Gara-gara mengantuk, kado yang niatnya akan dibuka semalem akhirnya ditunda. Hari ini Cakra tidak berangkat, lagi dan lagi. Ayah juga tidak ke kantor, sengaja menemani Putra paling kecilnya itu. Sampai sore tiba, kegiatan Cakra hanya bolak-balik ke kamar dan ruang tengah. Katanya mau menunggu para Abangnya pulang untuk membuka kado bersama.
Satu persatu akhirnya yang ditunggu Cakra mulai pada pulang. Yang pertama pulang itu Arka dan Justin, keduanya kebetulan tidak ada matkul sore. Lalu disusul Devan yang sempat keluar untuk mencari referensi skripsinya yang tak kelar-kelar, niatnya bulan depan akan sidang.
Satria dua hari lagi akan melakukan pembukaan diusaha terbarunya, namun mendapat kabar kalau sang Adik tengah menunggu di rumah. Satria langsung meninggalkan kesibukannya itu tanpa pikir panjang. Kemudian Marvin dan Bagas yang juga langsung pulang, disambut dengan pelukan dari Adik mereka.
Yang paling terakhir pulang itu Arga dan Jerico, keduanya terbilang yang paling sibuk jadi sedikit susah untuk pulang cepat. Selesai mengganti bajunya dan membersihkan tubuhnya, mereka langsung berkumpul kembali seperti semalam. Kini Cakra ikut duduk di bawah, di hadapannya sudah banyak sekali kado entah dari siapa saja.
"Buka yang besar-besar dulu, Dek." Satria yang duduk di sebelah Cakra memberi usul.
Cakra mengangguk, kemudian segera mengambil kado yang paling besar. Bentuknya kotak semacam kardus, dilapisi kertas kado warna merah terang yang sangat menyala. Cakra membuka pita hijau untuk membuka tutup kadonya, matanya membulat lucu melihat boneka Shincan dan Shiro. Ada lego juga, gambarnya rumahnya Shincan.
"Pasti dari Bagas, keliatan murah harganya." Sarkas Devan sambil meminum kopi buatan Bunda.
Dia duduk di sofa dengan kaki menyilang, kebetulan Bagas duduk di sampingnya jadi langsung mendapat cubitan sayang di perutnya. Bunda dengan Ayah juga sudah melotot ke arahnya, membuatnya meringis pelan.
"Beneran dari Abang?" Tanya Cakra memastikan, kedua boneka itu sudah dia peluk. Bagas sangat tahu kesukaan Adiknya.
"Hehe, maafin Abang ya Dek. Duit Abang ngga banyak jadi cuma bisa beliin itu." Balas Bagas di luar perkiraan semuanya.
Cakra menggeleng cepat, dia langsung berdiri untuk memeluk Abangnya itu. Cakra sangat suka dengan kadonya, apalagi kedua boneka itu merupakan kartun kesayangan Cakra dari dulu.
"Adek sukaaaa, kok. Makasih banyak, Abang. Lagian Adek ngga percaya kalo Abang ngga ada duit. Ayah, kan kaya." Ucap Cakra jujur, kemudian duduk di tempatnya kembali.
Ayah melotot kaget, tapi benar juga. Setiap harinya Bagas itu selalu meminta duit, apalagi Abang-abangnya juga kaya. Bagas hanya tertawa canggung, sebenarnya alasan dia membeli kedua boneka itu karena kepepet. Dia lupa hari ulang tahun Adiknya itu, dan baru ingat saat satu hari sebelumnya.
Tidak ada ide banyak yang muncul untuk memberikan apa, yang terlintas di kepalanya hanya ada kartun beralis tebal itu. Sebenarnya tak terlalu murah, namun Bagas menganggapnya murah karena dia yakin yang lainnya akan memberikan barang sangat mahal untuk Cakra. Lagi pula Adiknya itu sudah punya semuanya, Bagas 'kan jadi bingung.
"Baru kemarin dia minta sama Abang dua juta." Jerico memberikan fakta. Pria itu terlihat nyaman duduk memangku Marvin, dari tadi tangannya memainkan jemari Adiknya itu yang tumben menurut.
"Tadi pagi minta ke Ayah, lima ratus ribu lho."
"Aku yang belum kerja aja sering dimintain, ngga punya duit matamu!" Arka kelihatannya yang paling tidak terima.
"Ya udah si, ngga ikhlas gitu? Nanti Bagas balikin."
"Ada duit emangnya? Paling udah habis." Marvin yang tahu seberapa borosnya Bagas ikut membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Today | Nct 127
Fiksi PenggemarDaily life Cakra, sebagai bungsu di keluarga Birawa. Copyright by, Nyyzfn, 2022.