Embun pagi mulai memenuhi setiap makhluk hidup maupun benda mati di bumi. Tetes-tetes embun yang mulai jatuh perlahan di ujung daun terlihat jernih. Seperti kristal bersih yang baru saja terbentuk. Kesejukan pagi ini membuat siapapun yang memandang langit akan merasa nyaman. Terlebih saat kehangatan matahari perlahan-lahan muncul di ceruk angkasa. Terbit di balik pegunungan menampilkan rona merah kekuningan. Tak luput dari itu saja, kicauan burung-burung di pagi hari pun turut menghiasi alam pagi ini.
Berbeda dengan gadis yang tengah tertidur pulas di kamarnya. Seolah tak ingin terusik oleh cahaya matahari yang menembus jendelanya, dia membungkus dirinya kembali di dalam selimutnya. Melanjutkan mimpi indahnya yang sempat terjeda karena silaunya cahaya mentari pagi. Padahal jam di samping tempat tidurnya sudah menunjukkan pukul 06.30.
“Devaaa…..Bangun nak, sudah jam berapa ini?!" Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita, yang tak lain adalah ibunya tengah berteriak di depan kamarnya.
Seolah Deva sudah setengah tuli, dia hanya menghela nafas dan mejawab ibunya hanya dengan deheman saja. Lalu melanjutkan kembali tidurnya yang tengah terjeda sebentar karena panggilan ibu negaranya.
Merasa putrinya hanya berdehem saja, dia sudah mengira bahwa putrinya itu belum bangun. Tak kehilangan akal, sang ibu kembali berteriak. “Devaaa hari ini kan sekolah, ini udah jam 7 lewat 20 menit loh nak.”
Ibunya tetap tidak masuk kamar putrinya, dia tetap berteriak di depan pintu kamarnya agar putrinya tau bahwa sang ibu bersungguh-sungguh. Ini adalah kebiasaan ibu Deva. Jika jam sudah menunjukkan keterlambatan, biasanya ibu Deva juga terburu-buru dan sibuk di mengurus rumah dan adiknya, maka dari itu dia tidak sempat membangunkan Deva di dalam kamarnya.
Deva yang mendengar kata “sekolah” dan “7? 20?” tidak-tidak, dia tidak bisa terlambat hari ini. Dia langsung ingat bahwa hari ini dia memiliki tugas kelompok dan waktunya presentasi di kelas seorang guru killer di sekolahnya. Dia langsung membuka matanya dan bangun dari tempat tidurnya. Seolah tengah di kejar setan, Deva tanpa memperdulikan apapun berlari ke kamar mandi dan membersihkan dirinya dengan terburu-buru.
Sedangkan sang ibu, meskipun tidak mendengar jawaban dari anaknya, tapi ketika mendengar suara gaduh di dalam dia langsung tersenyum. Dia tau bahwa anaknya sudah bangun dan tengah berjuang dengan air dingin. Ibu Deva langsung kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Meninggalkan Deva dengan kegaduhannya di dalam kamar. Pasti dalam 10 menit lagi, anaknya itu akan siap dan langsung keluar dengan terburu-buru.
Dia adalah Deva, dengan nama lengkapnya Devania Agatha. Seorang gadis ceria yang terkenal galak di sekolahnya. Deva baru menginjak kelas 11. Seorang siswi yang menyukai pelajaran bahasa Indonesia dan Kimia. Dia gadis yang biasa, tidak pintas tapi juga tidak bodoh. Setidaknya nilai raportnya melebihi standar KKM di sekolahnya.
Deva merupakan anak pertama dari dua bersaudara di keluarganya. Dia tinggal bersama dengan ibu dan ayah tirinya. Juga mempunyai seorang adik namun berbeda ayah sejak SMP. Bisa di perkirakan jarak umur antara dia dan adiknya sangatlah jauh. Seringkali Deva mengajak adiknya jalan-jalan dan mengaku bahwa adiknya adalah anaknya. Seorang mama muda ataupun janda anak satu selalu dia buat candaan ketika keluar dengan adiknya.
Benar saja, kurang dari 10 menit Deva sudah keluar dari kamarnya dengan seragam lengkap sambil menggendong tas sekolahnya. Dia terburu-buru menghampiri ibunya yang sedang menata meja makan. Tak luput pandangannya dari sang adik yang sudah duduk sambil memakan bubur kesukaannya. Dia pun menjahili adiknya dengan mengambil sendok yang hampir saja adiknya suapkan ke mulutnya.
“Ibuukkk kakakkkk…” Adiknya merengek ketika tau bahwa sendoknya di rebut oleh sang kakak.
Ibu Deva menoleh dan menghela nafas. Kedua anak ini pasti akan ribut di pagi hari. “Dev…udah jangan jahili adikmu, ayo cepat sarapan dulu.” Ibu Deva menaruh sepiring sarapan untuk Deva.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Bastard
Teen FictionDevania Agatha adalah seorang gadis sederhana yang ceria dan ramah. Dibalik sikapnya yang ceria itu dia ternyata menyukai mantan teman kelasnya sewaktu SMP secara diam-diam. Sudah tiga tahun sejak dia menyukainya namun tak pernah dia sampaikan secar...