Clarie memutar matanya saat mendengar pertengkaran lagi dan lagi dari ruang bossnya. Seringkali tunangan bossnya berkunjung dan berakhir dengan adu mulut.Suara pintu terbuka, keluarlah sang tunangan dengan amarah menatap ke arah Clarie.
"Sialan, jalang! Ngapain lo ngeliatin gue kaya gitu hah?!" teriak Veronica.
Sedangkan, Clarie hanya menaiki satu alisnya saja, menatap miris penampilan Veronica yang acak-acakan.
Mungkin wanita itu tadi menggila di dalam sana.
Saat Veronica hendak menghampiri Clarie seperti ingin menjambak rambutnya, suara dering telfon berbunyi.
"Ke ruangan saya,"
Clarie tersenyum sinis beranjak meninggalkan Veronica yang tercengang mendengar suara Alex menyuruh sekertarisnya.
Veronica mengejar Clarie, sayangnya Clarie sudah masuk ke dalam ruang Alex dan menguncinya dari dalam.
Mengabaikan suara gedoran pintu, Clarie melangkah mendekati atasannya—Alex yang sedang menghadap jendela kaca.
Jari-jari lentik Clarie mengusap bahu tegap Alex dari belakang, perlahan turun hingga pria itu menghentikannya saat tangan Clarie hampir menyentuh asetnya.
"Dia masih di luar?" Tanpa menatapnya, Alex sudah tau itu adalah Clarie.
Clarie mengangguk. "Mungkin Nona Veronica ingin melihat kita, Sir."
"Sudah saya bilang jangan panggil dia Nona. Dia bukan atasan kamu. Hanya saya yang berhak."
Saat Alex memutar kursinya, tangan Clarie di tarik hingga tubuhnya jatuh ke pangkuan pria itu.
Dengan posisi Clarie duduk menyamping, membuat rok spannya tersikap naik.
"Termasuk berhak atas tubuh kamu," lanjut Alex, menatap Clarie sangat dekat hingga hidung mereka bersentuhan.
Clarie tersenyum tipis, melirik ke pintu. Di samping pintu terdapat kaca yang tidak terlalu besar. "Mau di tutup saja kacanya, Sir?"
Alex melirik ke ara kaca dekat pintu ruangnya, di sana Veronica sang tunangan sedang menatap mereka dengan amarah sesekali menggedor kacanya.
"Abaikan saja dia."
Lalu Alex pun meraup bibir Clarie dan Clarie menyambutnya dengan senang hati. Mereka berpangutan mesra, bertukar salvina, membuat lipstik merah Clarie berantakan.
Kepala Clarie mendongak ke atas saat Alex turun mengecup lehernya. Selagi Alex sibuk bermain di lehernya, menjilat dan meninggalkan bekas di sana.
Jari lentik Clarie membuka perlahan kancing kemeja Alex dengan lihai hingga terlepas semua memperlihatkan tubuh sixpack pria itu.
Tahu Alex sudah puas bermain di lehernya, Clarie sigap membuka blouse hitamnya tidak lupa membuka pengait branya lalu melemparnya sembarangan.
Kedua bukit indah itu tertampang di hadapan Alex. Ujungnya lumayan berwarna pink muda, sudah tegak seolah menatang Alex untuk mengisap mereka.
"Eumm." Clarie melirik ke arah bawah, menatap Alex yang mengisap payudaranya.
Bokong Clarie terangkat, bergerak mengesekan kewanitaannya yang sudah basah ke kejantanan Alex yang sudah mengembung di dalam celananya.