20. Enggan Berharap

3.5K 331 6
                                    

Melihat Bagas yang terseyum lebar padanya membuat Abi kesal tentu saja, tapi dia tidak mungkin langsung tantrum pada pria itu karena mereka belum kenal, bisa-bisa dia di sangka ODGJ, apalagi ini masih wilayahnya, dia tetap harus menjaga wibawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat Bagas yang terseyum lebar padanya membuat Abi kesal tentu saja, tapi dia tidak mungkin langsung tantrum pada pria itu karena mereka belum kenal, bisa-bisa dia di sangka ODGJ, apalagi ini masih wilayahnya, dia tetap harus menjaga wibawa.

"Selamat malam" sapa Bagas ramah.

"Malam" Abi menjawab datar dan singkat.

Tindakan Bagas selanjutnya membuat Abi terbelalak, dengan santainya pria berkaos merah itu masuk dan langsung duduk di depan komputer, seolah ruko itu adalah miliknya. Maksud hati hendak menegur, tapi dia juga tidak punya hak, dan lagi Bagas bukan orang asing bagi Mahi.

"Kak Bagas, kukira agak malam datangnya" tegur Mahi yang masih ada di pertengahan tangga tapi lebih dulu melihat sosok pria berambut sedikit ikal itu.

"Kebetulan urusanku hari ini cepat selesai jadi aku bisa cepat kemari, tuh kamu punya pelanggan" Bagas menunjuk Abi dengan dagunya lalu lanjut fokus ke layar komputer.

Mahi yang sudah tahu tentang kedatangan Abi, langsung menghampirinya sambil tersenyum, namun masih ada etalase sebagai pembatas mereka seolah dirinya bukan tamu melainkan pelanggan.

"Ada perlu apa Kak?"

Abi melirik sebentar ke arah Bagas sebelum menjawab pertanyaan gadis itu. "Bisakah kita keluar sebantar, ada yang ingin kubicarakan denganmu"

Mahi tampak berpikir dan melirik Bagss sekilas, Abi yang melihatnya menggerutu dalam hati dan kesal bukan main karena gadis itu tidak fokus padanya.

"Mau bicara apa ya Kak? Apa tidak bisa disini saja, soalnya ada yang ingin kukerjakan dengan Kak Bagas"

Tangan pria bercelana jeans hitam itu mengepal kuat di sisi tubuhnya yang tidak terlihat karena terhalang etalase, hatinya semakin mendidih karena melihat senyum tipis Bagas yang seolah mengejeknya.

"Ini masalah yang cukup penting, tidak bisa dibicarakan di sini, tapi kalau memang kamu sibuk, lain kali saja, aku pamit assalamu alaikum"

Abi berbalik dan pergi dengan perasaan kecewa, apalagi Mahi tidak mencegahnya dan malah menghampiri Bagas di meja komputer, dia bisa melihat semua itu dari balik kaca mobilnya.

Abi lantas memacu mobilnya menuju kafe temannya, tempat di mana Amanda bekerja. Sampai disana, dia mengambil tempat di sudut dan menikmati live musik akustik yang dimainkan dari panggung yang berada di tengah kafe.

"Kamu kelihatan suntuk, apa ada masalah?" tanya Ambarwati, teman Abi sejak masa kuliah. Perempuan dengan rambut panjang dan tubuh indah semampai itu datang menghampiri dengan membawakan minuman kesuakan pria itu, kopi americano.

Helaan nafas panjang menjadi jawaban Abi, ia menyeruput sedikit kopi yang di bawakan untuknya sebelum menatap wanita yang sudah duduk di depannya.

"Bagaimana caranya menarik hati perempuan?" tanyanya kemudian dengan wajah putus asa.

Langsing is My Dream (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang