06 🦋

7 2 0
                                    

Happy reading🎀✧⁠*⁠。

.

.

.


Hari itu Tokyo digemparkan dengan berita mengejutkan. Bukti-bukti kejahatan Murasaki  menyebar dan menjadi headline news pagi itu. Para awak media pun berbondong-bondong dan memenuhi rumah keluarga Murasaki dan kantor pemerintahan daerah untuk mencari informasi.

Kasus pembunuhan seorang siswi beberapa bulan yang lalu, bukanlah kasus penyerangan oleh geng motor. Melainkan kasus bullying yang dilakukan oleh Murasaki dan gengnya.

Kali ini laki-laki berandalan itu sepertinya tak akan bisa lepas dari jerat hukum. Dini hari beberapa kantor media besar mendapat kiriman file berisi bukti-bukti dari seorang anonim. Dan sejak saat itu beritanya terus naik.

Apa yang Ran lakukan adalah hal yang tepat. Jika berhubungan dengan awak media, berita menggemparkan seperti ini akan terus menjadi perbincangan. Dan akan menimbulkan dampak yang cukup besar, karena akan menimbulkan pertanyaan di masyarakat.

Nami tak bertemu dengan Ran sejak kemarin. Tepatnya setelah kejadian tak terduga di depan pintu apartemennya. Hari ini pun Nami tak melihat batang hidung laki-laki berkepang dua itu.

Saat istirahat kedua, Rindou menghampiri Nami. Laki-laki berkacamata itu tiba-tiba duduk didepannya dan memakan makanannya tanpa mengatakan apapun.

Mereka pun menjadi bahan tontonan, tak biasanya Rindou akan berbaur dengan siswa lain. Nami berpikiran dua bersaudara itu memang sedikit aneh dan seenaknya saja, jadi ia tak bisa melarangnya.

Saat memakan makanannya, ujung matanya tak sengaja menangkap sosok perempuan di pintu masuk kantin. Erika, sepertinya gadis itu sudah diperbolehkan pulang. Namun ketika bertatap mata, Erika pergi.

"Ada apa?" Tanya Rindou ketika melihat pandangan Nami yang menatap ke arah pintu masuk.

"Ya? Tidak, tidak apa-apa" Nami kembali memasukkan makanan ke mulutnya.

Setelah makanan mereka habis, Rindou mengajak Nami berbicara di atap sekolah.

"Aniki bilang terima kasih atas bantuannya"

"Tidak masalah"

"Kau tidak penasaran kenapa dia tidak datang ke sekolah?"

"Maksudmu kakakmu?" Nami menjawab dengan ragu.

Rindou mengangguk.

"Ya. Dia sedang sakit, kau tidak khawatir?" Sebenarnya pertanyaan ini adalah request dari sang kakak.

"Oh dia sakit ya. Semoga cepat sembuh" Nami tersenyum canggung. Kenapa memangnya kalau Ran sakit? Apa urusannya dengan ku?

"Aku ingin bertanya satu hal lagi. Kenapa kau membantu aniki?" Rindou heran mengapa gadis itu malah memberi bukti itu dengan mudah.

"Karena tujuan kami sama.." nada bicara Nami menggantung di udara.

"Dan aku juga tak ingin diganggu oleh kakakmu lagi"

"Kau bodoh? Bukannya kau akan membahayakan dirimu sendiri?"

"Aku tak punya pilihan. Lagipula aku akan mengirimkan sisanya tak lama lagi"

"Kau yakin? Mereka bisa saja mencegahmu. Apa kau tak berpikir sejauh itu?"

Ada jeda yang cukup panjang karena Nami juga terlihat terdiam.

"Kalau aku tidak bisa, orang lain yang akan melakukannya" ucapnya yakin

Nami sudah menyiapkan segalanya, ia yakin jika dirinya, Chifuyu, Mitsuya dan adik kelasnya yang telah pergi itu akan mendapatkan keadilan. Juga wali kelas terdahulunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

; | Semicolon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang