Boss and Secretary BAB - 80

886 75 1
                                    




Sebulan kemudian...

            Debora melirik ke arah Julian sembari memanyunkan bibirnya. Dia memotret Julian diam-diam dan mengirimkannya pada Nilaa. Debora bukan hanya sekretaris Julian tapi juga mata-mata untuk Nilaa. Bahkan dia memotret Suzanne yang berkeliaran di jam kerja untuk menemui pria yang dikenalnya lewat aplikasi dating. Untungnya, pria itu jelek jadi Suzanne bersembunyi dan berlalu pergi tanpa sempat mengobrol dengan pria itu.

            "Sebenarnya, aku rindu Nilaa yang jadi sekretarisku." Julian mengoceh kemudian dia memandang Debora. "Bukan karena kerjamu tidak becus, Deb. Tapi, ini soal rasa."

            "Aku mengerti, Pak. Aku juga kalau boleh memilih lebih baik jadi HRD bagian pemasaran atau keuangan."

            "Ini ide Nilaa."

            "Ya, tahu. Ini ide Nilaa."

            Tiba-tiba ponsel Debora berbunyi. Suzanne mengirimkannya sebuah poto. Poto Adrian yang datang ke kantin kantor. Debora melirik diam-diam Julian yang menatap layar laptopnya. Sebelum membalas pesan Suzanne.

            Kamu ketemuan sama Adrian?

            Ya. aku dan dia sedang membicarakan hal serius.

            Hal apa?

            Nanti aku beritahu.

***

            Suzanne menyesap kopi dinginnya sembari menatap Adrian yang tampak putus asa dengan pernikahannya.

            "Jadi selingkuhanku." Ujarnya.

            Suzanne terbatuk hingga kopi dingin itu nyembur di wajah Adrian. "Ups! Maaf. Sengaja." Katanya dengan nada datar.

            Adrian mencoba sabar menghadapi monster Suzanne. Dia mengelap bekas semburan kopi dingin itu di wajahnya dengan tisu. "Tidak papa." Katanya meskipun Suzanne tidak menanyakan apakah dia baik-baik saja.

            "Saya bukan wanita murahan ya. Saya ini tidak bisa disewa hanya untuk jadi selingkuhan—"

            "5000 dolar sekali kencan." Selanya.

            Suzanne terdiam sesaat menimbang-nimbang tawaran untuk jadi selingkuhan Adrian dengan bayaran 5000 dolar sekali kencan. Suzanne lama sendiri, dia belum menemukan pria yang tepat sampai-sampai dia menginstal aplikasi kencan namun tetap saja dia belum bertemu dengan pria yang cocok. Satu-satunya orang kantor yang ditaksirnya hanya Flynn—sahabatnya sendiri. Tapi, Flynn sudah punya kekasih bernama Corlita. Dia tidak mungkin merebut Flynn yang sudah serius dengan Corlita.

            Wajah Adrian lebih tampan dari Flynn. Dia juga kaya. Tapi, dia menantu mantan gubernur. Akan rumit kalau dia adalah selingkuhan menantu seorang mantan gubernur. Suzanne tidak ada pilihan lain.

            "Tidak ada pria yang akan membayarmu 5000 dolar sekali kencan."

            "5000 dolar dengan risiko jadi target pembunuhan tidak sepadan."

            Dahi Adrian mengerut. "Siapa yang akan membunuhmu."

            "Ayah dari istrimu itu mantan gubernur."

            "Hahaha." Adrian tertawa. "Kamu tahu pikiranmu itu aneh. Mau diterima atau tidak? Kalau tidak aku akan mencari wanita lain." Adrian bangkit dari tempat duduknya.

            Suzanne masih terdiam.

            Adrian berbalik dan melangkah menjauhi namun Suzanne mengatakan sesuatu. "Ya, aku mau!"

            Adrian tersenyum. Senyum misterius.

***

            Debora hampir terlelap dengan kepala yang nyaris menabrak laptopnya kalau saja pintu ruangan Julian tidak terbuka. Matanya tertuju tajam dengan kemunculan wanita yang mengenakan topi straw hat yang terbuat dari jerami. Debora cepat-cepat memotret wanita itu meskipun mulutnya terbuka lebar karena saking terkejutnya.

            Julian sempat terkejut melihat Elena muncul dengan jumpsuit denim dan topi straw hat. Terlihat anggun, elegan dan cantik. Elena tersenyum pada Julian.

            "Apa kabar?" tanyanya seolah mereka baik-baik saja.

            "Baik." Julian melirik Debora yang mengawasinya.

            "Aku pikir kamu dan Arthur akan menetap di luar negeri."

            Elena duduk di hadapan Julian tanpa diminta. "Kami baru pulang seminggu yang lalu tapi kami tidak mengabari keluarga. Anggap saja kejutan." Ada yag berbeda dari Elena. Wanita itu terlihat lebih santai dan kalem hingga Julian bertanya-tanya ada apa sebenarnya dengan mantan kekasihnya ini.

            "Aku mengundangmu dan Nilaa untuk datang makan malam di rumah kami. Ada nenek dan Bibi Emma juga. Kami tungu nanti malam di rumah ya. Untuk alamat lengkapnya sudah kami kirimkan melalui email." Elena tersenyum sebelum meninggalkan Julian.

            Untuk sesaat Julian bingung dengan sikap Elena. Mungkinkah Elena dan Arthur sudah saling mencintai?

***

Di Karyakarsa sudah update sampai bab 85 ya gaes ^^

Boss and Secretary (Adult 21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang