"Ingat saat kau mengajakku makan siang disini dulu, Labonair?" tanya Susan Cooper seraya memperhatikan lingkungan yang sangat wanita itu rindukan.
Ryke mengangguk.
"Ya," jawab Ryke. "Saat kau masih tinggal di Apartemen ini."
Dulu saat mereka masih bersama—saat pertama kali mereka memulai untuk membangun hubungan bersama—Ryke mengajak Susan untuk makan siang di tempat ini setelah mereka menghabiskan malam bersama. Di apartemen lama milik Susan. 15 Cliff Apartments.
"Cooper," panggil Ryke setelah ia meneguk kopi pertamanya hari ini. "Kita bertemu untuk membicarakan pekerjaan, kan? Bukan untuk bernostalgia?"
Wanita berambut gelap itu mengangguk. Dengan semua hal yang ia lakukan di masa lalu dan dengan dirinya yang mempekerjakan Ryke secara paksa, seharusnya ia tahu kalau pria itu membencinya.
"Ya, kau benar, Labonair. Maaf," kata Susan Cooper. "Jadi, apa yang kau dapatkan semalam?"
Ryke mengambil kertas dari saku celananya yang menunjukkan daftar nama orang-orang yang berkumpul dengan Alasteir Brown malam itu.
Sambil menunggu Susan Cooper selesai membaca daftar nama tersebut, Ryke menyuapkan burrito ke dalam mulutnya.
"Aku sudah memeriksa latar belakang mereka semua dan belum ada yang sesuatu yang menjelaskan alasan mereka membantu Alasteir melakukan ini. 80% dari mereka adalah orang dari pemerintahan, Cooper."
"Tidak ada politik yang bersih, Labonair. Kau yang mengatakan itu padaku."
"Setelah ini aku harus mencari tahu persamaan dari mereka semua, yang dapat memberikanku jalan untuk mengetahui mengapa mereka berada di dalam satu kubu untuk membantu para teroris Irak dan juga membuat bom nuklir."
"Ya," jawab Susan. "Kau harus mencari tahu soal itu secepatnya."
Ryke mengangguk. Saat ia hendak meraih cangkirnya, tangan Susan menarik tangannya untuk ia genggam. Ryke menatapnya dengan aneh, namun ia tidak berusaha untuk melepas diri dari genggaman Susan.
Sambil menatap Ryke, wanita itu berkata, "Maaf, aku tahu kau tidak menginginkan pekerjaan ini. Kau ingin hidup dengan tenang tanpa memikirkan bahwa nasib negeri kita ada di tanganmu. Maafkan aku, Ryke, tapi semua ini aku lakukan karena aku percaya kau dapat menangani misi ini. Tidak ada yang dapat kuandalkan selain dirimu. Percayalah."
Tidak ada yang dapat membuatnya senang selain dari mengetahui bahwa dirinya adalah seseorang yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan.
Selama ia hidup, kedua hal itu lah yang menghidupinya. Ditambah dengan keahliannya.
"Hanya satu misi ini saja, Ryke. Aku janji. Aku akan melepaskanmu setelah misi ini selesai," ucap Susan dengan berat hati karena sebenarnya, jauh di lubuk hatinya, ia tidak ingin melepaskan pria itu untuk kedua kalinya.
Ia juga tidak ingin pria itu meninggalkannya.
"Aku berjanji, Ryke."
Sebelum Ryke sempat menjawabnya, matanya terpaku pada perempuan yang ia tinggalkan di dalam kamar hotelnya sendiri sedang berjalan ke arah meja yang kosong dengan lelaki di sampingnya.
Masih memakai kaus miliknya.
Perempuan itu juga melihatnya dengan tatapan yang tidak dapat ia deskripsikan. Terlebih, ia melihat tangan Susan yang menggenggam tangannya.
Melihat tatapan Valerie yang menunjukkan ketidaksukaannya dengan apa yang sedang ia lihat—yaitu Ryke dan Susan berpengangan tangan—pria itu langsung melepaskan tangan Susan yang ada padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Irresistible Sight | Irresistible Series #2
Romantizm[ 18+ ] TOLONG BIJAK DALAM MEMBACA YA! IRRESISTIBLE SERIES #2 Valerie-Ann. Memiliki hak istimewa yang diterimanya sejak lahir ke dunia dari rahim seorang Aktris papan atas tidak membuat hidupnya berjalan mulus. As a Nepo Baby, memang membuatnya memi...