FRAGILE HOME 🔞

227 13 72
                                    

In case you need a hot breakfast. Happy eating 😚🥰

 Happy eating 😚🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Rumah ini harus kita jual, Jae. "

Minjae menatap wajah sang kakak. Kim Hongjoong. Pemuda yang sekarang tampak kelelahan karena seharian bekerja dan selalu pulang lebih larut dengan baju lusuh beraroma asap dapur itu menatap adiknya dengan sorot mata murung. Kepala Minjae masih pening karena ia tidak bisa tidur semalaman. Semenjak Hongjoong mengambil empat pekerjaan sekaligus untuk melunasi hutang-hutang mereka, Minjae tidak bisa fokus belajar. Dia tidak lulus SMA begitu pun kakaknya. Mereka mengubur dalam-dalam keinginan untuk berkuliah karena peninggalan hutang kedua orang tua yang entah masih hidup atau tidak setelah bercerai.

Beberapa bulan terakhir, Minjae mendapat kesempatan mengikuti berbagai kursus gratis. Dia mencari brosur atau pamflet atau iklan di internet yang mengadakan pelatihan-pelatihan skill seperti membuat jurnal, akunting, menulis, atau bahkan memasak. Setelah musim dingin berakhir, Minjae berniat mencari pekerjaan yang lebih baik ketimbang menjadi buruh di sebuah kantor kurir barang.

"Gue nggak setuju, Kak. Emang siapa yang berminat beli dengan harga setinggi itu? Lo gila? Pertama, letaknya di pinggiran, jauh dari pusat kota. Kedua, ini rumah bersejarah banget. Punya banyak kenangan yang harus diurus. Ketiga, kita cuma punya rumah ini sebagai warisan satu-satunya, kalau pun laku terus habis itu kita mau tinggal dimana? " tanya Minjae ragu.

Hongjoong melihat sekeliling. Diam-diam di luar sepengetahuan Minjae, dia sudah menghubungi agen makelar jual beli rumah dan mengkonsultasikan semuanya. Harga rumah, cara pembayaran, itung-itungan validasi hipotek yang ternyata masih sangat besar. Melihat semua jumlah angka yang harus dilunasi, Hongjoong seketika kembali didera kebencian pada sang ayah. Pria itu berinvestasi pada lahan yang salah. Salah prediksi, salah perhitungan. Sekarang Hongjoong paham, mungkin itu juga yang membuat kedua orangtuanya bercerai. Tidak ada satupun yang mau membawa anak mereka setelah kebangkrutan. Hongjoong dipaksan menanggung tanggung jawab ini sendiri sambil berusaha menahan keinginannya untuk meninggalkan Minjae dan pergi ke tempat yang lebih menjanjikan.

"Harga rumah ini lebih dari cukup, buat nutupin keseluruhan hutang yang kita punya. Sisa masa pelunasan hipotek yang diajuin sama ayah kurang dari satu tahun. Kalau kita nggak bisa bayar beserta pinaltinya, mereka bakal melelang rumah ini. Kita makin rugi. Jadi setelah kita jual,paling nggak kita bisa lunasi hutang terus nyewa apart yang cukup buat kita berdua. Lagian rumah ini terlalu luas."

SOLEMNRAIN 🔞 || KIM MINJAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang