NO ONE CAN LOVE YOU AS I DO

94 18 0
                                    

Hari yang seharusnya menjadi baik-baik saja dalam sekejap menjadi hari buruk yang akan Anne kenang dimasa mendatang. Kalau Anne boleh jujur, setelah kematian kedua orang tuanya hari-hari yang Anne jalani selalu terasa kelabu, ada hal-hal yang membuatnya terasa kosong hingga pada akhirnya dia menganggap bahwa dirinya adalah sosok tak berharga.

kerap kali Anne bertemu dengan sebuah kegagalan dalam hidup, harusnya ada support system yang akan kembali membangkitkannya dari keterpurukan, tapi kenyataan memang selalu tak seindah khayalan.

Setiap hari, setiap waktu, rasa ingin menghakimi diri sendiri kerap kali muncul. Melabeli diri sebagai makhluk payah yang tak berguna.

Anne kecil menangis meraung saat Ayah dan Ibunya dikebumikan, mulai dari sana kehidupan dimasa depan sudah terbayang, seolah melayang-layang memberikan Anne banyak gambaran, tapi tak ada satupun gambaran yang membuatnya seperih ini hingga nyaris berdarah-darah. Tak ada satupun bayangan yang terlintas bahkan dalam mimpinya, bahwa dia akan menjadi seorang tawanan tanpa alasan.

Anne melangkahkan kakinya menuju pintu. Tangan itu mulai menggenggam gagang pintu, lalu perlahan berusaha membukanya walaupun berakhir sia-sia.

Dikunci. Semua pintu dan jendela dalam keadaan terkunci.

Anne menggedor-gedor dengan sedikit kasar dari dalam sembari berteriak. "Apa ada orang diluar?"

Tak ada balasan sama sekali.

"Tolong buka pintunya! Siapapun yang berada diluar tolong buka pintunya!" Anne masih saja menggedor-gedor pintu itu dengan kasar bahkan kali ini semakin brutal.

Seketika Anne menghentikan aksinya, telapak tangannya memerah dan itu terasa sakit.

Hening kembali menyelimuti.

Dalam keheningan itu samar-samar terdengar dua orang sedang berbincang, Anne kembali melakukan aksinya setelah dirasa tenaganya telah kembali.

"Hei, aku mendengar kalian bicara! tolong keluarkan aku dari sini!" Teriakan Anne menggema diruangan, gedoran di pintu kembali dia lakukan hingga tak ada sedikitpun balasan dari luar.

Semua itu membuat Anne semakin kacau. "Sial!" Anne menendang pintu kokoh itu dengan kakinya.

Anne sudah tak tahu ke arah mana lagi dia harus membawa kakinya untuk melangkah, setelah semua sudut di ruangan ini dia jelajahi. Keadaan sudah semakin kacau, begitu juga dengan keadaan hatinya. Anne merasa bahwa mentalnya juga tidak stabil, jiwanya juga sering kali gelisah. Apakah ini efek dari dia berhari-hari meninggalkan ibadah? Saat Anne tahu dia menjadi seorang tahanan istimewa, dia berhenti untuk beribadah.

Ini bukan akhir dari kisahnya, tapi Anne kebingungan harus mengambil tindakan yang seperti apa. Memilih untuk kembali melangkahkan kakinya dan menggeledah apapun yang ada dalam kamar ini, hingga kakinya berhenti didepan lemari besar didalam walk in closet. Anne membuka lemari itu dan mengacak-acak pakaian yang rapi tertata. Anne membuka loker dengan ukuran-ukuran kecil disana. Saat loker ke empat dia menemukan sebuah senjata api yang tersimpan rapi.

Mata bulat itu menampakan kobaran api pada bola matanya. Pilihannya banyak sekali. Menembak dirinya di kamar mandi, ataukah menembak pria bajingan itu. Pikiran-pikiran liar seperti itu berkuasa tanpa seizinnya. Semua ini akan berakhir kalau Anne segera mengakhirinya.

Ya, mati.

Anne enggan menjalankan hari-hari sulit dengan tinggal bersama pria kasar seperti Jeff. Hidupnya sudah banyak menderita, jadi Anne akan mengakhiri penderitaan itu sekarang juga.

Tapi kala pemikiran liar itu musnah, Anne akan kembali menata tekadnya untuk membebaskan diri dan kembali hidup normal.

Hal apa kira-kira yang bisa Anne lakukan agar bebas dari sini?

The Savior GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang