33. Menggulirkan Takhta Sang Ratu

27 5 0
                                    

Sosok anak Kecil menelusuri Setiap Sudut Taman Pandora, taman itu sangat Indah dan beberapanya di Hiasi oleh Bunga Tulip Merah, lalu sebagian nya di hiasi bunga Dandelion Putih, sensasi yang di berikan taman itu kepada dirinya membangun ketenangan dalam Lubuk hatinya.

Dia Berlari cepat tergesa-gesa dengan Gaun Merah mudahnya yang Panjang nya Cuman sebetis menampakkan kaki kecil Putihnya yang mulus, angin sepoi-sepoi menerpanya kembali, dan Bergulir bersama Rambut Perak nya, sinar malam dari bulan Telah menerangi Rambut nya, menampilkan keindahan yang semesta, dia Terlihat seperti Dewi malam penjaga bintang.

"Sena." Panggil sosok wanita dengan Lembut dengan warna Rambut Brown, matanya berwarna Biru memberikan Ketenangan di sana.

"Mama." Teriak Anak Kecil itu.
Dia segera memeluk Ibunya.

"Mama, Jangan Pergi." Tangis nya pecah di Dekapan wanita itu.

"Sena, mama harap kamu harus tetap Bertahan, Jangan melakukan Tindakan Bodoh yang menyakiti dirimu."

"Mama." Panggilan yang sama Berulang kembali.

"Mama jangan Pergi." Kalimat itu selalu berulang.

"Sayang, maaf kan mama." Pelukan itu semakin Erat.
Ratu Pandora telah memberikannya sebuah Gelang Perak di tangan kecil putrinya, mungkin itu hadiah Terakhir nya.

"Ini adalah Pemberian mama untuk mu sayang." Dia mengusap pipi Sena.

"Mama." Tangisnya semakin keras.

Ratu Pandora itu mencium kening Sena erat-erat, dia seperti nya tidak ingin melepaskan ciuman itu, menatap mata Peraknya Yang Buram.

"Putri Harus tidur ini sudah larut malam." Para dayang memperingatkan dirinya, yang daritadi sudah mengikuti nya.
Sena di tuntun untuk menuju kamarnya, di balik bahunya dia melihat ayahnya memegang cambuk untuk ibunya.

"Ayah jangan lakukan Itu, ibu tidak bersalah." Gumam nya pelan, dia hanyalah seorang anak kecil yang kemungkinan argumen nya tidak akan pernah di dengarkan oleh sang raja.

"Tangkap dia." Perintah Raja Vernan kepada sang Ratu Besvia, malam itu adalah malam Hukuman Bagi sang Ratu Pandora, dia Di Tuduh selingkuh dari sang Raja, karena anaknya terlahir berbeda dengan nya, Ratu Pandora memberikan sebuah bukti bahwa dia tidak pernah melakukan perselingkuhan, Raja Vernan Setuju tentang hal itu, tetapi masalah itu mustahil rasanya hilang ketika Sena menginjak umur 5 tahun dan Goldcorna ingin menggulirkan sang Ratu dari singgasananya, Raja Vernan kembali dengan Konflik di lima tahun yang lalu, dia percaya dengan omong kosong Goldcorna serta laporan palsunya bahwa sang Ratu telah berselingkuh darinya sehingga dia mendapatkan sebuah hukuman, yaitu hukuman mati dengan cara di Gantung. Manusia punya mata untuk melihat sebuah bukti, tapi mengapa terkadang kita masih percaya dengan sebuah Pembicaraan yang tidak terlalu jelas akan kebenaran hal tersebut.

Di Pandora sendiri Perselingkuhan adalah Hal yang menjijikan bagi para bangsawan, tindakan ini harus di setarakan dengan kematian, di karenakan keterkaitan antara kesetiaan nya pada pemimpin monarki itu dan terkait dengan Reputasi Kerajaan.

"Vernan."

"Diam." Satu Cambukan mengenai Badannya.
Ratu Pandora mengigit bibir ranumnya menahan Rasa sakit yang amat perih di punggung nya.

"Dengan Pria yang mana Dirimu berselingkuh, kau terlihat seperti wanita murahan, haruskah aku menjadi kan dirimu budak."

"Tolong hukum aku dengan kematian, jika kau tidak pernah mempercayai perkataanku."

"Bagaimana mungkin aku bisa mempercayai mu, darimana bayi perak itu lahir, dia membawa malapetaka di kerajaan."

"Dia Anugerah dari Dewi malam, Ketika dirimu berburu aku ikut bersamamu saat usia kehamilan ku mencapai tujuh Bulan, kau berburu dan meninggalkan ku di hutan dengan beberapa dayang, hingga air yang kita bawa tidak cukup saat itu, aku kehausan hingga aku mencari sumber air di sungai Ameer, dengan Air jernih aku meminum sungai itu di tampung oleh telapak tangan ku, lalu aku tidak mengetahui bahwa sungai itu titisan dari sebuah bintang yang di utus Dewi malam." Jelasnya detail.

"Itu adalah Kutukan Raja." Countes Goldcorna menyela.

"Raja Vernan, ku dengar dia menikmati karangan indah yang dia Buat sendiri." Countes Goldcorna Tersenyum licik.

"Tapi yang dia katakan itu terdapat dalam sebuah legenda" Penyihir istana itu Membelanya.

"Kau membela seorang Pengkhianat."

"Tidak raja." Dia menunduk.

"Berikan dia racun, kita tidak usah menggantungnya."

"Tapi Raja-..."

"Ini adalah Perintah saya secara mutlak."

Racun Ular yang mereka beli dari bangsa Tartary di dalam botol bening itu telah di ambil oleh sang Raja dari tangannya.
Dia Meraba dengan kasar kepada wajah istrinya, memegang kedua pipinya, hingga Racun itu masuk ke tubuh Nya, dengan kepalanya Yang kini Terikat oleh Rantai dia tidak dapat melawan, sakit luar biasa menelusuri setiap ujung tubuhnya.

Ratu Pandora menutup matanya, Dia merasakan getaran dalam Tubuhnya yang dahsyat, rasa sakit menjalar dari telapak kaki nya Hingga ujung Rambut nya, tetapi itu hanya sementara, dan yang tersisa hanya Jasad Tanpa jiwa.
Sebuah Argumen akan menciptakan dua hal kemungkinan yaitu kebenaran dan kebohongan.

Keesokan paginya Sena menemukan ibunya tewas sudah berada di dalam sebuah peti yang di ciptakan dari kaca, tubuhnya dingin, beku, tak bergerak, sedikit membiru di seluruh tubuhnya memungkinkan efek dari racun yang ia minum, wajahnya di tutupi sebuah kain berwarna putih, dia menatap ibunya lamat-lamat, dia memegang peti kaca itu dengan tangan mungilnya.

"Mama." Gumamnya pada diri sendiri.

Goldcorna berdiri di samping nya menatap Sena secara halus, ini adalah tatapan maut atas kemenangannya.

"Sena." Senyumnya yang melebar.

Kaisar Di Langit Perak ( The Kingdom Of Tartaria And Princess Of Asia )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang