuk ke dalam kamar milik alvin.
"sayang apa yang kamu lakukan di sini" tanya iron dengan nada lembut.
"mama nyarian papa di bawah jadi zila ke sini" ucapnya dengan suara yang lembut dan sok malu malu.
fahmi menghela nafas kasar dan keluar dari kamar menuju kamarnya untuk istirahat begitu juga dengan alan dan fardan yang berpamitan untuk pulang.
entah mengapa setelah alvin pergi mereka merasa aneh jika tidak ada alvin yang mencoba mendekat pada mereka seperti dulu.
sekarang hanya ada rasa menyesal pada mereka. maybe?
"jika tuan saya tidak ingin kembali ke sini, jangan bawa dia ke sini lagi itu akan membuatnya semakin stres" ucap AI tiba tiba di samping mereka.
"apa dia di angkat menjadi anggota keluarga arga?" tanya iron pelan.
AI diam menatap iron santai dan menganguk singkat.
"jika kalian ingin mengambil hatinya jangan membuat dia kesal pada kalian terutama pada anak perempuan dan istri mu tuan Affrian" ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi kevin or alvin (Hiatus Sementara)
Teen Fictionkisah Kevin Anggara Ariga yang merupakan CEO dan memiliki perusahaan terkenal di jerman dan kebanyakan cabang berada di indonesia. hidup sendiri tanpa ada orang tua di sampingnya yang menyemangati harinya yang suram dan kejam. karna sebuah kesengaja...