judul cerita ini diambil dari salah satu line lagu milik ariana grande yang berjudul 'imagine'.
SEBELUM LANJUT MEMBACA CERITA INI, TOLONG BERIKAN VOTE TERLEBIH DULU, YA. TERIMA KASIH :)
***
Lelaki itu memakai topeng hitam yang menutupi nyaris separuh wajahnya. Tetapi mata itu, begitu khas, begitu istimewa. Sepasang mata tajam yang kedalamannya barangkali dapat disetarakan dengan samudra yang mahadalam. Shavira merasakan dirinya sudah tenggelam bulat-bulat, pada kedalaman sepasang mata tajam yang indah itu.
Shavira bertekuk lutut di bawah sentuhan tangan lelaki itu. Sekujur tubuh Shavira yang kini tidak tertutupi sehelai benang pun, seakan-akan mengejang hebat ketika lelaki itu menyentuhnya dengan telapak tangannya yang kasar dan maskulin.
Shavira mendesah. Sekali, dua kali, tiga kali, bahkan sampai berkali-kali. Suasana kamar yang gelap dan udara dingin yang menusuk kulit tidak mampu menghalangi Shavira untuk tidak terfokus pada pandangan mata tajam milik lelaki itu. Shavira bagaikan terkena sihir kenikmatan. Hingga dia tidak berdaya untuk menolak seluruh sentuhan, ciuman, lumatan, bahkan cumbuan lelaki itu terhadap dirinya, yang bertubi-tubi, yang bergulung-gulung bagaikan ombak gairah.
Shavira menggigit bibirnya sampai terasa sakit. Dia mencoba menahan desah kenikmatan yang hendak terlontar keluar dari bibirnya tetapi dia tidak mampu, apalagi ketika lelaki itu mengusap-usap puncak payudara Shavira yang sudah sekeras batu. Dan pada suatu masa, usapan yang membuat tubuh Shavira menggelinjang itu perlahan-lahan bertransformasi menjadi jilatan basah dan hangat... yang membuat Shavira bagaikan terbang ke langit ketujuh. Meskipun Shavira tahu, lelaki itu bukanlah kekasihnya. Tetapi cumbuannya begitu memabukkan, begitu penuh cinta, begitu lembut sekaligus begitu kasar, yang mampu membuat Shavira mencapai puncak kenikmatannya yang paling final...
Shavira terbangun dengan ritme napas yang memburu. Bulir-bulir keringat membanjiri sekujur tubuhnya. Dia bagaikan baru menyelesaikan lari maraton berkilo-kilometer jauhnya, padahal yang sebenarnya dilakukannya hanyalah tidur malam.
Mimpi itu lagi, batin Shavira, gelisah. Kenapa selalu mimpi itu yang menghampiri aku?
Perempuan itu menoleh ke kanan. Kosong. Seperti malam-malam sebelumnya, Marshall tidak tidur di sebelahnya. Ranjang mereka yang luas terasa semakin luas dan dingin, ketika Shavira hanya sendirian merebahkan tubuhnya di sana.
Shavira bertanya-tanya dalam hati, apakah mimpi-mimpi itu datang lantaran rasa sepinya? Haruskah Shavira menceritakan perihal ini kepada Marshall, suaminya? Apakah dia harus meminta Marshall berhenti dari pekerjaannya sebagai pilot agar Shavira tidak sering merasa kesepian lagi?
Pertanyaan-pertanyaan itu berputar dalam kepalanya seperti melodi musik yang memuakkan dan disharmoni. Kendati demikian, Shavira sudah tahu sejak awal, bahwa keputusannya menerima lamaran Marshallino Rayaputra bertahun-tahun yang lalu itu sepaket dengan penerimaan terhadap satu konsekuensi mutlak yang menyertainya: dia harus rela ditinggal pergi berbulan-bulan lamanya karena pekerjaan Marshall sebagai sang pilot maskapai penerbangan yang tertenar sekaligus tersibuk di Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISS ME & TAKE OFF YOUR CLOTHES (one-shot story)
Short StoryShavira gelisah dikarenakan kerap dihampiri oleh mimpi-mimpi panas bersama seorang lelaki bermata tajam dan sedalam lautan pada setiap tidur malamnya yang tak lelap. Dia merahasiakannya dari siapa pun, termasuk dari Marshallino, suaminya sendiri. Pa...