17. Bahagia yang telah lama hilang

14 5 12
                                    

17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

17. Bahagia yang telah lama hilang


Mati lah engkau mati. Kebahagiaan bisa datang kapan saja ke dalam hidup mu. Tapi, kau lebih memilih untuk tetap bertahan dalam nestapa yang terus amerta. Salah mu, maka nikmati lah.

•••

"Gimana keadaan Mama saya, Dok?"

"Kondisinya sudah membaik, hari ini sudah diperbolehkan untuk pulang." Jawab seorang Dokter wanita yang menangani Renata.

Sakti mengangguk. "Untuk hal lain, apakah ada yang perlu di khawatirkan?"

"Tidak ada, Mas. Untuk saat ini kondisinya aman. Saya hanya meminta untuk Ibu Renata tidak memikirkan hal yang berat-berat."

Sakti menghembuskan nafasnya kasar, setelah itu ia mengangguk dan menjabat tangan sang Dokter seraya berkata. "Terimakasih Dok, kalau begitu saya pamit."

Setelah keluar dari ruang Dokter, Sakti terus berjalan menyusuri lorong koridor rumah sakit, kaki panjang itu ia bawa untuk melangkah ke ruangan sang Mama tersayang. Di sepanjang jalan, Sakti memperhatikan sekitar, mencari sosok yang sedari tadi tak kunjung muncul di hadapannya.

"Tu anak gak ke sini?"

Sakti memasuki ruangan VIP tempat sang Mama di rawat. Ia berjalan menuju brangkar dengan sang Mama yang sedang tertidur lelap di atasnya. "Ma, abang dateng." ucap Sakti mendudukkan dirinya.

Sakti memperhatikan tubuh sang Mama, wajah ceria yang biasa Mama tunjukkan kini terlihat begitu pucat.
"Maafin abang, Ma." Sakti mengecup punggung tangan sang Mama. Matanya mulai berkaca-kaca, namun buliran bening itu tidak jadi menetes saat seorang gadis cantik memasuki ruangan itu juga.

"Siang kak Sakti." gadis itu menyapa Sakti dengan sumringah, sedangkan Sakti hanya membalas dengan anggukan.

"Gimana keadaan Mama kak?"

"Kak? Aku tanya lo, kok malah senyam senyum?" Timpal Thanisa lagi saat Sakti tak menjawab pertanyaannya.

Sakti menggeleng. "Aku seneng aja kamu panggil Mama dengan sebutan Mama juga."

Terjadi keheningan beberapa saat antara dua manusia itu. Hingga atensi mereka teralihkan saat pintu ruang rawat itu terbuka dan menampilkan sosok pria paruh baya yang sedang berjalan ke arah mereka. Sakti beranjak dari duduknya, menghampiri pria itu dan menyalami tangannya, hal yang sama juga di lakukan oleh Thanisa.

"Gimana keadaan Mama kamu?"

"Udah mendingan, Pa. Cuma sekarang Mama masih tidur." Jawab Sakti.

Alex mengangguk, lalu perhatiannya beralih memandangi Thanisa. "Kamu tadi sekolah, nak?"

"Sekolah, om."

"Kok panggilnya om sih, panggil Papa juga dong." Ucap Alex dan langsung di angguki oleh Thanisa seraya tersenyum malu.

Thanisa melampaui nestapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang