Pagi ini, aku terbangun dan merasakan sakit di sekujur tubuhku. Atau lebih tepatnya jiwaku yang merasakan sakit.
Pertarungan semalam benar-benar membuat jiwaku terluka parah, harusnya semalam aku lebih hati-hati. Tapi untungnya tubuh fisikku tidak terluka sama sekali.
Saat ini aku khawatir pada Maya dan adiknya, sebaiknya aku segera bergegas keluar dan melihat keadaan mereka.
***
Sesampainya aku di halaman, kulihat Maya, Nayla, dan beberapa orang warga sedang berkumpul disana. Aku pun segera menghampiri Maya dan Nayla yang tampak syok.
"Praja, kenapa hal ini bisa terjadi? Kenapa semalam bisa ada ledakan di lantai 2?" Tanya Maya padaku.
"Semalam kami mendengar ledakan dari luar, saat kami keluar kami sudah melihat dinding di lantai 2 sudah hancur seperti ini" lanjut Nayla.
"Apa kamu tahu sesuatu, Praja?" Tanya Maya yang tampak menyelidikiku.
"Semalam aku sudah tidur, jadi semalam aku gak dengar ledakan" jawabku.
Sejujurnya aku merasa bersalah karena berbohong, tapi mau bagaimana lagi. Aku tidak mungkin menceritakan yang sejujurnya pada mereka. Pasti mereka tidak akan percaya.
"Jangan bohong Praja, gak mungkin kamu gak terbangun setelah mendengar ledakan semalam! Lagipula siapa yang patut dicurigai selain kamu!?" Maya meninggikan nada suaranya, ia tampak sangat tertekan melihat kostan miliknya hancur seperti itu.
"Sudah kak, tenang, kita masuk dulu ya!" Nayla mencoba menenangkan kakaknya dan membawanya masuk ke dalam.
Aku hanya diam menunduk membiarkan mereka pergi. Untuk sesaat aku melihat wajah maya menangis, ia sepertinya benar-benar syok dengan keadaan kostannya sekarang.
Saat ini, aku bertekad untuk mendapatkan pekerjaan dan segera mengganti rugi kerusakan yang aku perbuat semalam.
***
Beberapa hari telah berlalu semenjak kejadian itu, para hantu yang dulu sempat kulawan sudah tidak pernah kulihat. Hanya saja aura negatif di kostan masih terasa.
Untuk masalah dinding di lantai 2 hanya ditutup dengan beberapa papan kayu karena Maya dan adiknya tidak cukup uang untuk merenovasinya.
Sementara aku, sudah berkeliling kota namun masih tak dapat pekerjaan juga.
"Sudah berkeliling kesana-kemari, tapi kenapa aku masih belum dapat kerjaan? Susah banget sih nyari kerja di kota begini!" Batinku.
Kulihat ada beberapa jenis jin kecil yang berkeliaran di tengah kota tanpa disadari oleh manusia.
"Apa kutanya saja pada mereka ya? Biasanya jin seperti mereka cukup ramah dengan orang yang mencari informasi sepertiku," pikirku.
Aku segera menghampiri salah satu dari mereka, tentu itu kulakukan di tempat yang lumayan sepi dan tidak ada orang yang memperhatikan.
"Permisi, apa kalian tahu lowongan pekerjaan di kota ini? Maksudku lowongan pekerjaan untuk manusia sepertiku!"
Para jin itu tampak terkejut dengan kehadiranku.
"Apa kau bisa melihat kami?" Tanya salah satu dari mereka.
"Tentu saja, jadi apa kalian tahu pekerjaan di sekitar kota ini?" Tanyaku lagi.
Para jin itu tampak antusias dan memancing para jin lain mendekati kami.
"Lihat-lihat, dia bisa melihat kita!" Ujar mereka.
Para jin itu kini berkumpul mengelilingiku, bahkan beberapa juga mencoba untuk memegangku. Karena merasa tidak nyaman alhasil aku segera berjalan menjauh dari sana.
Namun meskipun aku sudah berjalan menjauh, mereka masih saja mencoba mengikutiku. Bahkan beberapa jin yang kulewatin di sepanjang perjalanan juga ikut mengikutiku.
Saat aku menengok kebelakang, ternyata sudah ratusan jin yang mengikutiku.
"Kenapa mereka semua ngikutin aku sih? Padahal kan aku cuma nanya info lowongan pekerjaan doang!? Ini tidak bisa dibiarkan!"
Aku segera bersiaga untuk bertarung, mataku mulai menyala biru bersiap untuk memanggil Maung Bodas. Namun sesaat sebelum aku memanggilnya, sebuah suara yang familiar memanggilku.
"Loh Praja, kamu ngapain?"
Saat aku menoleh kearah sumber suara, ternyata disana ada Maya yang menatapku dengan tatapan kaget.
"Loh, dia gak bisa melihat mereka kan?" Batinku.
"Aku, hanya sedang mencari pekerjaan, dan sekarang aku ingin pulang ke kostan" jawabku dengan agak terbata-bata.
***
Kami berjalan ke kostan dengan canggung, Maya tampak tertunduk dan mengalihkan pandangannya dariku. Begitu juga dengan ku yang tidak berani menatapnya.
Semenjak kejadian waktu itu kami bahkan hampir tidak pernah mengobrol. Ditambah lagi para jin yang mengikuti ku ini malah bertambah banyak, mau tidak mau aku harus mencari cara untuk mengusir mereka.
"Maya, sepertinya aku pulang nanti malam saja. Sekarang aku ada urusan mendadak!" ucapku.
Maya pun menanggapinya dengan singkat, aku segera berjalan menjauh darinya menuju ke tempat yang lebih sepi.
***
Aku pun tiba di sebuah tanah lapang yang sepi. Saat aku menoleh ke belakang, kulihat segerombolan jin yang sudah mengikutiku dari tadi. Mungkin jumlah mereka kini sudah ada ratusan.
"Kenapa kalian semua mengikutiku dari tadi?" Tanyaku pada mereka.
"Karena jiwa orang yang bisa melihat kami sangat enak" jawab salah satu jin.
"Tubuhnya juga mudah untuk kami kuasai" jawab jin lainnya.
Aku hanya menghela napas mendengar jawaban mereka. Karena di tempat asalku dulu bahkan tidak ada jin yang seperti mereka ini.
Mungkin saja sifat dan budaya jin di tiap tempat itu memang berbeda-beda.
"Padahal aku cuma ingin mencari pekerjaan, tapi malah jadi begini. Kalau begitu memang tidak ada pilihan lain!"
Aku segera bersiap memasang kuda-kuda untuk melawan mereka semua.
Namun secara mengejutkan, sesosok mahluk halus yang besar muncul dibelakangku.
Kemunculan mahluk itu menimbulkan sebuah ledakan, sehingga debu-debu beterbangan menutupi tubuh mahluk itu untuk sesaat.
Kini aku melihatnya dengan jelas, sosok besar berbulu dengan taring yang tajam sedang menatap tajam ke arahku.
Aku bisa merasakan kekuatannya, kekuatan yang lebih hebat dibandingkan jin yang dari tadi mengikutiku.
Apakah dia adalah pemimpin dari mereka semua?

KAMU SEDANG MEMBACA
Indagis 1: Jawa Arc
ParanormalIndagis merupakan sekumpulan orang indigo berkekuatan magis. Mereka melakukan kontrak dengan para mahluk halus agar dapat meminjam kekuatan mereka. Membuat orang-orang itu mampu bertransformasi menjadi seorang pahlawan yang membawa kekuatan dari dua...