Roger

21 17 0
                                    


07.15 WIB

Dian berlari tergesa-gesa kedalam sekolah, bel tanda berbaris sudah berbunyi, dia terlambat, untung pagar belum di tutup.

Dian berlari sekuat mungkin, tanpa sengaja menabrak seseorang.

"Sorry, gua mau cepet tadi" ujar Dian sambil menatap ke depan untuk melihat siapa orang yang baru saja di tabrak nya.

"Lah! Lo sekolah di sini?!" Tanya Dian terkejut.

Roger menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, tadi ia mengambil topinya, topinya ketinggalan di kelas.

"Untuk siswa yang belum ada di lapangan, cepat berbaris nak! Kita mau upacara, kalau kalian belum berbaris juga dalam 5 detik, WC menunggu" ujar guru BK.

"Aishh bangke" umpat Dian.

"Taruh aja tas lu di tempat duduk gua bang, nanti baru di ambil" tawar Roger, kasian juga jika Dian harus berlari ke gedung dua.

"Yaudahlah, gua numpang ya" ucap Dian kemudian menanyakan dimana tempat duduk Roger, setelah tau, langsung saja dia melemparkan tasnya, kemudian berlari ke arah lapangan diikuti oleh Roger di belakang.

Sesampainya di lapangan, semua perhatian anak kelas 10 teralihkan dengan kedatangan Roger, sejak tadi pagi pria itu menjadi topik trending di kelasnya.

Roger mengambil barisan paling belakang, malas menjadi pusat perhatian.

"Anjirrrr, keringetan malah makin cakep" ujar salah satu gadis berpipi chubby.

"Ya emang kaya Vino, keringetan malah mirip kambing, mana baunya sama lagi" papar salah satu siswa yang ada di samping si gadis berpipi chubby tersebut.

"Heh! Lu berdua kalau mau ngomongin orang ya bisik-bisik dong bjir, kit ati gwehhhh" ungkap Vino dengan nada dramatis.

"Yaelah Vin, kan mereka ngomongin fakta, ngapain harus bisik-bisik, ya ngak bro?" Celetuk Andre teman Vino.

"Lu ye! Bukannya belain malah ikut ikutan"

Semua yang ada di sana tertawa, termasuk Roger, membuat hati para kaum hawa menjerit.

Puk

Bahu Roger di tepuk oleh seseorang, Roger menoleh ke arah belakang, ada seorang pria yang sangat mirip dengan gadis berpipi chubby di depannya, tapi ini versi cool, dan pipinya tidak chubby.

"Mundur, tutup barisan" ujar pria itu singkat, tapi tidak terkesan sarkas, malah terdengar sopan.

Roger menganggukkan kepalanya kemudian mundur ke belakang, tepat di samping pria itu.

Saat Roger menatap kedepan, tatapannya tidak sengaja bertemu dengan gadis berpipi chubby yang juga tengah melirik ke arah pria disampingnya.

Gadis berpipi chubby itu tersenyum pada Roger, hingga matanya menyipit membentuk bulan sabit.

'menggemaskan' batin Roger

"Tertib acara upacara bendera..."

Upacara dimulai, semua siswa mengikuti upacara tersebut dengan khidmat kecuali Liam.

"Pstt! Dian!" Panggil Liam dengan berbisik agar tidak menggangu upacara berlangsung.

"Paan?" Jawab Dian yang ada di samping Liam.

Ni anak kalau di depan umum kagak bisa diam, bentar lagi juga ni upacara udah siap, tinggal nunggu amanat sama doa doang, ini malah mau bergosip.

"Tadi pas sebelum upacara kan gua ke WC tuh, pas gua lagi pipis, gua ngedengar suara cewek lagi ngomong, kayaknya itu suara si Runa dah" tutur Liam dengan wajah hebohnya.

"Beneran?" Tanya Dian penasaran, tak sia-sia dia meladeni Liam, kalau tentang Mak lampir mah ini gosip bagus.

"Iya njir, lu mau tau kagak dia ngomong apa tadi?" Liam bertanya balik dengan wajah lebih heboh.

"Ngomong apaan emang?" Dian sudah mati penasaran dibuat Liam.

"Iya pa, nanti kan Runa ke rumahnya Reygan, pokoknya nanti Runa bakalan ambil berkas itu, papa jangan khawatir" ucap Liam menirukan suara wanita.

"APA!" Dian berteriak sangking kagetnya, membuat perhatian seluruh siswa teralihkan padanya, tak terkecuali Teo sang kepala sekolah yang tengah memberikan amanat di depan sana.

"Dianandra satya dan William denim, silahkan tinggal di barisan saat pembubaran nanti" perintah Teo dengan suara lembut namun tidak bisa di bantah.

Dian dan juga Liam saling pandang kemudian menghela nafas panjang, mampuslah.

Reygan yang berada di samping barisan Liam dan Dian pun menoleh kebelakang, karena dia ada di barisan paling depan.

Reygan melirik mereka berdua secara bergantian, tidak biasanya dua cudut itu membuat ulah saat upacara, apalagi yang sedang menyampaikan amanat adalah kepala sekolah.

Disaat Reygan melirik mereka, Liam dan juga Dian balik melirik pria itu.

Reygan menggerutkan keningnya saat melihat Dian menggerakkan bibirnya namun tidak bersuara.

"Apa?" Tanya Reygan dengan suara pelan, dia masih punya rasa takut dan malu.

Dian mengulang kembali gerakan mulutnya.

'nanti habis kita berdua di hukum, kumpul di roof top ya, ada hal penting"

Begitulah kira-kira ucapan Dian yang Reygan tangkap, Liam menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Dian yang dia saja tidak tahu apa yang Dian ucapkan, yang penting setuju, hehehe.

Setelah upacara selesai, semua murid kembali ke kelas masing-masing kecuali Dian dan Liam tentunya, mereka dipanggil keruangan kepsek.

"Kenapa tadi kamu teriak huh? Saya lagi menjelaskan didepan sana, kamu malah teriak-teriak kayak orang kesetanan, kenapa teman kamu ini Liam?" Cecar Teo sambil menjewer telinga Dian.

"Aduhhh ampun pak, tadi ada berita yang menghebohkan, mangkanya saya teriak, ya ngak Liam?" Dian memegang telinganya yang memerah karena jeweran Teo.

"Iya pak, ini tentang Runa" ucap Liam dengan suara pelan, berhasil membuat Teo menjadi penasaran.

"Kenapa Runa?" Tanya Teo pada dua anak nakal ini, dia juga penasaran ada apa dengan Runa sampai-sampai Dian berteriak saat dia tengah memberikan amanat.

Liam menceritakan semua yang terjadi saat ia sedang di kamar mandi dan mendengar suara Runa.

"Berkas?" Tanya Teo.

Liam dan Dian menganggukkan kepalanya secara bersamaan.

"Berkas apa?" Tanya Teo sekali lagi.

"Kami juga gatau pak" jawab Dian dengan tatapan wajah serius.

"Nanti setelah kalian masuk ke kelas, tanyakan pada Reygan, apa dia punya suatu berkas berharga? Papanya Runa itu seorang pengusaha, takutnya ini menyangkut harta" ujar Teo serius, ini tidak bisa dibiarkan.

Walaupun dia tidak terlalu kenal dengan Reygan, tapi ini hal penting.
Bisa saja Runa sedang membuat rencana jahat pada Reygan, sebelum itu terjadi, lebih baik membantunya kan?

'apa lagi yang direncanakan anak itu?'
Batin Teo bersuara.

Makin males buat ngelanjutin ni cerita.

MY WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang