Happy Reading Gessss
🐺💙🦋
.
.
.
."Pagi nek" sapa Andra sembari berjalan menuruni tangga, tumben sekali bukan?
Sang nenek yang sedang menyiapkan roti pun menoleh, sudah tidak aneh melihat penampakan wajah cucunya yang kini sedang babak belur
"kenapa lagi wajah kamu, Andra?"tanya sang nenek yang kini sedang mengaduk segelas susu untuk cucunya
"biasa nek" jawab Andra santai "bukan tawuran kok, tadi malam Andra ada yang nyerang di jalan, tapi untungnya nggak papa" lanjutnya, saat melihat alis sang nenek langsung menukik tajam
"bentar, tumben luka kamu dah diobatin? biasanya juga nenek yang obatin luka kamu di pagi hari" ucap sang nenek, ini bukan pertama kalinya seorang Jeovandra Permana babak belur, dan setiap dia terluka maka dia akan membiarkannya sampai pagi-pagi sang nenek lah yang akan mengobatinya
"di pakein plester lagi, siapa yang ngobatin?" tanya sang nenek yang penasaran
"cewek lampir kamu itu yang ngobatin iya?" tanyanya lagi, jujur saja dia memang tidak suka dengan pacar andra ini
"nek, dia gimana pun juga cewek, Andra. yang ngobatinnya orang yang nolongin andra tadi malam" jelasnya
kini mereka sedang duduk di ruang tv dengan segelas susu dan teh dihadapannya di temani dengan gorengan pisang yang sang nenek buat tadi pagi
Ini sudah jadi kebiasaan mereka jika andra masuk siang atau sore, "siapa orangnya, cewek atau cowok?" tanya sang nenek lagi
"hmm, dia cowok, tapi nenek tau nggak cara dia nolongin andra itu sedikit lucu tau" balas Andra yang sedang memakan pisang goreng
"lucu gimana?"
"dia nolongin andra bukan dengan berantem lagi, tapi ngaku-ngaku jadi polisi" balasnya lalu terkekeh setelahnya saat mengingat bagaimana wajah pria itu,"dan bodohnya mereka percaya" lanjutnya
"tapi cara dia bicara tuh ngeselin banget, sumpah" adunya dengan menunjukkan dua jari bentuk v untuk meyakinkan neneknya, "nada bicaranya juga ketus terus" lanjutnya, Sanggita yang mendengarnya pun ikut terkekeh dibuatnya
Sanggita Maharani, seorang wanita paruh baya berumur 51 tahun, ia memiliki satu orang putri yaitu ibu dari Jeovandra, hanya satu-satunya karena putra pertamanya telah tewas akibat kecelakaan 5 tahun yang lalu, dan tak lama setelah kematian putra pertamanya, sang suami menyusulnya karena menderita kanker otak stadium akhir kala itu
Sejak saat itu pula dia hidup sendiri. Namun, tak lama keluarga putrinya hancur, banyak permasalahan yang menimpa rumah tangga mereka dan ya karena itu juga akhirnya mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang telah terjalin 15 tahun lamanya, sedangkan sang cucu lebih memilih untuk tinggal bersamanya.
Sejak Andra tinggal bersamanya, hidupnya tidak sepi lagi, dia memiliki teman untuk berbicara dan bercerita. Sang cucu juga tak enggan untuk berkeluh-kesah padanya, walaupun dia memang nakal dan memiliki pergaulan malam yang sedikit liar, tapi dia tidak mempermasalahkan hal itu, dia tidak akan marah selagi cucunya tau apa yang benar dan apa yang salah, tau batasan dalam melakukan sesuatu dan juga batasan dalam pergaulan.
Dia beranjak dari duduknya dan pergi kedapur lalu setelah beberapa saat dia kembali dengan sebaskom air hangat dan juga handuk di tangannya
"mau ngapain nek?" tanya Andra yang bingung melihat neneknya membawa baskom berisi air keruang tv
"madep depan ayok, belakangin nenek" titahnya, Andra yang bingung hanya menurut saja
"Kalo ketemu sama dia lagi bilang makasih dari nenek ya, tengkuk kamu dipukul ya sampe memar gini" ujar sang nenek yang memang sedari tadi menyadari memar di tengkuk cucunya
KAMU SEDANG MEMBACA
Nurse/JeongHaru
Roman pour AdolescentsBurung berkicau dan semilir angin kini tengah menemani kedua insan itu, menikmati keindahan alam dihadapannya. Mengenyampingkan rasa sakit dan juga sedih, memilih untuk menenggelamkan satu sama lain dalam perasaan cinta yang masing-masing dari merek...